Taliban itu Bonek, Tapi Bukan Mau Mereka

APA BEDA gerakan Taliban 2021 di Afganistan dengan Revolusi di Iran 1975? tanya saya.

“Mereka beda. Iran itu punya banyak pemikir, cendekiawan. Ada sosok kharismatis seperti Ali Syariati, di antaranya. Ali Syariati pengaruhnya luar biasa. Bahkan Dr. Amin Rais sepulang dari Chicago menerjemahkan bukunya, Tugas Cendekiawan Muslim (1982) .

Selain itu, Ayatullah Khomaeni sendiri, figur pemersatu mereka, orang yang alim. Luar biasa.

Iran juga punya Khurasan – kota pesantren. Ada Najaf, yang dikontrol Sadam Hussen. Ulama ulama di Iran sekolah di Najaf. Sebagiannya lagi sekolah di Prancis.

Intinya, di sana (Iran) banyak orang terpelajar. Jelas sekali, para pelaku revolusi di Iran bukan bonek.

Iran dikenal sebagai negeri Mullah. Banyak cendekiawan di negeri ini.

Sedangkan Taliban itu bonek. Taliban nggak punya (tokoh) intelektual. Jadi, ya, mohon maaf !

Tapi Bonek (di Afganistan) bukan kehendak mereka. Melainkan karena keadaan.

“Saya nggak membela Taliban, ya. Saya hanya iba sama mereka, ” koreksinya.

Harus dimaklumi, negeri ini (Afganistan) nggak punya kesempatan hidup normal. Selalu dijajah asing. Anak anak mereka nggak sekolah. Gimana mau sekolah? Terus menerus dijajah negara asing. Rusia dan Amerika menjajah mereka.

Taliban itu harus dikasihani. Negara juga butuh waktu lama untuk dewasa . Bung Karno mengalami “trail and error” juga.

Jangan hakimi Taliban sekarang. Mereka butuh waktu. Kita tidak bisa menghakimi Taliban dari sini. Gak bisa. Saya berharap semoga mereka terus berproses. Seiring berjalannya waktu, mereka akan belajar.

Akibat terus berkonflik dan lama dijajah sehingga Afganistan tak melahiakan kalangan terpelajar dan cendekiawan.

Apalagi sekarang mereka kerjasama dengan Cina. Kalau Cina bisa bisnis dengan Taliban, hasilnya luar biasa. Mereka memenangkan pertarungan dengan India, dan bisa masuk ke Iran dan menguasai Timur Tengah.

Dari sisi geopolitik, Taliban diuntungkan.

Kebetulan Cina lagi perang dagang dengan AS. Ekonomi Cina lagi bagus bagusnya, sedangkan Amerika lagi bangkrut. Hegemoni AS akan merosot dan susah bangkit lagi. Seperti imperium Inggris, lama lama merosot. Begitu merosot tak bangkit lagi.

Dibandingkan Cina, bensin AS sudah habis .

Cina sudah menguasai Afrika, khususnya bagian tengah. Selanjutnya masuk Timur Tengah.

Meski hebat, kekuatan Cina sejauh ini masih di ekonomi. Kekuatan budayanya belum ada.

Hegemoni Barat itu bukan hanya ekonomi, tapi budayanya, pikirannya, idenya. Cina nggak begitu. Karena pemerintah otoriter, nggak ada perkembangan ide ide – tidak seperti di Barat.

Korea lebih berhasil menarik perhatian dunia, lewat budayanya. Lewat K-Pop. Sedangkan Cina belum.

Cina baru sukses menjual barang barang. Ini tab yang saya pakai murah, tapi soundsystemnya bagus banget. Baru beli sebulan. Buat kerja enak banget.

“Saya ngaji dari sini, kitab dan buku saya ada di sini” katanya. (***)

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.