Oleh MAS SOEGENG
Satu pesawat yang minggu lalu keluar Afghanistan, dipadati manusia yang bergegas keluar dari negeri ini. Wajah mereka penuh ketakutan dan kecemasan tinggi begitu Taliban masuk kota. Tak peduli laki atau perempuan dan anak-anak, mereka berlari lebih dulu, saling berdesakan dan saling sikut untuk mencapai pesawat lebih dulu. Mereka beranggapan, lebih cepat keluar dari Afghanistan akan lebih aman bagi masa depan mereka. Out of Afghanistan.
Yang belum terangkut, tetap menunggu penuh harapan di pinggir Bandara, yang kini diperketat penjagaan oleh tentara Amerika yang tersisa di sana. Beberapa negara, seperti Amerika dan Inggris, dikabarkan akan membantu menerbangkan warga Afghanistan keluar dari negerinya. Kemampuan mereka sehari antara 5,000 hingga 9,000 orang. Sementara jutaan orang, terus mengepung bandara untuk adu cepat menuju pesawat, pergi keluar dari Afghanistan.
Beberapa warga Amerika seperti juru bicara, dokter, keluarga pasukan yang masih di kota pun meminta bantuan agar mereka segera keluar dari Afghanistan. Seorang penterjemah AS melalui channel CNN meminta agar presiden segera mengirim pesawat untuk mengangkut mereka. Tokoh Human Rights yang masih di Afghanistan juga meminta bantuan serupa. Sepertinya trauma masa lalu kepada Taliban tak mudah terhapus begitu saja.
Sementara itu, CNN kebanjiran rekaman para wanirta yang berteriak minta tolong agar dikeluarkan dari Afghanistan. Mereka stress, panik, trauma penuh ketakutan jika hari demi hari tak ada yang mengeluarkan mereka dari negeri ini. Para perempuan memilih tinggal di rumah dan menutup pintu rapata-rapat. Mereka yang tadinya banyak yang sudah mulai membuka burka atau hijab mereka, meminta tolong membeli burka dan menutup wajah mereka rapat-rapat. Dari ujung kepala hingga ujung kaki. Meeka takut akan dihukum penguasa baru, Taliban.
Detik, jam, hari demi hari telah memenjarakan para wanita saat Taliban berkuasa. Mereka tahu persis, apa yang diderita kaum perempuan saat Taliban berkuasa. Para perempuan pemberani yang tadinya masuk Dewan Perwakilan Rakyat memilih membungkam diri tak tak mau diwawancarai waratawan. Namun diam-diam, mereka memberikan info yang dibutuhkan.
Para wanita yang saat ini menjadi target kekuasaan Taliban menangis sepanjang hari. Jika ada kesempatan, mereka keluar rumah dan memilih pergi menjauh dari kota Kabul. Mereka meminta bantuan agar mereka dapat diungsikan ke tempat jauh dari Taliban. BERSAMBUNG