Seide.id – Pekan lalu, (mungkin) beberapa jam sebelum semua media -tentu termasuk medsos- mengabarkan wafatnya sang ‘legenda hidup’ yang dujuluki “Queen of Rock’n roll”, aku menonton film drama. Dengan cerita, dan diperankan oleh para pelakon yang sedikit lebih tua daripada remaja, tapi juga belum layak disebut dewasa. Mungkin dewasa muda. Umur-umur ketika Tina ‘ditemukan’ oleh Ike Turner. Ketika Ike Turner sudah ‘setengah terkenal’, mempunyai band bernama “Kings of Rhythm”. “Hey,… I don’t know you can sing, girl. No doubt about it!”…puji Ike.
Dalam film itu, ada adegan menarik, dan skenario menggelitik. Tokoh utama film, seorang remaja kutu-buku, cerdas dan selalu berfikir ‘lebih matang’ daripada remaja seusianya, tapi kurang disukai teman-teman sekolah (mungkin karena kutu-buku dan fikiran yang ‘lebih matang’ itu). Sang tokoh, mengintip dari jendela rumahnya. Di halaman samping, dia melihat kakak perempuannya yang cantik dan baik sedang dirayu-rayu oleh seorang pemuda tampan, gondrong, modis, populer, tapi si tokoh tahu betul bahwa pemuda pacar kakanya itu adalah pemuda brengsek, belagu sok tahu dan …’kurang cerdas’. Lalu kamera mengarah ke wajah si tokoh yang ekspresinya nampak kesal tapi tak bisa berbuat apa-apa, karena sepertinya sang kakak suka kepada pacarnya itu. Lalu, terdengar narasi suara sang tokoh: “Mengapa wanita baik bisa suka kepada pria brengsek?”…Misteri.
Kita kerap membaca, melihat dan mendengar peristiwa yang membuat kita heran, agak menyayangkan, geram dan geregetan. Karena hal seperti itu terjadi di mana saja dalam kehidupan. Tak peduli strata kehidupan bawah, biasa-biasa saja, menengah atau mewah. Tentu peristiwa yang menyebalkan seperti itu jika terjadi di warga biasa, tak bergema, tak terdeteksi atau khalayak tak peduli. Tapi jika terjadi di kalangan orang terkenal, tokoh atau selebriti, tentu menjadi sasaran empuk pergunjingan (anak milenial bilang: viral).
Kita geregetan terhadap peristiwa yang dialami Whitney Huston, Tina Turner, Johny Depp, Robin Given dan ..artis dangdut siapa tuh yang tempohari -belum lama ini- melaporkan kasusnya kepada polisi. Bahwa suaminya -pemain sinetron- melakukan ka-de-er-te. Tapi beberapa hari kemudian dia menarik kembali semua aduannya karena konon sang suami sudah meminta ma’af.
Tapi, ini kali aku ingin blanyongan tentang Tina Turner.
Tina, yg nama aslinya Anna Mae Bullock ketika berduet dengan Ike, begitu terkenal dan banyak menghasilkan hit dan penghargaan. Kehidupan berjalan asyik, indah dan baik-baik saja. Bahkan mungkin malah mewah melimpah, karena hit-hit yang mereka buat bagi penggemarnya. Juga tur dan konser-konser. Sampai suatu ketika,… jreeeng!, ..segala mewah, megah tak lagi membawa berkah. Bubrah!
Ike Turner, perlahan tapi pasti memunculkan sikapnya yang asli. Norak, belagu, kasar, bahkan brutal. Tina sering kali jadi sasaran kebringasan ike yang ‘entah diperoleh dari mana’. Kekerasan Ike tak cuma kekasaran verbal, misalnya memaki dengan kata-kata, tapi sudah melakukan kebrutalan fisik. “Sungguh aneh, aku bisa bertahan cukup lama, dengan ‘mahluk’ seperti itu.”
Berbicara soal bertahan, ..Craig anak lelaki TIna pernah bercerita bahwa jika ayahnya ‘menyeret’ ibunya masuk ke-kamar mandi, lalu terdengar suara gedubrakan, lalu ibunya menjerit-jerit, …maka Craig tahu apa yabg terjadi. Tapi dia tentu tak dapat berbuat apa-apa. Konon, Ike bukan cuma menempeleng, tapi bahkan.. meninju sampai rahang Tina konon pernah patah. Mental dan psikologis Craig hancur berkeping-keping. Anak lelakinya itu, akhirnya tewas bunuh diri!
