OLEH ARIES TANJUNG
Kemarin di tv swasta, ada polemik tentang wacana study banding para anggota parlemen ke-Brazil dan Ekuador. Rencananya para wakil rakyat yg terhormat itu akan berangkat dan melaksanakan “tugas mulia” itu pada akhir Oktober ini. Hehe, baru wacana saja sudah jadi polemik.
Brazil dan Ekuador adalah dua negara eksotik di Amerika Latin. Brazil, adalah negara terluas yang wilayahnya hampir separuh benua Amerika bagian selatan itu. Brazil, yang berada di sebelah utara-timur, benua Amerika bagian selatan itu membujur sampai hampir ke tengah. Kita semua ketahui, negara itu sdh terkenal sebagai negara sepakbola. Adakah, para anggota parlemen negara kita itu akan mengadakan study banding tentang sepakbola, mengingat sepakbola kita kalah melulu, bahkan sekadar di Asia tenggara? Ternyata bukan! Brazil terkenal sebagai negara dengan karnaval tahunannya yang heboh, meriah, seronok dan selalu jadi berita (terutama selebriti) dunia. Adakah anggota parlemen kita akan study tentang karnaval? Bukan!
Hari-hari ini, Brazil konon adalah salah-satu negara yang tingkat penularan covid-19 antar-warganya sangat tinggi dan agresif. Adakah anggota parlemen kita ingin mengadakan study banding tentang bagaimana penanganan covid-19? Juga bukan! Pemerintah Brazil pernah dikecam dunia, karena para tunawisma yang dianggap merusak pemandangan bahkan mengotori ibikotanya, Rio de Janeiro, itu ‘dihabisi’ dengan kejam. Adakah para anggota parlemen ingin mengadakan study banding tentang bagaimana menangani masalah urbanisasi dengan cara lebih ramah? Ternyata bukan.
Sekarang tentang Ekuador. Jika warga Brazil berbahasa Portugis, Ekuador yg berada di pantai barat Amerika Latin itu, wilayahnya jauh lebih kecil dan berbahasa Spanyol. Sedikit sekali orang mengetahui tentang negri eksotik itu. Ekuador yang dijajah Spanyol itu juga jago sepakbola. Ekuador berarti ekuator, katulistiwa. Dengan mudah kita mengerti bahwa negri itu berada tepat di garis katulistiwa.
Membicarakan Ekuador, langsung terbayang kepulauan Galapagos. Membicarakan Galapagos, tak mungkin tak mengingat dan membicarakan salah seorang ilmuwan Inggris paling berpengaruh di dunia, yaitu Charles Darwin. ‘Bapak teori evolusi’.
Kepulauan Galapagos adalah gugusan pulau-pulau. Pulau terbesar yang berbentuk mirip kuda laut dan gunung-gunung apinya termasuk paling aktif di dunia itu adalah pulau-pulau yang menjadi tempat penelitian Darwin tentang evolusi. Galapagos, terletak di lautan Pasifik, agak jauh dari daratan Ekuador, yaitu 900 sekian km. Atau kira-kira jarak Jakarta-Surabaya.
Charles Darwin, banyak disalah fahami. Kebanyakan dari kita menganggap dia berteori bahwa kita adalah keturunan monyet. Padahal, tak ada disebut dalam teori Darwin bahwa kita adalah keturunan monyet. Baik macaque (monyet dengan pupolasi paling banyak di dunia, berbulu abu-abu seperti pada umumnya yang kita kenal). Kera, simpanse, capucine, bonobo atau gorila. Banyak orang berkata (dan juga berteori: Jika kita adalah evolusi dari monyet, kenapa monyet, kera, capucine, simpanse, bonobo dan gorila masih ada. Tak berubah jadi manusia? Seandainya pun, sekali lagi, seandainya pun, kera-kera itu berevolusi, hlaaa ‘kan evolusi itu terjadi ratusan juta tahun. Sedang yang ribuan tahun saja kita tak tau?.
Charles Darwin berteori, bahwa semua mahluk secara alamiah berevolusi supaya bisa survive. Supaya bisa bertahan hidup. Menurut teori Darwin, mahluk hidup bahkan berasal dari nenek moyang yang sama. Kemudian, dari nenek moyang yang sama itu, bermutasi menjadi berbagai ragam mahluk hidup. Aku pernah nonton film sience fiction. Film itu malah ‘berani’ berteori, bahwa mahluk hidup (termasuk manusia) berasal dari laut. Ada juga film fiksi ilmiah yg berteori bahwa paus (yg kerap disalahkaprahi sebagai ikan padahal bukan) adalah mamalia darat yang pada zaman dinosaurus, (mungkin karena kalah bersaing dgn “para dino”) sehingga berevolusi dan ‘memilih’ hidup di laut.
Kembali ke-para anggota parlemen kita. Setelah blanyonganku tentang Ekuador, adakah mereka berencana melakukan study banding ke-negara eksotik itu tentang sepakbola? Bukan! Adakah para anggota parlemen itu mempelajari tentang Galapagos? Tentang kura-kura raksasa yang semakin langka itu? Bukan. Tentang geologi, geografi dan geo-geo lain? Bukan! Tentang evolusi? Bukan! Ooh, tentang…Charles Darwin? Juga bukan!
Hla kalau begitu, study banding itu tentang apa? Study banding itu ternyata tentang: Kekerasan seksual! Adakah di Brazil dan Ekuador sering terjadi peristiwa kekerasan seksual dan 2 negara itu dianggap berhasil menangani? Atau sebaliknya, adakah di dua negara itu tak pernah terjadi kekerasan seksual?
Lalu, ketika salah-satu wakil ketua DPR ditanya wartawan, apa urgensinya. Sang wakil ketua memberi jawaban mantap: “Tak tau!”
Ada yg tau?…
Ilustrasi: “evolusi – (bukan) teori Darwin”…(akrilik di atas karton duplex, 80x55cm)…
BACA BERIKUTNYA :
Wakil Ketua DPR, Azis Syamsuddin, Diperiksa KPK Besok. Jumat Keramat ‘Berkibar’ Kembali?
Benarkah Penerimaan Anggota DPR Banyak Dipotong?
Kali ini Presiden Jokowi Didampingi Ketua DPR Puan Maharani Tinjau Pelaksanaan Vaksinasi