Oleh Heryus Saputro Samhudi
“Akhirnya, setelah keliling Banten dan Jawa Barat, dapet juga go-show di provinsinya Bang Anis. Tengkyu Mbak dan Mas Polisi. Selamat ulang tahun,” begitu tulis Si Tengah di WA Keluarga, seraya menyertakan foto selfi diri dan si Bungsu, adiknya, sedang disuntik petugas medis di Lapangan MABAK (Markas Besar Angkatan Kepolisian), di seberang depan Mabes Polri – Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Resti, istri saya, ibu Si Tengah dan Si Bungsu kontan membalas dengan menulis “Alhamdulillah”, puji syukur hanya pada Allah yang jadi sebab kedua putra kami itu juga memperoleh vaksinasi (yang pertama) Covid-19, menyusul Si Sulung – abang mereka, dan kami berdua – bokap-nyokapnya, yang sudah memperoleh vaksinasi lengkap di minggu-minggu pertama vaksinasi nasional dicanangkan Mas Jokowi, Presiden kita.
Ingin saya ikut berkomentar atas keberhasilan kedua putra kami itu mengejar go show, istilah yang mendadak populer di saat pandemi Covid-19, mengacu pada anjuran bagi (siapa pun yang perlu) untuk ‘datang langsung; ke lokasi dimana sedang berlangsung vaksinasi massal untuk umum atau kalangan usia/profesi tertentu, sebagaimana dilakukan instansi Polri sejak seminggu lalu dalam rangka Hari Bhayangkara, 1 Juli…
Tapi jari belum sempat mengetik tust ponsel, eh…Mak Wejang sudah berbisik, dalam di hati saya. “Ssst…! Nggak perlu ikutan kasih komentar. Cukup Ibu mereka. Dan lagi, belon tentu mereka suka Abang kasih komentar,” kata Mak Wejang sembari ngikik, ketawa kecil tapi panjang. Saya mengangguk. Anak-anak memang lebih dekat ke Ibunya, ketimbang saya. Lantas, apa dong yang kudu saya lakuin?
“Tulis. Tulis susah-payahnya mereka ngejar go-show. Usaha keras anak muda yang kudu jadi inspirasi buat anak muda laennye, atau bahkan buat orang-orang berumur kayak Abang dan Mpok,” lanjut Mak Wejang mbari terus ngikik, bikin saya ikut ngikik dan garuk-garuk kepala. Yang heran istri saya, Ibunya anak-anak. “Kenapa ketawa dan mesam-mesem sendirian? Kayak orang gokil…?”
Saya langsung diam, tak lagi bicara. Sama seperti bahwa saya tak bicara (persisnya menunggu waktu tepat untuk bicara) perihal ‘hubungan dekat’ saya dengan Mak Wejang, yang barusa bikin saya ketawa sendirian. Sungguh, saya khawatir, salah-salah kata, bisa jadi Istri malah cemburu karena kini ada ‘wanita’ lain di hati saya, walau itu sekadar imaji impulsif, sosok fantasi artistik imajinatif, hi…hi…hi…!
Ya, seperti kata Mak Wejang, perjuangan Si Tengah dan Si Bungsu memang patut saya tulis agar tak menguap dalam ruang ingatan. Abang-Adik yang punya sikap sama dengan kami sekeluarga, seide dengan Mas Jokowi bahwa vaksinasi itu (sebagaimana dianjurkan para ulama dan umara sedunia) perlu kita terima, sebagai bagian dari cara meningkatkan daya tahan tubuh terhadap gempuran Covid-19.
Tapi kita tahu, vaksin yang dimiliki Pemerintah Indonesia masih terbatas. Datangnya pun bertahap. Karena itu juga vaksinasi dilakukan bertahap. Dimilai dari kalangan yang dianggap ‘paling depan’ untuk menjaga gawang kemungkinan penularan covid, lalu bagi para senior yang dianggap paling berisiko terserang, hingga tiba waktunya Pemerintah menerapkan tahap vaksinasi bagi kalangan anak-anak dan orang muda.
“Ya, aye faham lanjut ceritanye bahwa tahap vaksinasi buat anak dan orang muda eni amprok sama situasi dimana virus covid udah mutasi, beranak-pinak varian baru si alpha si delta, bahkan kini denger-denger sudah ada varian kappa,” potong Mak Wejang. Ya sudah, saya “Biarin” (pinjam judul puisi Yudhistira ANM Massardi tahun 80-an) Mak Wejang lanjut bicara, daripada dipotong balik. Nanti dia muthung…!
“Salut buat putra-putra Abang dan Mpok, Si Tengah dan Si Bungsu. Mereka kompak, seide, paketan tiap hari nyari peluang di lokasi mana kiranya ada digelar vaksinasi gratis dan go show/ Ya, ngandelin vaksinasi regular dari pemda provinsi atau pemkab/pemkot emang repot, nggak ketahuan kapan adanya? Kita, apalagi anak muda, memang kudu mau jemput bola. Nyari peluang sendiri, tegrep bila ada…”
Seperti mengulang apa yang (sebenarnya) saya juga tahu, Mak Wejang juga bilang susah-payahnya si Tengah dan Si Bungsu mengejar vaksinasi go show, yang tiap tiba di lokasi, jatah vaksin yang tersedia di panitia sudah habis terserap calon peminat yang sama ingin divaksinasi. Percaya nggak percaya, abang-adik itu berburu go show sampai ke Kota Bogor, Kota Depok dan Serang Banten.
Sampai tadi, usai Subuh keduanya keluar halaman. Manasin sepedamotor, nyiapin sarapan (Nasi Uduk dari warung di pinggir komplek, cium tangan dan pamit untuk ke Jalan Trunojoyo Kebayoran baru, kitaran 20 Km dari rumah kami. Bukan buat ketemu Pak Sigit, Kapolri kita, tapi untuk ikut vaksinasi massal buat umum, dan go show.
“Untung putra-putra Abang dan Mpok sigap. Pagi buta udah nyampe di TKP, sebelon rezeki dipacok burung…! Abang tahu, di nomor-nomor berapa putra-putra Abang dapet nomor antrean? Nomor 20 dan 19 dari belakang, dari 200 dosis vaksin yang siapkan panitia Kepolisian ini hari,” Lapor Mak Wejang. Mendadak bisikannya terhenti.
Di pintu ‘kamar kerja’, muncul Resti, Ibunya anak-anak, membawakan saya secangkir jamu herbal hangat plus madu, jamu empon-empon anticovid racikan pakar hama penyakit dan tanaman, plus pakar pertanian hidroponik dan aeroponic asal Kota Bogor, Dr. Ir. H. Nur Tjahjadi M.Sc. “Hmmm…!”
( 02/07/2021)