Seide.id – Masih ingatkah dunsanak, ketika Mike Tyson menggigit ujung daun telinga Evander Hollyfield hingga semplak, berdarah dan Evander terlonjak-lonjak menahan sakit?
Beberapa hari kemudian, banyak pedagang yang jeli, mengendus aroma cuan dari peristiwa lucu-lucu, aneh, sakit dan mengesalkan itu, lalu membuat merchandise berbentuk kuping semplak, dan…laku! Sekarang, konon Tyson dan Hollyfield malah berkongsi bisnis dengan logo… bergambar kuping semplak itu.
Para ahli bahasa atau ahli teori bisnis akan berkata: “Salah,…kuping semplak itu, tak bisa dikatakan merchandise!”
“Iya, iya,…menurut definisi bahasa dan bisnis, produk yg meniru bentuk kuping Hollyfield yg semplak itu, bolehjadi secara istilah memang salah. Jadi sebaiknya kita sebut apa? Logo kuping semplak saja?, Hehe..”
Definisi merchandise menurut para ahli bahasa dan para ahli bisnis, kurang lebih begini: Berbagai produk, yang bisa menunjang image (baik tentunya) suatu merk perusahaan atau produksi perusahaan untuk suatu saat tertentu.
Menchandise yang dibuat biasanya barang-barang yang sehari-hari yang akrab dan digunakan oleh masyarakat. Atau paling tidak selalu berada dekat di sekitar seseorang. Misalnya (yang jadul dan standar): cangkir, mug, payung, wadah minum, alat tulis-menulis, piring, sendok, garpu saputangan, dll. Yang era sekarang, misalnya: (wadah) flash disk, tas laptop, wadah hp, dll.
Merchandise sendiri berasal dari kata merchant yang berarti: dagang atau perdagangan. Memang kita belum punya terjemahan merchandise dalam 1 kata. Adakah dunsanak punya terjemahannya yang tepat dalam 1 kata? (bahasa daerah masing-masing, mungkin?). Atau bolehkah merchandise aku terjemahkan saja dalam 1 kata menjadi: iming-iming?
Kemarin ketika googling (ini pun kata benda yang ‘berkembang’ menjadi kata kerja, seperti ‘booking’), mencari-cari sesuatu di google, terbaca olehku suatu judul berita yang lucu, sehubungan dengan demam Piala Dunia: “Sudahkah kamu memiliki topeng Son Heung-min?” (terimakasih mas Eko …Topeng?
Ilustrasi: Son Heung-min (Aries Tanjung)
Korsel dan Jepang, adalah 2 negara Asia, yang sedang berlaga di Piala Dunia. 2 negara ini sudah melakukan sesuatu yang mengesankan, di mana banyak orang Asia-tentu termasuk kita- merasa pantas untuk nebeng bangga, karena sesama Asia.
Sebagai ilustrasi: Aku masih ingat ketika tim sepakbola kita hampir lolos ke Olimpiade. Kalah adu penalti melawan Korsel. Waktu itu, Anjas Asmara menangis karena gagal mengeksekusi penalti. Sekarang, sepakbola Korsel sudah melesat menjadi kelas dunia, bahkan dari belasan tahun lalu. Sementara kita.., di Asia tenggara saja.., beraaat sekali untuk jadi juara.
Jepang membuat Jerman terkaget-kaget karena boleh dibilang sepanjang permainan, Jepang memperlihatkan tempo permainan yang tinggi, semangat yang menginspirasi, sportifitas dan selalu mencoba-coba terobosan tak henti.
Jepang menang. Jerman tumbang dan tercengang. Korsel, meski belum menang, tapi tak urung membuat Uruguay, Cavani, Suarez dan kawan-kawan hampir saja menjadi bulan-bulanan.
Kembali ke ‘topeng’ yang dikenakan si Son yang telah membuat suatu media membuat judul bernada tanya: “Sudahkah kamu punya topeng Son Heung-min?”
Tadinya aku sempat menduga, bahwa yang dikenakan si Son itu adalah kacamata minus(?), seperti yang dikenakan Edgar David, pemain Belanda terkenal pada tahun ’90an, yang sekarang menjadi salah seorang anggota tim pelatih Ajax.
‘Topeng’ itu sesungguhnya bukan sesuatu yang baru. Topeng itu adalah alat yang terbuat dari bahan yang ringan dan nyaman dikenakan di wajah.
Fungsinya adalah sebagai semacam penyangga supaya memar, lebam atau trauma di wajah tidak mudah goyah yang justru membuat cedera semakin parah.
Alat semacam penyangga atau pelindung itu, kurang-lebih sama fungsinya seperti alat yang dikenakan di lutut, lengan, pengelangan kaki, pundak atau bahu. Tapi, karena dikenakan di wajah, yang mengenakan adalah publik figur, terkenal, kerap diclose-up pula…, maka alat itu mengundang tanya, penasaran dan rasa keingin tahuan.
Dulu, pada tahun 90an, banyak remaja (terutama para gadis) di dunia -dan tentu juga Indonesia- mengenakan bandana atau ikat kepala dan semacam gelang yang dipakai di pergelangan tangan, ketat, terbuat dari bahan kain mirip handuk yang berwarna-warni mencolok dan elastis.
Trend itu ditularkan oleh selebrity dunia (kalau tak salah film “Flash Dance”, di Indonesia waktu itu sedang mengidolakan Meriam Belina?).
Aksesori yang dikenakan para publik figur itu adalah pelengkap pakain olahraga. Bandana atau ikat kepala dikenakan untuk mengikat rambut supaya tak berantakan. Kain elastis seperti handuk di pergelangan lengan dan kaki adalah supaya pergelangan tak keseleo. Tapi, karena tren, banyak remaja pada era itu mengenakannya dalam segala suasana. Mungkin termasuk pergi ke pesta atau pergi kondangan.
Jepang dan Korsel, meski baru pertandingan pertama yang berarti belum menentukan apa-apa, tapi telah menunjukkan semangat bertanding luarbiasa. Apalagi jika Korsel berhasil lolos ke putaran berikutnya, putaran sudden death. Son Heung-min dan ‘topeng’ yang dikenakannya pasti menjadi trend (jika nanti di babak berikut dokter olahraga masih menyuruhnya mengenakan alat itu).
Nah dunsanak, jika nanti jalan-jalan ke-mol melihat anak-anak (atau orang dewasa?) mengenakan topeng itu, atau anak lelaki anda minta dibelikan topeng Son Heung-min idolanya -jagoan yang main di Tottenham Hotspur- yang sekilas mirip topeng Zoro atau Batman itu.., yaa…belikan saja. Atau, anda mau mengorek-ngorek gudang? Siapa tahu topeng mirip topengnya Zoro atau Batman atau topeng superhero lainnya milik anda dulu, masih ada di gudang?..
Ilustrasi: Son Heung-min baru saja aku orat-oret dengan media akrilik di atas karton duplex berukuran sekitar 60x40cm)
(Aries Tanjung)