Kesulitan menangkap korupto hanya satu. Bahwa banyak orang senang diberi uang banyak untuk melakukan hal kecil. Tak peduli meski yang memberi adalah penjahat penjarah uang negara alias koruptor.
Dalam hitungan detik, maling ayam dan motor dapat tertangkap. Tidak mudah menangkap koruptor yang menggarong uang negara hingga triliunan rupiah. Jikapun mereka dijebloskan ke penjara, hukuman mereka selalu berkurang tahun demi tahun. Sebagian bahkan memperoleh hukuman sangat ringan, karena berasal dari kelompok tertentu.
Masih ingat Gayus, petugas pajak yang menilep uang Rp 25 miliar pada tahun 2000an ? Gayus dipenjara 29 tahun, namun ia hanya perlu menjalani beberapa tahun, sebab setiap tahun atau peristiwa hari besar, Gayus memperoleh bonus pengurangan hukuman.
Bahkan, semasa masih di bui, Gayus masih bisa menonton pertandingan tenis internasional di Bali. Kamera wartawan menangkap sosok Gayus dan tiba-tiba, seluruh aparat dibuat sibuk bukan kepalang.
Jaksa Pinangki yang korupsi Rp 7,5 miliar setelah menerima sogokan dari koruptor Djoko Tjandra dan pencucian uang Rp 5,6 miliar, diputus hukuman 10 tahun. Ia melakukan banding menjadi 4 tahun, dijatuhi hukum 2 tahun, tapi dibebaskan hanya dalam 6 bulan.
Menangkap koruptor memang sulit, karena setiap orang mudah diiming-imingi uang sogokan untuk meloloskan dirinya. Semua orang bisa menjadi maling ketika melihat uang segepok diberikan hanya dalam hitungan detik. Setiap orang yang memiliki cita-cita luhur dan menjadi bersih, tiba-tiba bisa kotor karena jabatan dan uang. Cerita orang bersih menjadi kotor ini bisa anda baca di berbagai media maupun buku.
Ada sinyalemen bahwa sebanyak 457 pegawai Kementerian Keuangan melakukan transaksi janggal sejumlah Rp 300 triliun yang sejak 2009 tak pernah ditindak. Jika dihitung, itu melibatkan 4 Menteri Keuangan dan semua menutup mata dan memilih diam, sebab uang memang sangat menggoda. Dengan uang, seseorang bisa berkuasa dan membeli apa saja, lalu pamer bahwa dirinya memiliki yang orang tak punya,
Pokoknya, kalau soal uang, tidak mudah menangkap, sebab pertemanan dan kelompoknya memiliki kehausan yang sama soal uang. Beberapa koruptor besar, toh juga tak jelas keberadaannya. Siapa tahu tiba-tiba anda ketemu sedang makan di restaurant yang sama. Mereka pegang uang miliaran hingga trilunan untuk menutup jejak.
Mereka bisa ke Taiwan atau Korea mengubah wajah seluruh keluarga mereka hanya untuk menikmati uang jarahan dari negara ini yang tak semakin berkurang koruptornya, namun justru menjadi-jadi. Koruptor tumbuh karena mereka berkerumun seperti semut yang melihat gula.
Kalau sudah melihat uang, semua lupa janjinya untuk menjadi orang baik.