Seide.id – Virus penyakit itu tidak pernah mengenal siapa dan apa pun kasta seseorang. Virus penyakit itu selalu mengincar siapa pun yang lengah dan lemah, lalu menjangkiti kita, sehingga tak berdaya.
Begitu pula dengan virus Senin. Pernah dengar? Ya, virus Senin yang satu ini dikenal jauh sebelum virus Corona yang menakutkan itu. Berbeda dengan Corona, virus Senin ini menyerang orang menjadi pemalas. Malas bekerja, karena hari Senin biasanya jalanan macet, bangun kesiangan, habis gajian, hari hujan, dan sebagainya yang membuat kita ingin bermalas-malasan membolos kerja.
Karena saya tidak ingin anak buah terjangkiti virus Senin, kendati ada seorang-dua orang, hari Selasa pagi itu saya mengumpulkan mereka. Saya menawarkan hari libur yang semula Minggu diganti ke hari Senin; seperti musium atau tempat wisata. Semua kaget! Dalam kekagetan itu, saya mengantisipasi serangan virus Senin agar mereka tidak membolos.
Caranya?
Pertama: saya memberi intensif pada mereka yang kehadirannya 100%. Tujuannya agar mereka semangat untuk bekerja. Bagi yang hari Senin tidak masuk, karena sakit, supaya menyertakan surat dari dokter.
Kedua: saya menyinggung situasi ekonomi yang makin sulit, karena krisis energi, pangan, krisis pembeli, hingga terjadi ledakan pehaka, dan sebagainya.
“Sekiranya kita bertanggung jawab dengan pekerjaan, kita seharusnya merasa memiliki usaha ini sebagai tambang keluarga untuk dikelola dengan baik.
“Coba posisikan kita ini sebagai yang mempunyai usaha melihat karyawan yang asal kerja, kurang bertanggung jawab, dan suka membolos. Bagaimana perasaan kita?”
“Silakan dipikir, sekiranya ada yang mempunyai keinginan untuk pindah kerja itu tak masalah,” kata saya menyudahi wejangan pagi.
Kheki dengan karyawan? Tak perlu, karena hidup ini harus dijalani dan dinikmati dengan hepi. Hidup ini adalah nilai pertanggung-jawaban kita kepada Allah, Sang Maha Pencipta.
Bagaimana menurutmu?
Mas Redjo/ Red-Joss