76 Tahun Merdeka Indonesia Sudah Bisa Apa

Lomba 17an

Oleh DAMAI K

Sudah dua tahun terakhir ini di kampung kami – mungkin juga di kampung-kampung lain di Indonesia –  tidak ada lagi lomba balap karung, makan kerupuk, panjang pinang atau lomba-lomba lainnya untuk menyemarakan HUT Kemerdekaan RI. Tahun ini HUT RI memasuki ke-76 tahun. 

Tak seperti dua tahun sebelumnya, lapangan sepakbola di depan rumah kami yang biasa ramai oleh anak-anak yang mengikuti lomba, dengan announcer kampung yang bawel memanggil peserta lomba atau memberi semangat, kali ini sepi. 

Pandemi covid-19 yang telah berlangsung 2 tahun lebih, benar-benar telah menyapu seluruh kegembiraan Agustusan. Kebetulan pagi ini tak ada angin bertiup, sehingga bendera merah putih yang saya ikatkan di tiang besi bekas tenda café, lalu diikatkan ke tembok pagar dengan kawat bendrat, tidak berkibar sama sekali. Sang saka yang harusnya terlihat gagah perwira, hanya “meringkuk” tanpa semangat. 

Lapangan sepakbola yang sepi, dan sang saka yang meringkuk layu, seakan menjadi cermin keadaan negeri tercinta saat ini, seolah mengajak kita semua melakukan kontemplasi dan refleksi atas apa yang terjadi saat ini. Negeri yang dikaruniai kekayaan alam berlimpah, dan keanekaragaman suku bangsa di dalamnya, benar-benar dalam keadaan prihatin. 

Tak ada lagi lomba panjat pinang dua tahun terakhir

Ketergantungan Impor

76 tahun bagi bangsa Indonesia adalah usia kemerdekaan, lepas dari belenggu penjajah. Di luar itu suku-suku bangsa di Nusantara yang kemudian melebur jadi Indonesia sudah ada sejak ribuan tahun lalu, dengan kekayaan budaya dan peradabannya. 

Sisa peradaban ribuan tahun itu masih ada sampai hari ini. Kebudayaan yang ada jauh sebelum Indonesia merdeka masih terpelihara sampai hari ini, meski pun sebagian besar sudah terkikis karena pengaruh modernisasi. Manusia Indonesia, terutama dari kalangan muda, banyak yang lebih menyukai budaya yang datang dari luar daripada mempelajari dan mempraktekkan budaya sendiri.

Sampai dengan 76 usia kemerdekaannya, politik bebas aktif yang diterapkan Indonesia, membuat Indonesia juga membuka pintu lebar-lebar bagi produk barang dan kebudayaan asing. Terhadap barang impor, bangsa Indonesia termasuk permisif. Apa saja barang yang dibutuhkan di Indonesia bebas masuk dari luar, baik primer maupun sekunder. 

Tak dipungkiri bahwa Indonesia juga melakukan ekspor, tetapi kebanyakan ekspor migas dan barang tambang. Expor barang-barang berteknologi tinggi masih sangat sedikit. 

Masih tergantung impor dalam banyak hal

Komponen Lokal Merk Mobil Kelas Bawah

Impor Indonesia bermacam-macam, mulai dari garam hingga pesawat terbang. Lebih dari seperempat impor non migas Indonesia berasal dari Cina. 90 persen obat dan bahan baku obat masih mengandalkan impor.  

Di bidang otomotif, ketergantungan Indonesia terhadap komponen impor sangat tinggi. Meski pun pemerintah mengatakan ada mobil yang memiliki kandungan lokal tinggi, tetapi untuk komponen utama seperti mesin dan bagian yang memerlukan teknologi tinggi lainnya, masih diimpor. Pemakaian tinggi pada komponen lokal biasanya pada merek-merek mobil kelas bawah yang berharga murah. 

Jutaan unit kendaraan yang tiap hari lalu lalang di jalan masih menggunakan merek asing, petanda Indonesia belum mampu memproduksi sendiri. Ada upaya untuk membuat mobil sendiri dengan merek Esemka, sampai saat ini belum mampu merebut pasar. 

Melalui PT. IPTN di masa Presiden BJ. Habibie, Indonesia pernah mendirikan pabrik pesawat terbang di Bandung, dan telah memproduksi pesawat penumpang ringan jenis N 250. IPTN kemudian ditutup karena IMF menolak menalangi dana bantuan untuk pengembangan pesawat, sehingga banyak mantan pegawai IPTN hijrah ke perusahaan pesawat terbang kelas dunia seperti Airbus hingga Boeing. 

Industri penerbangan di Indonesia  berkali-kali turun naik, hingga mencoba bekerjasama dengan Korea Selatan dalam mebuat pesawat tempur dengan Korea Selatan, namun belakangan terbetik kabar Indonesia mundur. 

Untuk mempertahankan kedaulatan negara yang luas dari ancaman musuh, Indonesia membutuhkan alutista yang kuat. Terutama pesawat terbang, kapal laut dan persenjataan yang canggih. Untuk memenuhi kebutuhan itu, sampai saat ini Indonesia masih tergantung impor. Itu pun harus berhadapan dengan aturan negara eksportir yang seringkali seenaknya dalam membuat aturan. 

