Dengan banyak hal yang dimiliki Surya Paloh, ia pantas mencalonkan dirinya menjadi presiden. Ketika ia justru mengusung Anies sebagai Capres pilihan Nasdem, bisa jadi ini pilihan terburuk yang pernah dipilih SP dan Nasdem.
Dulu, saya membayangkan, Surya Paloh itu bayang-bayang Bung Karno. Pidatonya meledak-ledak. Menggelegar. Rasa nasionalismenya tinggi. Persis Bung Karno. Paling tidak, Suryo Paloh ingin dikenal sebagai seorang orator. Seperti Bung Karno. Ia cukup memadai untuk itu.
Pantaslah ia memimpin perusahaan besar seperti Media Indonesia, MetroTV dan jabatan strategisnya adalah sebagai ketua partai politik Nasdem (Nasional Demokrat). Jika ia mencalonkan sebagai calon presiden Indonesia, sangat layak. Ia memiliki persyaratan lebih sebagai seorang pemimpim. Saya pasti akan memilihnya. Ada harapan, Indonesia semakin maju di bawah kepemimpinannya. Ia memiliki segala yang dibutuhkan seorang leader sebuah negara.
Orator Tangguh
Surya Dharma Paloh juga seorang pebisnis sejati. Bisnisnya selangit. Tak hanya Media Indonesia atau MetroTV belaka. Ia memiliki berbagai bisnis besar. Dari perusahaan catering, perhotelan, plastik, marmer, media dan banyak lagi. Pokoknya ada peluang cuan, di situ ia berbisnis.
Saya juga pernah menjadi anakbuahnya di Majalah Vista ( PT VistaYama) sebagai Redpel di Gondangdia maupun di Komplek RCTI. Kantornya di MetroTV dibuat mewah dan megah. Ia seseorang yang setiap orang ingin menjadi seperti dia.
Dalam banyak isi pidatonya, Surya Paloh mengesankan sangat nasionalis. Sangat Indonesia sekali. Dengan keahliannya sebagai orator, ia tampak gagah, berwibawa dan pantas jika mencalonkan sebagai seorang Presiden.
Tetapi kemudian, banyak orang, termasuk saya, dikagetkan, tatkala dengan nekad, ia mencalonkan seorang Anie Baswedan untuk menjadi Capres pilihan NasDem. Apa pertimbangan Mister Paloh memilih orang ini ?
Anies adalah seorang mantan Menteri Pendidikan dan Kenbudayaan yang gagal dan diberhentikan di tengah jalan oleh Presiden Jokowi. Ada isu santer masalah sensitif dan ketidakmampuannya memimpin kementerian. Tatkala menjadi Menjadi Gubernur DKI, Anies diuntungkan oleh kelompok Islam dengan isu sensitif keagamaan: menjebloskan Ahok Basuki Tjahaya Purnama dengan tuduhan serius di negeri ini: penista agama.
Sebagai Gubernur Ibukota, Anies banyak membuat proyek, menghaambur-hamburkan dana dan kata-kata, namun tak menghasilkan apa-apa. Komunikasi dengan masyarakat Ibukota yang diselenggarakan setiap hari oleh Ahok, ditiadakan. Pokoknya semua yang berbau Ahok tak diteruskan, meski baik. Ia setia pada mereka yang dulu menjadikannya gubernur; Partai Islam dan kelompok oportunis.
Ia merangkul berbagai ormas dan membeayai rutin untuk membetengi dirinya, agar tak terjamah oleh suara sumbagn DPRD dan hukum. Ia juga memilih tim gubernur dengan orang-orang yang penurut. Semua proyeknya kebanyakan bermasalah dan menyisakan masalah hukum.
Pudarnya Nasionalisme SP
Maka, ketika Surya Paloh dengan bangga menjagokan Anies Baswedan sebagai capres pilihan NasDen, pudar sudah keheibatan Surya Paloh. Ia langsung hilang dari bayangan seorang calon pemimpin besar. Surya Paloh tak lebih dari pebisnis dan kepala suku parpol biasa bernama NasDem.
Surya Paloh dan NasDem seperti pihak yang tidak memiliki kecerdasan dalam memilih calon pemimpin sebuah negara besar seperti Indonesia ini. NasDem sudah di jalan yang benar tatkala bergabung dengan Presiden Joko Widodo dalam memajukan negara Indonesia. Namun memilih Anies sebagai Capres adalah jalan paling sesat yang pernah dipilih Surya Paloh dan Nasdem.
NasDem hanya dipakai kendaraan Paloh untuk mengejar ambisinya. Tak ubahnya dengan SBY dengan Partai Demokrat, atau Mega dengan PDIP dan parpol lainnya. Yang sedikit berbeda, Mega dan PDIP masih memikirkan calon pemimpin terbaik dan nasionalisme Indonesia,
Saat Jokowidodo sudah akan pensiun menjadi presiden dua tahun lagi, Surya Paloh dan Nasdem dengan santai telah meninggalkan Jokowi dengan mencalonkan seorang pemimpin yang tak memiliki jejak rekam seorang yang pantas dijadikan pemimpin. Bahkan seseorang yang tak disukai Jokowi.
Bagaimana mungkin seorang Surya Paloh yang cerdas bisa memilih calon presiden yang menjadi menteri saja gagal, bahkan menjadi gubernurpun juga gagal, untuk memimpin Indonesia ? Jikapun terjadi, kemungkinan Anies akan dijadikan boneka mainan para Partai politik negeri ini. Dan Mister Paloh akan mengendalikannya.
Bukan Seorang Nasionalis
Surya Paloh tampak tidak lagi sebagai seorang “nasionalis” seperti pidato-pidatonya. Seorang nasionalis tidak akan memilih capres yang dalam kariernya senang membenturkan pribumi dan non pribumi, Islam dengan non Islam, dan terang-terangan mendukung orang tidak baik seperti Riziek Shihab dan kelompok garis keras lainnya. Seorang nasionalis akan memikirkan benar-benar seorang yang pantas memimpim negeri besar ini, tanpa pertimbangan kepentingan pribadi.
Seorang nasionalis yang peduli pada negara dan bangsa, tidak akan memiliih mantan pemimpin yang tidak memiliki rekam jejak bagus, apalagi nihil prestasi.
Surya Paloh dan NasDem, sedang tidak memilih calon presiden Indonesia yang mampu membawa bangsa dan negara ke arah kemajuan menjadi negara besar dan dihargai. Memilih seorang Anies di antara sekian calon pemimpin negeri ini yang memiliki dedikasi dan nasionalisme tinggi, adalah pilihan terburuk.
Surya Paloh tidak memikirkan bibit unggul calon pemimpin Indonesia. Surya Paloh sedang mencalonkan seorang presiden yang bisa menyelamatkan bisnis-bisnisnya, ambisi pribadinya dalam mendongkrak partai Nasdem, layaknya partai besar seperti PDI Perjuangan. Sayangnya, hal ini dilakukan di saat Partai NasDem sedang kuat dan mengakar, kini tinggal kerapuhannya.
Jika Mister Paloh masih memiliki jiwa berkobar-kobar dengan nilai-nilai nasionalisme, melihat Indonesia jauh ke depan, tidak mungkin memilih calon pemimpin yang tidak memiliki harapan bagi Indonesia yang lebih baik…..
BACAAN LAIN
Keluar dari Partai Surya Paloh, Ni Luh Djelantik Terlibat Perang Kata dengan Wasekjen Nasdem
Menyoal Nasionalisme Demokrasi dan Restorasi SuryapalohKetika Bank Sentral Menyerah Saatnya Membeli Kripto