Seide.id – “Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu akan kembali kepadamu. Siapa menanam pasti memanen.”
Kredo ini saya percayai dan yakini sepenuh hati.
Sesungguhnya, karena melihat, mendengar, dan mengalami semua itu maka saya mengamininya.
Bagaimana tidak percaya. Roda kehidupan yang berputar itu mengajarkan pada kita untuk jadi pribadi yang sederhana dan rendah hati agar tidak dipermalukan oleh perilaku sendiri.
Peristiwa ini terjadi tahun 80an, tapi tetap terbayang jelas dalam ingatan saya. Ketika itu saya berkunjung ke rumah seorang teman. Kebetulan, teman sedang pergi, sehingga saya diajak ngobrol oleh Ayahnya.
Dalam pembicaraan itu Ayah teman lebih banyak cerita pengalamannya sebagai seorang pengusaha besi bekas antar pulau.
Beliau mengajarkan pada saya, meski sukses dan kaya raya, kita tidak boleh sombong, tapi tetap sederhana dan rendah hati.
“Sesungguhnya saat memberi dan berbagi pada sesama, kita sekadar menyalurkan belas kasih Allah,” jelas Beliau yang dikenal murah hati itu.
Pengalaman pahit yang dialaminya adalah kapal yang mengangkut besi bekas miliknya itu tenggelam, karena dihantam gelombang besar. Lalu disusul oleh koleganya yang menipu usahanya dan kabur, sehingga Beliau bangkrut.
“Mungkin R tidak percaya, kalau Oom tidak mempunyai uang lagi. Bahkan untuk membayar listrik pun, Oom dibayari sama ART,” jelas Beliau sambil tersenyum getir, ketika itu kedua anaknya masih kecil.
Saya menekur, tidak menyangka, dan hal itu tidak terbayangkan, orang sesukses dan sekaya Beliau itu usahanya bangkrut. Tapi nasib orang itu tidak ada yang tahu. Roda kehidupan berputar teramat cepat, hari ini di atas, besok atau lusa di bawah. Sehingga, alangkah bijak, jika kita hidup sederhana dan rendah hati.
Beruntung, kebaikan Beliau yang ditabur itu cepat berbuah, karena banyak teman berempati dan menolong Beliau untuk bangkit kembali dari keterpurukannya.
Peristiwa lain yang saya lihat dan dengar adalah dari pelaku kebaikan itu sendiri, yakni sahabat yang dimanusiawikan oleh Bosnya.
Semula ia bekerja sebagai OB. Oleh Bosnya, ia diajari cara memasarkan barang untuk mencari uang tambahan, yakni berdagang sembako lewat hubungan pertemanan dan di lingkungan tempat tinggal. Modalnya dipinjami oleh Bosnya.
Perlahan tapi pasti, usahanya itu menampakkan hasil, lalu ia menyewa kios kecil untuk jualan sembako.
Yang membuat saya terharu adalah sahabat itu tidak melupakan keluarga mantan Bosnya! Ketika Bosnya meninggal dunia, beberapa anaknya hidup bermasalah. Istri Bosnya tinggal di rumah kontrakan yang dibayari oleh sahabat, bahkan ia juga memenuhi kebutuhan Ibu itu!
Bagi saya pribadi diizinkan untuk melihat, mendengar, dan mengalami warna warni hidup itu merupakan anugerah Allah yang harus disyukuri dan diamini.
Terus berjuang untuk jadi pribadi yang rendah hati agar kita tidak dipermalukan oleh perilaku sendiri.
…
Mas Redjo /Red-Joss