Utang pada negara asing masih tinggi. Kementerian Keuangan mencatat posisi utang Pemerintah Indonesia mencapai Rp 6,554 Triliun

Utang Kepada Negara Asing

Indonesia mencoba membuat beberapa jenis produk alutista melalui PT Pindad dan PT. PAL, juga pembuatan roket hasil kerja konsorsium Kementerian Pertahanan, beberapa Universitas Negeri dan beberapa perusahaan negara, akan tetapi kapasistas dan kemampuannya masih perlu ditingkatkan, agar bisa menjaga wilayah Indonesia dari ancaman pihak asing. 

Indonesia sejak dulu dikenal sebagai negara agraris. Namun sampai saat ini impor bahan pertanian Indonesia masih besar, termasuk untuk kebutuhan pokok seperti gula, beras, daging, terigu, buah dan sayuran. Bertahun-tahun Indonesia berusaha melakukan kemandirian pangan, tidak pernah berhasil. Banyak pemburu rente yang sengaja membuat Indonesia lemah dan tidak mandiri. 

Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam luar biasa, Indonesia ternyata memiliki utang kepada negara-negara asing yang sangat besar. Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah sampai akhir Juni 2021 sebesar Rp 6.554,56 triliun. Angka tersebut 41,35 persen dari rasio utang pemerintah terhadap PDB. 

Ada banyak alasan positif yang dikemukakan pemerintah terkiat utang luar negeri. Antara lain untuk pembangunan infrastruktur, pembiayaan impor, meningkatkan index pembangunan manusia, demi pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya. 

Bagaimana pun utang harus dibayar. Pada 2021, pembayaran cicilan pokok utang dianggarkan sebesar 82,3 triliun rupiah dan bunga utang sebesar 373,3 triliun rupiah atau secara total mencapai 455,6 triliun rupiah. 

Mutu Rendah IQ 87

Salah satu cara meningkatkan keunggulan bangsa adalah dengan meningkatan mutu Pendidikan. Survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada Selasa (3/12) di Paris, menempatkan Indonesia di peringkat ke-72 dari 77 negara. Peringkat perguruan tinggi Indonesia naik berdasarkan QS World University Ranking 2021 masih berada di posisi 254 (UGM) dan peringkat 205 (UI). 

Untuk ukuran kecerdasan (IQ), rata-rata anak Indonesia  — Menurut laman iq-research.info — menempati Indonesia berada di peringkat 20 dengan rata-rata IQ penduduk yang berkisar 87. 

Peringkat Indonesia masih di bawah Laos (peringkat 18 dengan rata-rata IQ 89), namun lebih tinggi dari Filipina (peringkat 21 dengan rata-rata IQ 86).  Malaysia berada di peringkat 15, dengan rata-rata IQ 92. 

Laporan Bank Dunia tahun 2018 juga menunjukkan bahwa skor Human Capital Index (HCI) Indonesia menempati peringkat 87 dari 157 negara, di bawah Singapura (peringkat 1), Vietnam (peringkat 48) dan Malaysia (peringkat 55). 

Sebagai negara dengan penduduk keempat terbesar di dunia, Indonesia dalam Olimpiade 2020 di Tokyo yang baru lalu berada di peringat ke-55 dengan hasil 1 emas, 1 perak dan 3 perunggu. Itu pun dihasilkan dari 2 cabang: bulutangkis dan angkat besi. 

Dekat Dengan Alam

Untuk memajukan Indonesia, bukan saja Pendidikan dan kecerdasan anak bangsa harus ditingkatkan. Etos kerja juga harus di bangun. 

Sampai saat ini masyarakat Indonesia cenderung gemar menunda pekerjaan, tidak disiplin dan tidak tepat waktu. Indonesia tercatat memiliki tingkat produktivitas  pekerja yang masih rendah dalam lingkup  Asia. Posisi Indonesia masih di bawah Malaysia dan Singapura. 

Dalam bukunya  Manusia Indonesia [1977], legenda wartawan Indonesia Mochtar Lubis menyebutkan ada 6 (enam) ciri / etos kerja orang Indonesia:  1. Munafik atau hipokrit, suka berpura-pura, lain di mulut lain di hati; 2 . Enggan bertanggung jawab. Suka mencari kambing hitam; 3.  Berjiwa feodal. Gemar upacara, suka dihormati daripada menghormati dan lebih mementingkan status daripada prestasi; 4. Percaya takhyul. Gemar hal keramat, mistis dan gaib; 5. Berwatak lemah. Kurang kuat mempertahankan keyakinan, plinplan, dan gampang terintimidasi. Dari kesemuanya, hanya ada satu yang positif, yaitu 6.  Artistik; dekat dengan alam. 

SEIDE

About Admin SEIDE

Seide.id adalah web portal media yang menampilkan karya para jurnalis, kolumnis dan penulis senior. Redaksi Seide.id tunduk pada UU No. 40 / 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Opini yang tersaji di Seide.id merupakan tanggung jawab masing masing penulis.