Foto : Arash Payam / Unsplash
Apapun yang telah terjadi itu tidak perlu disesali. Nasi sudah jadi bubur. Lebih baik, semua itu untuk pembelajaran diri agar kita tidak mengulang-ulang kesalahan yang sama.
Kita tidak asal hidup, lalu berbuat dan menjalani hidup ini asal-asalan, sehingga kita mengcewakan anugerah Allah dan Yang Mahamemberi.
Kita tidak asal bekerja, apalagi menyalahgunakan kepercayaan itu, sehingga melukai hati orang baik dan mempercayai kita.
Kita juga tidak ngasal bicara, sehingga membuat orang lain jadi bingung, atau mungkin tersinggung.
Saatnya, kita membiasakan diri untuk berpikir dulu baru bicara, bertindak, dan hati-hati menyikapi peristiwa dengan kejernihan hati agar pikiran kita tidak mudah korslet. Apalagi untuk mengulangi kesalahan yang sama.
Menyesal, kita sungguh menyesal itu berarti kita diajak berbenah, memperbaiki diri, dan memaknai hidup ini.
Kita kembali ke jatidiri: tujuan hidup yang hakiki. Bahwa kita berasal dari Allah, dan kembali juga kepada Allah.
Hidup yang diarahkan dan fokus pada Allah agar kita tidak salah langkah. Tapi kita tetap eling lan waspada terhadap godaan dan nikmat dunia. Sehingga tidak terjatuh ke dalam dosa, dan menjauh dari-Nya.
Sejatinya, kita hidup bukan untuk diri sendiri, melainkan hidup untuk Allah dan mengasihi sesama.
Lelah Karena Bekerja Itu Biasa, Bekerja Sambil Berkreasi Itu Hepi