Seide.id – Saat bangun pagi, apakah Anda merasa tak bugar dan malas-malasan, padahal sudah merasa cukup tidur? Jika ya, bisa jadi Anda mengalami hipersomnia.
Hipersomnia kebalikan dari insomnia. Sayangnya, sebagai gangguan tidur yang kerap dijumpai, hipersomnia sering diabaikan.
Hipersomnia bisa diartikan sebagai kantuk berlebih, atau lebih popular dengan sebutan Excessive Daytime Sleepiness (EDS).
Kantuk berlebih
Penderita EDS merasa mengantuk pada waktu yang tidak semestinya. Dalam perjalanan ke tempat berkegiatan pada pagi hari, contohnya.
Sedemikian mengantuknya, sampai-sampai ia bisa tertidur bukan di tempat semestinya. Di kendaraan umum, di meja kerja, atau ketika harus serius mendengarkan presentasi, misalnya.
EDS disebabkan oleh kualitas tidur yang buruk.
Ciri lain yang dijumpai pada penderita hipersomnia adalah sleep on set, yakni proses awal dari berbaring sampai jatuh tidur berlangsung amat cepat.
Orang awam kerap mengistilahkannya “pelor” alias nempel langsung molor.
Pada orang normal, tahap sleep on set berlangsung selama 10-20 menit. Sementara, penderita hipersomnia hanya butuh waktu sekitar lima menit.
Seseorang yang bisa langsung tertidur di mana pun hanya dalam tenggang waktu lima menit atau malah kurang dari itu, patut dicurigai kalau-kalau ia sebenarnya kurang tidur.
Bisa jadi hari-hari sebelumnya ia terpaksa begadang hingga tubuhnya lantas merasa perlu “balas dendam” untuk tidur.
Agar set on sleep berlangsung normal, mau tidak mau harus dievaluasi dulu apa penyebabnya. Kemudian, pola tidurnya ditata kembali dan kebutuhan tidurnya dicukupi dulu. Tercukupi di sini bukan hanya soal kuantitas, melainkan juga kualitas.
Gejala penyakit serius
Pada dasarnya hipersomnia hanyalah gejala dan bukan penyakit. Gangguan yang paling sering ditandai dengan gejala hipersomnia antara lain adalah sleep apnea. Dalam bahasa awam disebut ngorok.
Mereka yang tidurnya ngorok sebetulnya mengalami henti napas akibat adanya penyumbatan di jalan pernapasan. Kebutuhan oksigen yang tidak mencukupi inilah yang membuat tidurnya gelisah, tak nyenyak, dan akhirnya tidak bugar saat bangun tidur pada pagi hari.
Hipersomnia temporer bisa terjadi pada seseorang yang sehat, namun selama beberapa hari mengalami kurang tidur ataupun mengalami kelelahan fisik yang luar biasa.
Hipersomnia yang berlangsung lebih dari beberapa hari patut dicurigai sebagai gejala adanya penyakit serius. Kelainan otak, diabetes, stroke, serangan jantung, dan hipertensi, antara lain.
Juga, risiko mengalami kematian mendadak ketika memasuki periode tidur paling dalam, yakni sekitar pukul 02.00 atau 03.00.
Bisa juga, itu merupakan gejala kelainan psikis, yaitu depresi, kecemasan berlebih, maupun pemakaian obat tidur yang tak sesuai dosis. (Puspayanti, kontributor)