Yang Hijrah Pakaiannya, Bukan Kelakuannya

Paula Verhouven - Baim Wong

Hijrah dan tampil Islami tak menjamin tindakan dan amalan dari ajaran agama yang mereka anut. Meski sudah lumayan lama hijrahnya, sudah lama ngajinya. Foto : Instagram /Paula_Verhouven

OLEH DIMAS SUPRIYANTO

INI POSTINGAN tentang pasangan selebritis ibukota yang sedang heboh di kalangan pecinta infotainment: pasangan selebritis ganteng dan cantik, tajir mlintir, sukses, sudah ada anak, dan tampil serasi selama ini. Dan belakangan mereka nampak agamis juga. Keduanya dekat dengan guru agama. Bahkan pamer keakraban dengan ustadz kondang.

Tapi ini bukan postingan gosip. Karena yang bersangkutan sudah jumpa pers. Pihak laki laki mengajukan gugatan cerai ke pengadilan Jakarta Selatan, didampingi pengacaranya. Juga bukan desas desus, karena sudah gamblang.

Dan bukan soal perceraian, karena artis kawin cerai itu sudah biasa. Normal adanya. Juga bukan perselingkuhan sebagai motifnya. Karena artis dan selingkuh, nempel sana sini, celup sana sini, itu seperti sayur dan bumbu penyedapnya. Lebih ‘sedep’ rasanya buat dicoba – ketimbang yang normal tanpa bumbu penyedap.

Entah benar entah ‘settingan’, sekadar membikin ‘content’ – seperti yang biasa dilakukan para selebgram. Tapi mengingat yang bersangkutan punya nama besar dan bicara bersama pengacara, di depan wartawan, berikut alasan di balik permohonan cerai yang diajukannya ke pengadilan agama, pada Selasa sore itu – minim kemungkinan dia bohong.

Lagi pula motif perselingkuhan itu rada memalukan. Artinya, terpaksa harus mengungkapkan. Kecurigaan adanya selingkuh itu sedikit banyak benar adanya.

“Sebenarnya posisi saya itu sulit, saya memang dikhianati sama dua orang terdekat saya, dari pihak perempuan sama laki-laki, yang laki-laki itu teman baik saya sendiri,” kata pihak suami, di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, 8 Oktober 2024. Nah, itu!

JADI ini pokok masalahnya. Pasangan yang nampak serasi ini; Baim Wong dan Paula Verhouven yang cantik dan ganteng, kaya raya, punya dua anak, terkesan sempurna – terancam cerai, karena dugaan perselingkuhan, pada pernikahannya di tahun ke 6. Yang mengejutkan laki laki yang dituding menyelingkuhi adalah kawan sendiri, sesama artis, ganteng juga.

Tercetus kemudian nama bintang sinetron yang diduga menyelingkuhi, punya isteri artis juga, berwajah jelita juga. Semlohei juga !

Alangkah ironisnya. Alangkah tragisnya. Dan alangkah lainnya…

Hal yang menggelikan adalah mereka semua biasa tampil agamis. Mereka satu komunitas, sesama penghayat hijroh alias hijrah – kaum hijabers, jenggoters, cingkrangers. Pengikuti Islam kagetan, komunitas artis yang mendadak Islami – yang sedang ‘nge-trend’ belakangan ini – merujuk pada penampilan mereka, dari buka bukaan mendadak tutup tutupan.

Meski ironinya – dan pada akhirnya – setelah tutup tutupan, kini jadi buka bukaan. Bukan buka pakaiannya, melainkan buka aibnya Aib mereka!

Jadi fokus postingan ini bukan pada sosok selebritis, yang sempurna, kecukupan, melainkan bagaimana ajaran agama menjadi kedok. Palsu! Ada suami melaporkan isterinya dengan tudingan selingkuh – dan itu serius – karena jadi berita seantero Nusantara bahkan jagat raya.

Jika benar, maka betapa malangnya suami yang diselengkuhi. Kegantengan dan kekayaan tak menjadikan isterinya setia. Tak bisa membikin isterinya patuh, nurut, mengabdi.

Sebaliknya, apa artinya hijab yang dipakai si isteri, jika tak bisa menjaga kehormatan sebagai isteri, patuh pada suami yang ditahbiskan sebagai imam dalam rumah tangga. Yang tidak berhijab saja paham.

Tapi kenapa saya yang harus kotbah di sini? Mentang ini hari Jumat dan pada mau Jumatan?

Kelakuan kaum hijrah, hijabers, jenggoters, yang suka teriak teriak nama Allah, memuliakan Nabi, sibuk menutup aurat, rajin menasehati orang lain ; royal mengumbar ayat dengan aksen was-wes-wos, lafal Timur Tengah, ternyata cuma kedok. Pencitraan!

Sebagian dari mereka tetaplah mengumbar kelamin secara tak sah dengan orang lain, yang disukai, lazimnya orang yang tidak paham agama. Longgar moralnya.

