Bahagia Menyongsong Pagi

Foto : Heri Wiranata/Pixabay

Cukup yang sederhana-sesederhana dulu, karena kemampuan kita baru mencapai tahap itu. Tidak perlu ngayawara agar tidak menyakiti diri sendiri.

“Keinginan adalah sumber penderitaan…,” kalimat bijak ini sering kali kita dengar. Sekiranya kita mempunyai cita-cita, mengejar keinginan yang besar, tanpa mau melihat keadaan dan kemampuan sendiri. Hal itu tentu berat. Mau maju terus atau berhenti, kita sendiri yang memutuskan. Karena, jika dipaksakan kita yang bakal merasakan resiko itu.

Menjelang fajar di suatu pedesaan, burung burung berkicau riang, embun berkilau di dedaunan menyambut matahari terbit.

Di kota besar, aktivitas lebih padat. Semua berpacu seperti mengejar waktu, ritme frekwensi padat dan cepat. Namun, inilah keseharian kehidupan kita yang dihadapi. Sepenuhnya tergantung pada kita untuk menyikapi dan menjalaninya. Sebisa mungkin kita harus ikhlas menjalani itu agar lahir rasa syukur, akar dari ketenangan hati, pikiran, dan kebahagiaan.

Jika saat ini perbincangan partai politik mulai memanas untuk pilpres 2024, ya biarkan saja, karena ada yang mengurusi.

Lebih bijak, kita menikmati hidup ini, selagi masih bisa bekerja, makan, ngopi, merokok, dan becanda itu anugerah Allah yang luar biasa.

Coba lihat, perkembangan krisis di Inggris (dunia.tempo.com krisis-inggris-kian-parah-jutaan-orang-tak-makan-demi-menghemat), sebagian Jerman (https://news.detik.com/resesi-mulai-mengancam-ketahanan-ekonomi-jerman), kekawatiran itu sudah terbukti. Bukan menakut nakuti, tapi tidak ada salahnya, bila kita selalu menanamkan rasa syukur agar hati ini jadi tenang dan bahagia.

Di suatu pinggiran kota di Jawa Tengah, di sebuah warung kaki lima, warteg, rame dikunjungi para pelanggan untuk sarapan.

Selain murah meriah yang membuat warteg itu banyak pelanggan, tapi juga dekat dengan pabrik dan perkantoran kecil. Itulah perputaran ekonomi yang terus menggeliat. Sehingga, tanpa kita sadari terjadi multi efek yang berkesinambungan.

Di sebuah perkampung, bapak-bapak mengendarai motor atau sepeda berkililing jualan bakso bakar, cilok, rujak dan sebagainya. Disambut riang anak-anak yang ingin jajan, sungguh skenario hidup yang luar biasa.

Menjelang malam saya kembali ke peraduan. Saya memutar lagu NEGERIKU yang dibawakan dengan apik oleh alm Chrisye:

Oh negeriku, negeri cintaku
Selalu ada dalam hatiku
Cinta negeriku.
Kau bangkitkan semangat hidup selalu…

Sungguh asyik mendengar lagu Chrisye, sambil ngopi leyeh-leyeh menghabiskan dua batang kretek.

Tiba-tiba meruah aroma khas di sekitarku, itu pasti kang Senthon kawan misterius yang datang. Tapi saya bersikap tak acuh dan pura-pura tidak mengetahui kehadirannya.

Buuuoookkkkkk…! agak keras memukul punggung saya, tapi untungnya saya sudah siap.

“Apa yang kau tulis di atas itu intinya sudah ada sejak jaman nenek moyang kita … Sakmadyo lan nrimo ing pandun,” cerocosnya.

“Gitu ya… aku tidur kang,” kupungkasi omongannya, karena saya kelelahan setelah seharian bekerja. Kang Senthon lalu kembali ke dunianya.

Bahagia di Komunitas Seniman dan Ruang Sunyi

Avatar photo

About Ririz Seno

Pemerhati budaya dan seni, praktisi musik, chemical engineer.