Tina, lalu direhabilitasi cukup lama untuk memulihkan fisik dan terutama mentalnya.
Tahun 1978, mereka bercerai.
Setelah lama ‘menghilang’, setelah merasa siap menghadapi tatapan para penggemar terutama pertanyaan-pertanyaan wartawan. Tina muncul kembali. Dia tak menikah lagi. Pasti akan lama bagi mentalnya dan secara psikologis untuk siap menikah lagi. Pertanyaan pertama yang (mungkin) diajukan oleh semua orang adalah: Mengapa Tina masih menggunakan nama Turner di belakang namanya?
Aneh, dalam biografinya yang aku intip sekelebat, tak ada cerita yang mengundang pertanyaan itu. Dugaanku adalah: Tina ‘sengaja’ menggunakan nama Turner untuk mengingatkan dirinya sendiri bahwa ada lelaki busuk bernama Turner. Lalu setiap kali mengingat nama itu, alih-alih tengak-tenguk saja, tak melakukan apa-apa, Tina justru terpacu, ‘menggunakan’ nama itu untuk menstimulasinya meradang dalam berkarya… dan berkarya. Jadi, nama itu digunakannya sebagai pembakar semangatnya untuk berkarya! Itu dugaan dan skenarioku saja.
Terbukti, setelah itu,… kreatifitas Tina Turner memang tak terbendung. Karya-karyanya menjadi hit dunia. Tina meraih Grammy.
Pada tahun 1988, Tina Turner membuat konser dunia yg diberi tajuk: “Tina Turner Break Every Rule Word Tour”. Salah-satu kota dunia yg disambanginya adalah… Jakarta. Kebetulan aku nonton konser yang diselenggarakan di Istora itu (kita agaknya memang tak punya gedung khusus untuk pertunjukan musik). Biasanya pertunjukan musik, yaa paling-paling diadakan di gedung olahraga. Bergantian antara: Istora, GBK dan Tenis Indoor. Oh, ya ngomong-ngomong Sting pernah memuji ketika dia berkonser di JHCC (yang aku juga nonton dan malah membuat resensi untuk tempatku bekerja). Sting bilang: “Waaah, .kalian punya gedung pertunjukan musik yang megah sekali. Saya merasa terhormat main di sini”. Hehehe, …dia gak tahu kalok JHCC itu bukan gedung musik.
Di konser itu, di usia paruh bayanya (berusia hampir 50 tahun waktu itu), Tina menunjukkan enerji yang luar biasa. Jangan bayangkan penyanyi berusia paruhbaya yang duduk, berdiri atau berlenggak-lenggok sekadarnya atau menyapa penonton dengan senyum manis berbasa-basi. Tina Turner yang aku saksikan di konsernya itu adalah seorang penyanyi rock yang jejingkrakan, energik, berkarakter kuat dan penuh dgn atmosphere positif. Padahal konon pada saat Itu, Tina sedang memulai terapi untuk suatu penyakit. Terapi itu konon membuat rambutnya rontok, mrotholi. Itulah sebabnya dia konon memakai wig berwarna-warni.
Di usia paruh bayanya, Tina malah meraih kejayaan. Di usia paruh baya pula, karakternya telah menarik perhatian pembuat film “Mad Max” yang terkenal itu. Di film itu, dengan karakter kuat, penapilan dan kostum unik memikat, Tina turner bahkan berhasil “stealing the show”, atau ‘mencuri perhatian’, seolah menutup kemilau bintang utamanya, yaitu: Mel Gibson. Menurutku itu bukan lagi sekadar mencuri, tapi sudah “merampok perhatian”… (ada yang sempat menonton film itu?).
Pada usian manula, dia harus bolak-balik Amerika-Swiss untuk mengobati penyakit dan mungkin saja mencari ketenangan dalam hidupnya. Tahun 2013, Tina Turner melepas kewarganegaraan Amerika-nya, lalu menjadi warga negara dan menikah dengan lelaki Swiss, bernama Erwin Bach.
Whitney Huston yang melancholy seperti terpuruk, mengalah, lungkrah dan kalah ketika mencintai ‘lelaki yang salah’ bernama Boby Brown. Sebaliknya, Tina Turner, menghadapinya dengan tegar, melawan, neradang, menerjang dan menang!…
“What’s love got to do with it?” Tina bertanya dalam salah-satu hit-nya.
“Love, did everything to you Tina,… everything”
Tina, terima kasih atas hit-hit yang kau buat. Baik-baiklah di sana, di sisiNya…
Aries Tanjung