Belajar Merenungkan Jalan Salib Yesus – Menulis Kehidupan 87

Dalam masa puasa, masa Pra-Paskah, disediakan kesempatan khusus memaknai Jalan Salib Yesus, Sang Juru Selamat, Putra Allah. Saya menuliskan sebuah sajak berjudul: Menyusuri Jejak di Jalan Kasih

Lembaran sejarah abadikan
Tapak-tapak yang melintasi jalan itu
antara raga dan rasa
antara nalar dan makna
antara nurani dan nilai
antara jiwa dan iman
antara rohani dan jasmani
antara pilihan dan keputusan.

Berhari-hari berlalu
Berbulan dan bertahun-tahun
Sudah sekitar 2.000 tahun
Jalan antara Yerusalem dan Golgota
telah dijejaki telapak-telapak peziarah makna
Langkah kelana mencari arti sejati kehidupan
Jejak kisah bayi palungan Betlehem
yang dicambuki cemeti besi salah dosa
Luka sekujur tubuh-Nya
teteskan darah sepanjang jalan peradaban
Basuh jasmani rohani manusia
agar ingat kodrat hakiki
ciptaan istimewa Sang Maha Sabda.

Jejak revolusi Putra Surga
Untuk mandikan kegelapan dunia dengan samidera kerahiman-Nya
Jejak heroik pemuda Nazareth
yang memberi makan paparan nurani dan menyediakan mata air kehidupan bagi dahaga jiwa insani
Gema suara teguran di pantulan batu padas
“Jangan tangisi Aku,
tetapi tangisilah dirimu dan anak-anak mu.”

Dua ribu tahun berlalu
Jejak sejarah Jalan Kasih itu dikenang
Namun
Pada jejak langkah Putra Maria itu
juga ditumpuk jutaan tanya, hujat dan caci makian
dengan salah satu cap bahwa ‘Dia adalah Jin Kafir yang melangkah menuju Golgota dan disalibkan para algojo Romawi
Jin Kafir yang terentang dan wafat di atas salib atas hukuman penguasa Romawi dan Yahudi telah dipercaya oleh jutaan dan miliaran manusia sepanjang sejarah hingga hari ini.”

Jejak langkah pada Jalan Salib Kasih-Nya
terus bersemi memenuhi bumi
Catatan alam semesta tak mampu dihapus kesombongan dan keserakahan manusia
Karena jejak langkah Raja Alam Semesta
terpatri abadi sabagai kebenaran sempurna bagi semua yang percaya
“Siapa pun tak mampu mengingkari dan menyangkal apa yang tidak ada dan tidak terjadi.”

Hanya kerendahan hati dan iman yang dapat menolong akal budi untuk menggapai Kasih Ilahi Maha Sempurna
Cinta Allah Maha Suci
yang terus mendatangi setiap anak manusia
Karena
Dialah Alfa dan Omega
Dialah Sang Sabda
Yang menjadi manusia
untuk menebus dosa dunia
dengan tubuh darah-Nya.