Foto : Mathias Reding / Unsplash
Penulis : Jlitheng
Suatu pagi sekembali menemani istri berangkat kerja, kulihat temanku dijemput istrinya usai olahraga jalan pagi. Pikir saya: “Duh, bahagianya mereka. Rukun menjalani hari tua, tak ada lagi masalah yang menggoda jadi gelisah. Tiap pagi disapanya, hari baru dengan wajah berseri.
Di pagi berikutnya, ketika kembali kami berjumpa, kukatakan yang ada di pikiran itu kepadanya. Jawabnya, “Oalah, mas, urip kuwi wang sinawang. Katon bungah durung mesti bungah.” Artinya, itu persepsi mas. Yang nampaknya bahagia belum tentu dalamnya.
Lanjutnya: “Sama lho. Kami berdua lihat panjenengan itu tak henti berkarya. Usia lebih tua, tapi tetap berbakti dalam pendidikan, tak henti berbagi inspirasi, ngendokke sing kenceng, madangi sing peteng.”
Akhirnya kami berdua tertawa: “Apapun beban kita, kalau ada teman untuk sambat sebut, hati kan tetap bahagia.”
Di mana ada beban berat, di situ berkat melimpah. Yang dibutuhkan: tabah menjalani, memerdekakan diri dari jerat emosi, dan senantiasa bertumpu pada arahan Ilahi. Patokannya: keno iwake ora buthek banyune.
Salam sehat dan bahagia berbagi cahaya.