Dilarang Merayakan Ulangtahun

Dilarang Merayakan Ulangtahun (Foto DetikCom)

Sekelompok orang menyebarkan larangan-larangan berbau natal menjelang perayaan natal di Indonesia ( Foto DetikCom)

Natal di Indonesia,  tak hanya tentang Santa Claus, pohon cemara, warna hijau atau salju. Natal di Indonesia, selalu riuh dengan berbagai larangan otoritas tertentu atau kelompok warga lokal. Ada kesan, seakan tak senang melihat orang lain bahagia, dan tidak menyukai ada orang lain merayakan rasa syukur. 

Ada beberapa hal, mengapa ada pemeluk agama Islam (tertentu), senang melarang orang Kristen merayakan natal atau beribadah, melakukan kewajiban agamanya. Mereka terlalu lama diberi pemahaman keliru bahwa jika mereka bersatu dan menyerupai kelompok tertentu, akan mudah terpengaruh menjadi “ mereka”. 

Indoktrinasi

Tetapi faktor utamanya adalah soal kebencian yang mendarah daging terhadap orang Kristen. Mereka tidak suka, karena perintah pengajar agama mereka. Itu dilakukan para pengajar agama ini sejak sekolah Taman Kanan-kanak, SD, hingga masuk kampus. Para pengajar agama disesuaikan dengan tingkat kecerdasan siswa dan kemampuan berkisah untuk meyakinkan pengikut mereka. 

Para pengajar agama ini melakukan indoktrinasi secara terus-menerus-turun-temurun sehingga informasi yang disampaikan, tertanam dalam alam bawah sadar mereka. 

Meski kelompok orang-orang seperti ini kecil, mereka aktif menyuarakan ketidaksukaan mereka terhadap berbagai kegiatan yang menyangkut kekristenan. Baik pendirian tempat gereja, kegiatan ibadah maupun yang mendapat perhatian besar adalah, perayaan natal. 

Perayaan natal merupakan perayaan kelahiran tak ubahnya mereka yang merayakan suatu langtahun. Meski pula ada tertulis di Al Quran tentang hal ini,” Dan kesejahteraan bagi dirinya pada hari lahirnya, pada hari wafatnya dan pada hari dia diangkitkan kembali”. 

Ada bacaan yang jelas, tapi tidak mereka baca , tidak mereka sampaikan, sebab  ( kebenaran) itu yang tidak mereka inginkan. Kebanyakan orang-orang hanya mengambil ayat yang mereka inginkan, meski di Al Quran tersebar banyak kebaikan dan kebenaran dalam banyak hal, termasuk soal natal atau kelahiran ini. 

Kisah Masa Lalu

Mereka yang mudah terpengaruh ini biasanya kebanyakan dari kalangan bawah, kurang pendidikan dan menganggap agama Islam adalah segala-galanya. Di luar Islam, wajib mereka jauhi karena bukan kelompoknya.  

Mereka bersedia menjadi miskin, asal ada harapan masuk surga dan dekat dengan orang yang dipuja. Termasuk membenci orang Kristen dengan kisah masa lalu, termasuk Perang Salib dan cerita-cerita rekaan lainnya. 

Tak bisa ditampik, sebagian kecil kalangan berpendidikan juga masuk dalam kelompok tak menyukai Kristen dengan informasi yang diberikan pada mereka. Jumlahnya memang sedikit dan bagusnya, mereka mudah terpengaruh oleh kelompok mayoritas Muslim modern dan berpendidikan yang sekarang ini mulai “ memerangi “ kebencian yang dilakukan oleh kalangan mereka sendiri. 

Kelompok muslim modern, berpendidikan, mencoba mengibarkan kebaikan agama Islam,  terus melakukan berbagai edukasi dan kritik terhadap kelompok mereka sendiri dalam upaya penyadaran perilaku keislaman. Ini bisa dilihat di berbagai tulisan, narasi maupun gambar di media sosial. 

Kelompok ini merasa ikut menanggung malu atas ulah segelintir kalangan mereka yang selalu mempertontonkan “ kebodohan” melalui kebencian terhadap agama lain. Tak hanya soal natal atau tempat ibadah atau kehidupan beragama lainnya. 

Islam Modern

Kelompok penyadar ini biasanya justru “telah selesai” dengan persoalan agama mereka sendiri. Mereka memiliki wawasan, kesadaran lebih dari sekedar agama Islam, sebab di luar sana langit kebenaran begitu luas terhampar. 

Oto kritik seperti ini yang kelak membawa Islam justru lebih manusiawi dan terbuka. Mereka ini biasanya juga orang-orang yang mudah bergaul dengan siapapun, dari kelompok manapun sehingga memiliki wawasan lebih luas dan tidak terpencil.

Mereka tak pernah bicara soal agama, namun lebih mempraktekkan inti agama tak berhenti pada pasal dan ayat, melainkan perilaku dan pemahaman beragama.

Orang-orang ini tak segan mengadakan ulangtahun dan dengan santainya mengucapkan selamat natal bagi mereka yang merayakan. Mereka paham lebih bermanfaat menyebarkan sukacita daripada kebencian.

Pembiaran Terus Menerus

Tetapi larangan soal natal, soal tempat ibadah agama di luar Islam akan terus terjadi, justru karena dilakukan pembiaran oleh pemerintah. Ada Kementerian agama tapi tidak berbuat apapun untuk mengatasi soal ini. Ada aparat yang mencoba masuk dalam kemelut ini, namun hanya sebagai penjaga agar tidak terjadi kerusuhan.

Sepertinya, pemerintah Indonesia yang selalu menggembar-gemborkan tentang kerukunan agama atau toleransi, sengaja membiarkan semua ini terjadi. Mereka tak ingin hilang kepercayaan dari mayoritas yang memberi mereka kekuasaan. 

Mereka lupa, membiarkan hal kecil seperti larangan natal atau soal tempat ibadah ini, dapat dijadikan referensi bagaimana pemerintahan ini memperlakukan warga minoritas di negaranya sendiri….

TULISAN LAIN

Presiden Joko Widodo Menyikapi Perayaan Natal

Natal Itu Tentang Syukur dan Berbagi

Sulitnya Merayakan Ibadah Natal di Rangkasbitung

Menikmati Natal di Pusat Agama Islam

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.