Akulah, Badai itu

Seide.id– Aku sudah ketemu secara pribadi dengan puluhan (mungkin bahkan sampai 100) orang perempuan, yang menjadi tulang punggung keluarga.

Entah karena suami meninggal, sakit parah, atau pergi (dengan aneka alasan). Atau juga, perempuan itulah yang memutuskan untuk meninggalkan pernikahan yang penuh kekerasan. Sebagian diantara perempuan ini, bekerja di sektor informal. Jadi ART, pegawai toko, pedagang kecil, buruh cuci, tukang urut…. dll.

Saking hafalnya aku pada ketangguhan mereka, aku sampai membisiki manajer dan karyawanku, setiap kali kami mencari pegawai : ‘janda yang punya anak, akan kudahulukan.’

Bukan hendak diskriminatif ya…
Tapi, selain ‘menolong’ anak yatim secara tidak langsung, aku juga selalu puas pada ketangguhan perempuan yang dibakar oleh dorongan insting induk untuk berjibaku bagi nafkah anak-anaknya. Diantara waktu bekerja masih bisa masak, bebenah rumah, antar jemput anaknya sekolah, plus : masih bisa ngelembur kalau melihat pekerjaan perlu dilemburi…. Aku beneran belum pernah ketemu dengan janda genit yang letoy-letoy…. aku cuma dengar dari cerita teman-teman kalau ada janda model drama korea begitu. Baguslah, aku gak ketemu. Malas saja membayangkan, topik diskusi macam apa yang akan terjadi…

Selain janda beranak, aku juga punya pegawai lelaki yang duda (dan menjadi single parent, karena juga mengurus sendiri, anak-anaknya). Eh kok kudapati semangat jibaku yang sama. Juga serba bisa : bisa masak, bisa urus rumah, bisa ngasuh anak…. sekaligus bisa bantu aku renovasi rumah segala. Astaga. Entah dari mana energi ekstra itu.

Ini membuatku berpikir…. apakah karena mereka ‘orang susah’ maka mereka menjadi tangguh?

Lalu pikiran itu kucarikan jawabnya. Dengan cara apalagi kalau bukan mengamati sekitar??? Aku itu paling senang ‘membaca’ kehidupan.

Dan kulihat. Oooh ternyata NGGAK BANYAK ‘orang susah’ yang mau menghadapi kesusahannya dengan berani dan berpikir positif untuk mencari solusi. Pada umumnya, malah memiliki mental ‘victim’ dan merasa berhak dibantu. Plus juga suka menyalah-nyalahkan. Entah menyalahkan nasib, menyalahkan orang lain yang serakah, orang lain yang nggak peduli, orang lain pelit… bahkan juga menyalahkan pemerintah.


Ketangguhan memang bukan monopoli ’orang susah’. Sebetulnya, hidup itu memberikan tantangan pada semua orang : kaya, miskin, sekolah tinggi, drop out, ningrat maupun jelata. Tak ada, orang yang tidak pernah mengalami badai dalam hidupnya. Semua orang pasti pernah mengalami.

Lantas siapa yang bisa keluar dari badai, bagaikan pemenang tarung?

Aku mencatat dalam hati :

  • Orang yang tidak banyak mulut/mengeluh ketika menghadapi kesulitan…
  • Orang yang fokus pada pencarian solusi dan sigap bekerja keras.
  • Orang yang optimis dan positive thinking.

Terjemahan :
Si Iblis pernah berbisik di telingaku, “Kau tak akan sanggup menahankan badai itu.”
Hari ini, aku berbisik di telinga si Iblis, “Akulah badai itu
.”

Nana Padmosaputro

Ikuti : Tidak Semua Perceraian Berakibat Buruk Bagi Anak

Avatar photo

About Nana Padmosaputro

Penulis, Professional Life Coach, Konsultan Tarot, Co.Founder L.I.K.E Indonesia, Penyiar Radio RPK, 96,3 FM.