Foto : Tobias Hammer/Pixabay
Setiap orang memiliki cara pandang, prinsip hidup, pilihan nilai dan cara mengelola kehidupan sehari-hari. Sumber pengetahuan dan ketrampilan diri itu yakni keluarga, komunitas, lembaga pendidikan dan masyarakat dunia serta lingkungan alam tempat hidupnya. Zaman now, dengan teknologi informasi, maka media komunikasi menjadi ruang lingkup baru mendapat informasi bagi pribadi.
Semua kemajuan IPTEK digital Milenial, tidak bisa menghilangkan relasi alamiah bahwa manusia tergantung mutlak pada alam, dengan segala sumber daya serta misterinya. Manusia hanya bisa hidup dengan dukungan alam lingkungan. Sebaliknya, alam lingkungan berjalan normal dengan hukumnya, meskipun tidak ada manusia. Sering terjadi, karena aneka alasan, manusia merasa diri berkuasa dan super hebat, seperti tidak membutihkan alam ini dan berbuat seenak seleranya. Dalam refleksi tersebut, saya menulis sajak:
Curhat Matahari dan Debu Tanah
Kulihat mentari hampiri debu
jemari cahayanya perlahan membelai
Wajah debu tanah sedih
sejak semalam berduka lara
Sebab
seorang bayi mungil malang
dibuang oleh ibu bapanya
entah mengapa sebab alasannya
Kehidupan bayi dihentikan tragis
Terlahir dibuang dan mati
Dan debu tanah berbisik
“lihatlah kelakuan anak manusia
Kehidupan tidak disyukuri lagi
Kenikmatan dikejar dan dirampas
Namun
pikiran hati nurani gelap
nekad membunuh anaknya sendiri
demi aneka alasan pribadi
Tak peduli darah dagingnya
Tak gubris jiwa raganya
anaknya dibuang seperti sampah…”
Tirai gulita disibak
pagi subuh dibalut cahaya
Lalu
Mentari menjawab perlahan
meyakinkan lara debu tanah
“Manusia terbuat dari padamu
debu tanah asal raganya
itulah putra-putri mu
Semuanya kembali kepadamu
raga dan darahnya
serta segala jejak langkahnya
Dan
nafas serta jiwa semuanya
akan kembali kepadaku
Membawa segala amal perbuatannya
Maka,
tidak ada yang terluput
tak mungkin bisa berlari
Karena
mataku maha melihat
semua yang ada di bumi
semua jiwa raga insani
segala yang di kolong langit
Pasti akan terima akibatnya”
Lalu,
debu tanah tunduk diam
Mentari terus memutar waktu
menyinari seluruh alam raya
mencatat dalam lembar energi
segala fakta yang terjadi
alam semesta dan isinya
silih berganti tiada henti
segala fakta dan misteri
warna-warni kehidupan insani
selama berziarah di bumi
Aku hanya diam hening
kembali ke dalam relung
mencoba menyimak dialog imajiner
Antara mentari dan debu
Antara bayi dan bumi
Antara tragedi dan misteri
Bahwa
Pilihan dan kepentingan diri
keputusan dari setiap pribadi
Entah apa pun pertimbangannya
pasti tidak akan terluput
dari matahari dan debu tanah
Karena
raga insani dari tanah
jiwa dari udara dan cahaya
disatukan misteri dalam pribadi
Terlahir oleh energi Ilahi
untuk genapi sebuah janji
“Kasih sayang sejati lestari
Cinta Ilahi bersemi abadi
Energi misteri Sang Ilahi”
Hujan air mata langit
turun berderai jadi saksi
Percakapan matahari dan debu
sadarkan diriku untuk mengerti
Bahwa
Semua korban aborsi
Bayi yang terlahir dibuang
Para korban aneka kejahatan
Mereka yang terkapar dibunuh
Semua jasad korban perang
seluruh potret diri manusia
cerita faktanya ditulis bumi
kisah terjadinya dicatat mentari
Tangan misteri Sang Pencipta
Maha melihat Maha mengetahui
Maka,…
tak satu pun diri manusia
dapat lari dan bersembunyi
Setelah melakukan perbuatan jahatnya
Meskipun….
di hadapan sesama manusia
sering ada tipu muslihat
sering berusaha untuk ditutupi
Dengan berbagai cara manipulasi
dengan kelicikan kuasa harta
dengan jabatan dan senjata
Padahal,…
kehidupan diri pasti berakhir
saat ajal datang menjemput