Seide.id – Monalisa, karya Leonardo DaVinci, bolehjadi adalah salah-satu atau bahkan satu-satunya karya lukis berusia lebih dari 500 tahun yang masih dibicarakan karena kemisteriusannya, dibuat parodi dan terus saja menginspirasi seniman-seniman, terutama senirupa di seluruh dunia sampai hari ini!
Beberapa waktu lalu, gadis bungsuku yang masih keluyuran di Eropa, ‘pulang’ dari Marseille ke Rotterdam (menebeng di apartemen temannya, yang sekolah dan bekerja di Belanda). Meski belum pernah ke Eropa, aku sok tau menyarankan ‘pulang’ dari Marseille ke Rotterdam lewat darat. Karena selain menghemat ongkos, pasti panorama sepanjang perjalanan elok dan sangat inspiratif.
Mereka rupanya mendengarkan saranku. Dari Marseille ke Paris, menumpang bus. Dilanjut dari Paris menumpang keretaapi ke Rotterdam. Beberapa hari beristirahat (eh, anakku tetap bekerja, mengajar ding, secara on-line), baru setelah itu berencana ke Itali.
Sedianya, ada 2 opsi negara yang dikunjungi: Spanyol atau Itali. Dua-duanya eksotis dgn jarak yang kurang lebih sama dari Rotterdam. Akhirnya dia dan temannya memilih Itali. Karena ke Spanyol agak ribet, sehubungan dgn perizinan dikala pandemi seperti sekarang ini.
Seniman-seniman dari abad pertengahan terutama pelukis yang agak familiar dengan pengetahuan kita, dari abad pertengahan dan modern di daratan Eropa seperti: Itali, Spanyol dan Belanda, selalu menempatkan Paris sebagai tolok-ukur kesuksesan. Baik kesuksesan secara nama besar dan apalagi materi.
Nah, di Paris beberapa hari itu mereka sempat ke museum Louvre (aku sudah cerita sekelebat tentang museum Louvre itu).
Beberapa foto yang dikirim tentang museum Louvre, pada awalnya tak ada foto yang menggambarkan bahwa dia bersama pengunjung lain melihat lukisan Monalisa.
Setelah dia berkunjung ke Itali, barulah dia mengirim foto, yang menggambarkan suasana itu. Tapi aku ragu. Adakah lukisan Monalisa akhirnya kembali ke Itali. Keraguanku ternyata terbukti. Ketika aku telpon untuk ngobrol dan menanyakan itu, bungsuku bilang, bahwa foto dia dan pengunjung sedang melihat lukisan Monalisa itu di museum Louvre-Paris, bukan di Itali.
Pada tahun 1911, lukisan Monalisa pernah hilang dari museum Louvre Paris. Hilangnya lukisan itu menimbulkan banyak spekulasi.
Jika hilang dicuri, pasti yang melakukannya adalah pencuri amatir. Karena jika mencuri lukisan itu sekadar untuk memperoleh uang dan jadi kaya, maka pencuri itu tak cuma amatir, tapi juga bodoh. Karena, tak mungkin orang membeli lukisan terkenal dari 5 abad lalu itu tanpa diketahui orang. Ada juga spekulasi lain. Bahwa negara Jermanlah yang mencuri. Motivasinya bukan ekonomi, estetika atau apa,…tapi sekadar ingin mempermalukan Prancis. Bahwa sistem keamanan negri itu bisa ditembus.
Ternyata pencurinya adalah pencuri amatir, bahkan ‘bukan pencuri’ melainkan seorang pelayan bernama Vincenzo Perrugia (dari namanya tentu dunsanak tahu bahwa dia) berkebangsaan Itali. Motifnya pun sangat ‘sederhana’, heroik dan agak naif: “Lukisan Monalisa itu karya seniman besar Itali, kenapa berada di Prancis”.
Museum Louvre tentu saja geger. Lukisan itu ‘ngendon’ saja di kamar sederhana sang pencuri. 2 tahun kemudian, lukisan itu baru ditemukan. Lalu dikembalikan ke museum Louvre. Tak ada berita lanjutan adakah perilaku heroik sang pencuri itu lalu menginspirasi pemerintah itali untuk ‘memulangkan’ lukisan Monalisa ke haribaan Itali.
Lain lagi cerita lukisan Guernica. Sayang lukisan itu tak ada di museum Louvre, hehe. Lukisan karya Pablo Picasso itu adalah: gambaran kengerian, kemarahan, duka dan putus asa Picasso tentang perang saudara di Spanyol.
Lukisan itu konon selama sekitar 20 tahun menjadi semacam alat propaganda untuk mengkampanyekan penghentian perang saudara di Spanyol khususnya dan perang di seluruh Eropa pada umumnya.
Setelah ‘berkelana’ selama sekitar 40 sekian tahun, akhirnya lukisan itu kembali ke haribaan Spanyol. Ada beberapa spekulasi tentang pengembalian lukisan itu.
Aku pernah membaca, lukisan itu dikembalikan oleh negara Prancis. Ada juga yang mengatakan atau aku juga pernah membaca bahwa lukisan itu kembali ke haribaan Spanyol setelah negosiasi yang sangat alot dgn museum seni di New York.
Versi mana yang benar? Silakan dunsanak menginformasikan. Aku akan dengan senang hati mengetahuinya. Tapi, negara mana pun yang mengembalikan lukisan itu, ..seluruh warga Spanyol konon menyambut kepulangan lukisan itu kembali ke haribaan Spanyol dengan gegap-gempita. Kehebohan itu bukan sekadar kembalinya sebuah lukisan. Warga Spanyol menyambut dengan luapan kegembiraan yg membuncah seperti pulangnya anak hilang setelah puluhan tahun berkelana.
Sehubungan dgn ‘aset negara’. Tempohari aku menonton pameran lukisan-lukisan karya Raden Saleh yang dahsyat di Galeri Nasional.
Pelukis yg bernama lengkap Raden Saleh Syarif Bustaman ini, adalah pelukis realis dari Indonesia yang konon disetarakan dengan Rembrandt, pelukis realis dahsyat lainnya dari Belanda. Memang sejak muda Raden Saleh belajar melukis di Belanda. Tapi lucunya, pameran ini diprakarsai oleh negara…Jerman. Karena banyak karya-karya lukis Raden Saleh dimiliki oleh museum negara Jerman?…
Tempohari juga, ada seseorang yang kebetulan menjadi direktur IKJ (Insitut Kesenian Jakarta), Taman Ismail Marzuki. Beberapa lukisan karya maestro Indonesia koleksi TIM dikabarkan tak terlihat di tempatnya.
Menurut versi sang direktur, dia justru ingin “menyelamatkan” lukisan karya pelukis-pelukis papan atas Indonesia era-era perjuangan sampai beberapa tahun setelah merdeka itu, karena tak terurus. Ketika di desak wartawan tentang keberadaan lukisan-lukisan itu, di jawab: “Ada di rumah saya”.
Sekarang, setelah Taman Ismail Marzuki direnovasi menjadi bangunan magrong-magrong, ..entah di mana keberadaan lukisan-lukisan yang menjadi koleksi Taman Ismail Marzuki itu…
Ilustrasi: 1. Lukisanku parodi yang aku beri judul “monaselfilisa”. 2. Pengunjung menyaksikan lukisan Monalisa di museum Louvre. 3. Aku dan “Picasso”. 4. Guernica karya Picasso. 5. Anakku dengan latar-belakang Colosseum, salah-satu ikon Itali…
(Aries Tanjung)