Belajar Dari Saham Goto

Belajar Dari Saham Goto

Dua perusahaan raksasa Tokopedia dan Gojek melebur menjadi Goto dan melakukan IPO. Sayang, kinerja hutang lama, membebani saham Goto. ( Foto: NKRIKU)

Seperti sudah diduga semula, membeli saham Goto seperti melihat fatamorgana. Seorang yang sedang haus, berjalan di padang gurun, lalu melihat limpahan air di depannya. Orang itu lari untuk mencari air yang melimpah, namun semakin jauh, air itu tak ada. Itulah fatamorgana. 

Fatamorgana adalah sebuah fenomena di mana ilusi optik yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas seperti padang pasir atau padang es. Fatamorgana terjadi akibat pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda, sehingga bisa membuat sesuatu yang tidak ada menjadi seolah ada.

Dalam bisnis saat ini, ketika dunia digital menjadi tumpuh bagi para pebisnis dalam menjaring uang masyarakat melalui aplikasi dan saham, bisnis para konglomerasi ini juga seperti sebuah fatamorgana. Dari jauh tampak melimpah uang, namun kenyataannya hanya ilusi. Fatamorgana.

Anda tahu Gojek ? Perusahaan raksasa yang menguasai pengiriman makanan, dan mengantar orang. Baik melalui GoRide, GoCar, GoFoot, GoSend, GoMart dan banyak lagi. Transaksi mencapai rp 170 triliun. 

Anda tahu Tokopedia ? Tempat jual berbagai kebutuhan manusia dengan transaksi sebesar Rp 18,5 triliun per bulan. 

Yang mungkin belum ada tahu adalah gabungan perusahaan keduanya Gojek dan Toped dengan nama Goto, jika digabung tentunya menjadi perusahaan raksasa dengan profit melimpah. 

Sebentar. 

Rapot Lama

Dari prospektus di bursa saham, kita bisa membaca bahwa Goto tahun lalu rugi bersih Rp 11,58 triliun. Sekarang mereka sedang cari pendanaan lewat IPO ( Initial dengan target perolehan dana sebanyak Rp 17,99 triliun melalui 52 miliar saham atau harga per sham Rp 345,- yang ditawarkan di harga Rp 316 – Rp 346. Bahkan, yang dilepas kabarnya hanya 4,35% atau sebanyak 2,262,000,000 saham. 

Jika dilihat dari harga, potensi pendapatan serta berbagai perusahaan pemegang saham di Goto memang menarik. Itu fatamorgana. Tetapi membeli saham bukan hanya angka. Lebih pada fundamental bisnis dan angka mereka. Lebih penting melihat capaian kinerja perusahaan pada dua tahun ke belakang dan dua tahu ke depan. Apakah tahun lalu Goto profit ? Itu yang menjadi pertimbangan jangka pendek  

Ini sama dengan usaha warung tetangga saya. Warung itu dua tahun berturut-turut rugi sekitar Rp 50 juta per tahun. Sekarang mereka mau pinjam Rp 150 juta untuk meneruskan bisnis warung mereka. Anda mau memberi pinjaman ke warung tetangaga saya ? 

Kondisi Saat Ini

Goto akhirnya melakukan IPO ( Initial Public Offering) atau penjualan saham kepada masyarakat. Harga per saham Rp 338,000. Tapi baru beberapa hari, nilainya turun dan perlu disuntik atau dilakukan stanbilisasi harga yagn disebut Greenshoe agar haraganya tidak turun di bawah harga perdana. 

Belum genap 30 hari, dana greenshoe yang disediakan untuk menjaga harga saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) sudah tersedot semua pada Rabu 27 April 22.

Sebagai catatan, pada hari ini, Rabu 27 April itu, agen stabilisasi harga ( Greenshoe) telah membeli sebanyak 75.431.200 sisa saham GOTO dengan nilai pembelian sebesar Rp 293,24 per saham. Lebih rendah dari harga IPO perdana. Itu didlakukan agar haraga Goto tak terlalu merosot. Namun masyarakat tampaknya telah pandai memilih mana saham yang layak dibeli dan menghasilkan. 

Kinerja tahun lalu bagi Goto tidak menggairahkan investor mengingat data kerugian yang besar dari Goto. Jika mereka membeli harga saham dalam posisi rugi, tentu tahun berjalan harus menanggung beban pembayaran hutang atau bunga yang cukup besar. Itu dasar pertimbangan, meski dalam fundamental perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia sangat lkuar biasa kuat. Tetapi angka-angka berbicara lainl 

Sekarang, jumlah akumulasi saham yang telah dibeli mencapai 6.092.258.400 saham atau 100% dari anggaran saham greenshoe. Nilai akumulasi saham yang telah dibeli pun telah mencapai Rp 2.049.327.614.000 (Rp 2,05 triliun). 

Terakhir, sebelum tutup bulan April, saham GOTO ditutup melemah 6,45% atau menyentuh auto reject bawah (ARB) ke level Rp 290 per saham. Harga ini lebih rendah dari haraga saat IPO sebesar Rp 338,000/ saham.

Apakah layak saham Goto dibeli di saat murah ? Rumus dalam investasi jangka panjang memang begitu. Namun tergantung kekuatan dana investor. Ada yang menunggu harga itu turun lagi lalu memborong, ada juga yang menjauh karena melihat saham itu tidak menggairahkan. Kondisi saat ini bisa mengundang minat asing untuk menguasai mayoritas saham dua perusahaan raksasa ini untuk investasi jangka panjang…

ARTIKEL MENARIK LAIN

Di Balik Pandemi dan Resesi Ada Peluang Bisnis Yang Tersembunyi

Shiba Inu Makin Merajalela Berbagai Bisnis

Seni Sukses Berbisnis

Bisnis Jalan Tol di Indonesia

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.