Berbagai perayaan dilakukan orang sebagai rasa syukur atas kebrhasilan, harapan maupun suka cita. Perayaan sebagai rasa syukur dan berterimakasih atas karunia atau sukacita yang diperoleh seseorang.
Merayakan suatu perayaan, suka cita maupun kegembiraan lain, sejatinya mengungkapkan rasa syukur. Rasa syukur berasal dari perasaan berterimakasih atas karunia, kegembiraan maupun hal menyenangkan lain dalam hidup manusia. Hanya orang yang bisa berterimakasih yang mampu menghargai pengakuan “bantuan” di luar dirinya atas keberhasilan seseorang.
Perayaan yang baru saja dilakukan umat manusia menjelang akhir tahun menuju tahun baru, adalah perayaan pergantian tahun dalam satu siklus kehidupan di alam semesta ini. Merayakan siklus 365 hari menuju hari awal di tahun baru ini, sejatinya mensyukuri peristiwa alam. Peristiwa yang senantiasa setia bergulir dari tahun ke tahun, dari masa ke masa.
Tahun baru Masehi berdasarkan peredaran bumi yang mengelilingi matahari yang memerlukan waktu tempuh 365 hari atau 1 tahun. Tahun baru hijrah didasarkan peredaran bulan mengelilingi bumi yang juga memerlukan waktu tempuh 365 hari atau 1 tahun.
Mengapa perlu merayakan, mensyukuri atau berterimakasih, adalah kenormalan sebuah kehidupan yang dimiliki setiap manusia. Berterimakasih, tidak hanya manusiawi, melainkan tanda orang yang senantiasa memberi apresiasi kepada liyan. Dia memahami, tanpa orang lain, ia tidak bisa berhasil. Berterimakasih juga sebagai tanda penerimaan yang ia miliki untuk menerima keberhasilan lain. Itu sebabnya ia bersyukur, lalu merayakannya.
Baik bersuyukur kepada manusia, alam, dan Sang Pencipta. Rasa syukur melalui bernbagai perayaan itulah yang hingga hari ini masih terjaga dimiliki manusia normal. Manusia yang tahu berterimakasih…..
