Oleh MAS SOEGENG
Di zaman Majapahit, ada seekor kuda besar berwarna hitam pekat tunggangan Mahapatih Gajahmada yang menjadi kekaguman kerajaan. Kuda perkasa dengan tendangan mematikan itu dijuluki Phala. Dimanapun Kuda Phala itu dibawa saat berperang, selalu membawa kemenangan. Beberapa kali, musuh berlarian hanya mendengar ringkikan Phala.
Tak terhitung medan laga yang sudah ditalkukkan berkat Pahla. Bahkan, saat Phala ada di kandang, ketika mendengar ringkian di tengah malam saja, semua orang perlu berdiam diri dan berterimakasih dalam doa, Phala tetap menjaga mereka di saat kapanpun.
Waktu berjalan, usia Phala kian tua. Kerajaan tak ingin Mahapatih mereka geraknya lamban dan tak gagak naik kuda. Phala diistirahatkan dan diganti dengan Kuda Rahendra. Warnanya putih bersih bagai kuda sembrani. Hampir sama dengan Phala, Rahendra dibawa perang dan sering dengan ringkian kemenangan sepulang dari medan.
Phala kian tua. Ia sedih, tak dibutuhan lagi. Di saat ia merenung, tanpa sengaja, langkahnya semakin ke dalam ke persawahan, ke ngarai, dan ia jatuh ke jurang.
Berita Phala jatuh ke jurang didengar semua orang. Gajahmada malah memerintahkan ratusan orang untuk menyelamatkan Phala di daerah curam. Sia-sia. Phala tak beradaya. Kakinya malah menghunjam ke anah seperti dipaku.
Menjelang malam tiba, seoerang wakil Gajahmada yang juga sudah pensiun, Ki Jaka, melihat kondisi Phala, lalu memberi ide pada Gajahmada untuk membawa pasukan terompet dan genderang. Pasukan ini, atas perintah Ki Jaka mulai membunyikan terompet dan genderang perang bertalu-talu.
Mendengar bunyi itu, Phala tiba-tiba bangkit, kakinya menghentak, berlari dan menendangkan kakinya ke sana kemari seperti saat perang. Tak diduga Phala bisa lari menaiki bukit terjal dan selamat sampai di daratan yag disambut semua penduduk. Dari jauh, Gajahmada tersenuum dan mengangguk. Ki Jaka mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dalam berbagai kesulitan, ketidakberdayaan dan kepepet, manakala orang mendengar sesuatu yang mengingatkan pada jiwa yang bergelora, akan muncul apa yang disebut antusiasme. Antusiasme adalah kegairahan, semangat menggelora dan menggebu-gebu untuk melakukan suatu perubahan.
Di saat seorang presiden menggelorakan peperangan melawan covid melalui PPKM, PPKB, jaga jarak, pakai masker, dan mengatakan bahwa secepat mungkin kita melalui badai ini, Indonesia akan dipandang dunia dengan kepala mendunduk. Banyak yang jiwa antusiasnya tergerak ikut bergotongroyong mengatasi pandemi viruscoona ini.
Di beberapa tempat, muncul aksi gotong-royong, saling membantu, membuka posko bantuan, bahkan beberapa artis ikut membuat rumahsakti darurat di lapangan. Beberapa tempat siap dijadikan tempat perawatan pasien covid. Itulah antusiasme.
Tak usah dengarkan segelintir mahasiwa yang minta presiden turun, tak usah dengarkan Partai Demokrat dan Partai Gomnbal lain menyeubut Indonesia negara gagal. Mereka tak punya anatusias apapun terhadap negara kecuali mengambil manfaat bagi dirinya. Mereka iji hanya segerombol anjing yang terus menggonggong saat Indonesia berjaya apalai di saat kesusahan.
Peracayalah, di saat negara lolos dari covid, Indonesia dan anda yang memiliki antusia terhadap bagnsa dan negara ini, akan terus maju membangun negara dan bangsa ini. Tirulah Kuda Phala. Jangan mau jadi anjing menggonggong yang kelaparan. Untuk itulah mereka menggonggong agar diberi makan……