MEREKA hanya model. Kapstok. Manekin. Itu faktanya. Tampil sesuai kebutuhan, event organizer yang mengundang dan membayar. Yang membayar adalah ormas, produsen hijab, yang punya jenggot, dan diminta tampil seperti client yang memberi order. Lalu lenggak lenggok di sosial media. Tak ada hubungan dengan hati, jiwa dan kelakuan.

Mereka bagian kapstok yang sedang kampanye menghijabkan dunia, mengIslamkan dunia, sebagai proyek global kaum sektarian-intoleran. Tak ada hubungannya dengan kehidupan di balik itu.

Target mereka, kaum awam masuk Islam dulu, agamis dulu, berjilbab dulu, jenggotan dulu, cingkrangan dulu, urusan bagaimana beragama nanti saja, menyusul kemudian.

Agama dan akhlak menjadi dua hal yang berbeda. Mereka beragama, meski kurang berakhlak. Hijab, niqab hanya kemasan, bungkusan, pakaian – tak ada hubungannya dengan tindakan, moral, dan akhlak, praktik berkehidupan, bermasyarakat dan bernegara. Bahkan sekadar attitude.

Mereka membalikkan nalar sehat kaum beradab dan bermoral – notabene warga sekolahan.

MASUKNYA Paula Verhouven, yang indo Belanda ke komunitas hijabers jelas menguntungkan proyek hijabers global. Juga Baim Wong, Dimas Seto dan Dini Aminarti – untuk menunjuk nama nama yang sedang viral kini. Menyusul Neno Warisman, Peggy Melaty Sukma, Kartika Putri, Teuku Wisnu, Irwinsyah, Primus Yustisio, Arie Untung, sekondan mereka – beserta isteri masing masingnya.

Tapi kini menjadi bumerang.

Hijrah dan tampil Islami tak menjamin tindakan dan amalan dari ajaran agama yang mereka anut. Meski sudah lumayan lama hijrahnya, sudah lama ngajinya. Sudah jenggotan juga.

Harusnya, sih, sudah “tawadhu” – mengutip istilah mereka – yaitu banyak menunduk, tidak ‘tolah toleh’ melirik makluk halus mulus, putih bening kinclong seperti Paula Verhouven – yang masih “newbie” .

Itu kalau sinyalemen yang dilempar Baim Wong benar adanya.

Nyatanya – jika isu itu benar – kena godaan yang sangat elementer dan visual: kecantikan dan berahi! Tak beda dengan saya dong akh! Kaum abangan slenge’an ini – yang gak kenal kitab, nggak pernah ngaji. Jauh dari air wudhu. Aliran agamanya ora cetha !

Saya – yang jauh dari wudhu ini – malah teguh dengan moral jaga attitude, untuk hal yang satu itu : pantang menggoda isteri teman. Pantang mengganggu rumah tangga orang lain! No way!

Mereka – para hijabers dan cingkrangers itu, menutup kepala dan tubuh mereka – tapi tak bisa menutup hal yang justru seharusnya mereka jaga rapat rapat: kelamin. Nafsu badani, berahi! Imajinasi ranjang. Syurr!

Lhaaah, sekelas Abdulah Gymnastiar juga kena. Mengawini jemaah sendiri, dan menyingkirkan isteri tuanya yang setia dan memberi tujuh anak. Apalah artinya mereka? Timbang pasang jenggot dan pakai celana cingkrang doang.

Dasar kaum munafikun ha..ha..ha..

JADI mereka menambah daftar panjang dan memperkuat hipotesis – postulat – aksioma – paradigma – argumen – sinyalemen bahwa agama tidak mengubah kelakuan. Mereka rajin mengaji, fasih mengutip ayat suci, nampak rajin ibadah, sudah ke tanah suci, sudah berhaji, sering umrah, tapi kelamin siap melenting – setiap saat dibutuhkan.

Di luar kehidupan selebritis, yang memang badaniah, lahiriah, fisikal – di pesantren, dimana para santri mengkaji kitab kitab – tampil tertutup dari kepala hingga kaki, ada juga ustadz bahlul yang tega menggarap santri mereka. Bahkan sampai hamil dan melahirkan anak. Dalam jumlah banyak juga. Sedangkan ustadz ‘hombreng’ menyodomi muridnya, hingga korbannya puluhan.

Menjadi bukti nyata, bahwa agama sering hanya sebatas pengetahuan. Tidak membentuk karakter, mengubah kelakuan dan watak. Tidak mencegah nafsu bermaksiat.

Dosa besar itu, selain seks, juga korupsi, intoleransi, seperti heboh di Bekasi tempo hari, setingkat kepala bagian di instansi pemerintah, berhijab dan sudah cukup tua, masih mengumbar kebencian. Sibuk mengurusi agama dan menagganggu ibadah umat lain.

Ramai jadi pergunjingan juga, di kementrian agama, para ulama, ustadz, bergelar ‘Gus’ dan ‘Ning’ mempermainkan kuota haji, menjual jalur khusus untuk keuntungan sendiri dan grupnya. Berangkat ke Tanah Suci berkali kali, atas tanggungan negara, menutup kesempatan mereka yang sungguh sungguh mau ibadah dengan menabung bertahun tahun.

Jadi bertahun tahun belajar dan menekuni agama buat apa, ya!? ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.