“Kami tahu bahwa sebagian besar pembaca berita di Australia mendapatkan berita dari media sosial dibanding media lama,” kata Russell Skelton, Direktur RMIT ABC Fact Check.
Seide.id – Orang orang yang dianggap bijak dan teleti, bahkan melanggani buletin, masih bisa menyebarkan hoaks dan membagikan informasi yang salah. Penelitian terbaru mengungkapkan, lebih dari 30 persen orang yang aktif memeriksa kebenaran informasi masih ikut menyebarkan informasi tidak benar.
Para peneliti dari RMIT FactLab menemukan bahwa bahkan orang-orang yang berlangganan buletin email cek fakta masih rentan membagikan informasi yang salah, meski merasa sangat mampu membedakan informasi yang akurat dan salah.
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahkan orang yang “bijak” mengecek kebenaran informasi yang salah terkadang membagikannya
Sebanyak 24,3 persen pelanggan buletin tim cek fakta CoronaCheck mengatakan mereka telah membagikan informasi yang salah
Sebagian besar responden mengatakan melakukannya untuk memverifikasi keakuratan klaim, ini dianggap “bermasalah” oleh ahli
Lauren Saling, salah satu penulis penelitian yang diterbitkan dalam jurnal penelaahan sejawat PLOS ONE, mengatakan hasilnya mengejutkan.
“Banyak yang mengira mereka yang hati-hati terhadap berita bohong dan disinformasi, dan aktif mengecek kebenaran berita tidak mungkin membagikan informasi yang belum jelas kebenarannya,” kata Dr Saling, dosen psikologi di RMIT University.
Setidaknya 1.400 pelanggan CoronaCheck, buletin email mingguan dari RMIT ABC Fact Check, berpartisipasi dalam penelitian ini.
Kebanyakan mengatakan mereka berlangganan buletin untuk mencari informasi yang akurat atau khawatir mendapatkan informasi yang salah.
Dalam kelompok ini, 24,3 persen di antaranya mengatakan telah membagikan informasi yang kebenarannya tidak diketahui pada saat itu, sementara 31,4 persen lainnya terlanjur membagikan informasi yang ternyata tidak akurat.
Beberapa pendeta Amerika menyebarkan berita bohong yang dipercaya golongan anti-vaksin, sementara pihak lain berusaha meredam penyebarannya.
“Meski dengan berlangganan buletin pengecekan fakta seperti CoronaCheck kemungkinan membuat individu peka terhadap kebenaran informasi, hal ini jelas tidak cukup untuk menghentikan kemungkinan individu menyebarkan informasi yang salah,” ujarnya.
Selanjutnya : Pria cenderung bagikan informasi yang salah