Protes Meluas ke 80 Kota di Iran, Perempuan Ramai ramai Bakar Hijab, 17 Tewas

Protes di Iran di Hari ke Enam

Protes dan kerusuhan dipicu kematian Mahsa Amini di rumah sakit Jumat (16/09) lalu, setelah sebelumnya dirawat tiga hari dalam keadaan koma.  Amini ditangkap di ibu kota pekan lalu oleh polisi moral Iran,  dituduh melanggar hukum yang mewajibkan perempuan untuk menutupi rambut mereka dengan hijab, dan lengan dan kaki mereka dengan pakaian longgar.

Seide.id  –   Aksi protes di Iran usai tewasnya Mahsa Amini memasuki hari ke enam, pada Kamis (22/09/2022),  meluas ke 80 kota. Dikabarkan, 17 orang tewas.   Aksi dipicu oleh tewasnya Mahsa Amini setelah ditangkap polisi moral, karena tidak mengenakan jilbab dengan baik.

Bentrokan pecah di antara polisi dan warga di ibu kota Iran, Teheran, di tengah makin meluasnya aksi unjuk rasa yang dipicu tewasnya perempuan muda, Mahsa Amini, setelah ditangkap polisi moral.

Televisi pemerintah mengatakan 17 orang tewas sejauh ini, tiga di antaranya adalah anggota aparat keamanan.

Amini, 22 tahun, ditangkap dengan tuduhan “tidak sempurna mengenakan hijab”.

Beberapa laporan menyebutkan bentrok di Teheran adalah yang terburuk dalam tiga tahun. Seorang warga kepada BBC Persian mengatakan kawasan tempat ia tinggal sudah mirip “medan pertempuran”.

Di Kota Mashhad di timur, seorang pemrotes perempuan berdiri di atas mobil polisi dan berteriak, “Kami tidak menginginkan republik Islam.”

Di berbagai kota di seluruh penjuru Iran, orang-orang melempar batu atau membakar mobil-mobil polisi.

Garda Revolusi, yang sangat berpengaruh, sudah meminta aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan tegas bagi mereka yang dianggap menyebarkan berita bohong ataupun rumor.

Kelompok garis keras Iran mengancam boikot aplikasi taksi setelah perempuan diusir karena tak pakai jilbab

Para demonstran perempuan membakar hijab atau memotong rambut mereka di depan umum.

Potret perempuan Iran, sebelum dan sesudah Revolusi Islam 1979.

Kisah kematian Nahwa Amini menjadi berita utama di seantero Iran.

Dalam unjuk rasa Rabu (21/09), ratusan demonstran berteriak “matilah diktator” dan “perempuan, kehidupan, kebebasan” di sejumlah lokasi, termasuk Universitas Teheran.

Di wilayah Sari, di utara Teheran, kerumunan besar demonstran bersorak ketika para perempuan membakar hijab mereka dalam aksi protes yang menantang.

Wartawan BBC, Kasra Naji, mengatakan beberapa kawasan di Teheran utara dan tengah, penuh dengan gas air mata pada Rabu malam ketika polisi antihuru-hara, dengan dukungan aparat keamanan tak berseragam, menyerang para pemrotes di sejumlah lokasi.

Di beberapa ruas jalan, demonstran membakar sampah dan melakukan pemblokiran seraya meneriakkan slogan-slogan yang mengecam pemimpin terrtinggi Iran.

Aksi protes yang meluas ini dipicu oleh tewasnya perempuan bernama Mahsa Amini di tahanan polisi.

Kesaksian Orangtua

Dalam wawancara dengan BBC Persian, ayah Amini, Amjad, mengatakan dirinya dilarang memeriksa jenazah putrinya sebelum dimakamkan.

Ia mengatakan dirinya hanya dibolehkan melihat jenazah di bagian wajah, namun dilarang melihat kepala bagian belakang. Dibolehkan juga melihat kedua kaki, yang ia katakan memar.

Ayah Amini mengatakan putrinya memar-memar saat berada di kantor polisi dan sebelumnya tak punya masalah kesehatan.

Mahsa Amini meninggal di rumah sakit pada hari Jumat (16/09), setelah sebelumnya dirawat tiga hari dalam keadaan koma.  Amini ditangkap di ibu kota pekan lalu oleh polisi moral Iran,  dituduh melanggar hukum yang mewajibkan perempuan untuk menutupi rambut mereka dengan hijab, dan lengan dan kaki mereka dengan pakaian longgar.

Amini ditangkap pada hari Selasa (13/09) oleh polisi moral Iran karena diduga tidak mematuhi aturan berpakaian tentang hijab.

Sejumlah laporan menyebutkan bahwa polisi memukul kepala Amini dengan tongkat dan membenturkan kepalanya ke salah satu kendaraan mereka, kata Penjabat Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Nada al-Nashif.

Polisi membantah bahwa Amini dianiaya dan mengatakan dia menderita “gagal jantung mendadak”.  Namun, keluarga Amini membantah dan mengatakan dia bugar dan sehat.

Perempuan berusia 22 tahun itu berasal dari Provinsi Kurdistan di Iran barat, di mana tiga orang tewas pada Senin lalu ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan ke arah pengunjuk rasa.

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.