Seide.id – Ada tiga jenis cacar pada manusia yang kita kenal. Cacar smallpox oleh virus variolla yang dunia kini sudah terbebas darinya. Cacar air chickenpox oleh virus varicella yang masih ada sekarang. Yang baru hadir kembali cacar monyet atau monkeypox. Penyebabnya virus sekerabat dua cacar, tapi beda ibu, yakni orthopoxvirus, yang pernah mewabah tahun 1958 di Afrika, mulai menjangkiti manusia pertama kali di Kongo 1970.
Seperti halnya virus HIV dari kera hijau, cacar monyet juga penyakit hewan yang bisa menyerang manusia atau zoonosis, walaupun belum sepenuhnya jelas dari mana muasal virusnya. Itu maka hewan kera, dan tupai, misalnya, yang biasa diserang virus cacar monyet sebaiknya tidak didekati. Cakaran dan gigitan hewan yang membawa virus dalam tubuhnya yang berpotensi menularkan virusnya. Termasuk kemungkinan manusia menulari hewan peliharaannya, yang baru belakangan diketahui terbukti bisa menyerang anjing peliharaan.
Cacar monyet lebih mirip cacar yang dunia sudah terbebas kini, yaitu lenting cacarnya berukuran sama besar, bisa mengenai telapak tangan dan kaki, selain pada kelamin, dan isi lenting cacarnya nanah. Sedangkan cacar air, selain ukurannya tidak seragam, isinya cairan, bukan nanah, tidak bisa muncul di telapak tangan maupun kaki.
Cacar monyet barang tentu lebih parah dibanding cacar air yang dapat menyembuh sendiri. Cacar monyet bisa berujung kematian. Kini dari 75 negara yang sudah terjangkit, ditemukan 39 ribuan kasus, 400 di antaranya meninggal. Cacar air tidak sampai meninggal. Indonesia sudah dimasuki satu kasus, kedapatan Jumat 19 Agustus lalu, riwayat kembali dari negara terjangkit cacar monyet,
Masa tunas cacar monyet berkisar 3-4 mingguan. Begitu virus memasuki tubuh, perlu waktu 3-4 mingguan itu sebelum gejala muncul. Diawali gejala menyerupai flu, demam, radang tenggorok, nyeri otot, nyeri kepala, lalu beberapa hari kemudian keluar ruam merah pada kulit yang akan muncul lenting cacarnya (Lihat Gambar) pada kulit wajah, badan, lengan, tungkai dan sekitar kemaluan, atau katakanlah seluruh kulit tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki.
Sampai dengan lenting pecah lalu mengering, pasien masih berpotensi menularkan pada orang lain, selain ke hewan peliharaannya. Caranya, dengan kontak langsung, selama kita berdekatan, menyentuh atau tersentuh lenting, atau penularan secara tidak langsung, melalui alat yang dikenakan pasien, virus menempel pada permukaan barang, meja, kursi, selain melalui percikan ludah lewat saluran napas pasien, seperti halnya Covid-19. Jadi agar tidak sampai tertular, tidak berada di dekat pasien, dan selalu membasuih tangan dengan sabun sehabis pulang dari tempat umum, karena kemungkinan permukaan barang dan peralatan di tempat umum sudah tercemar pasien yang berada di tempat umum, termasuk tidak hubungan seks dengan pasien, karena lenting cacar ada di kemaluan juga.
Mereka yang baru pulang dari negara yang sudah terjangkit, perlu mewaspadai kalau muncul gejala flu, apalagi kalau sampai keluar ruam dan lenting cacar. Tiga mingguan setelah pulang dari negara terjangkit, atau berdekatan dengan pembawa lenting cacar, mulai tidak enak badan, muncul gejala mirip flu, hampir pasti itu kasus terjangkit cacar monyet.
Bagi kita, waspada selama berada di tempat umum, terlebih apabila melihat, dan atau bertemu dengan orang yang pada kulitnya ada lentingan bernanah (Lihat Gambar), sebaiknya tidak mendekat. Bagi pasien sendiri, setelah menyadari muncul lenting di tubuhnya, sebaiknya tidak keluar rumah dan mengisolasi diri agar orang serumah tidak tertular.
Cacar monyet tidak ada obatnya. Biasa diberikan obat antivirus, setahu saya belum ada yang mempan. Upaya pencegahan cacar monyet dapat diberikan vaksinasi cacar (variolla virus) yang zaman sebelum dunia bebas cacar, masih diberikan vaksinasi cacar berupa dua garis (kuris) di lengan atas. Pasca sembuh cacar, masih menyisakan bekas di kulit yang tidak bisa hilang, berupa bopeng.
Vaksinasi cacar monyet belum diberikan untuk publik, melainkan hanya bagi tenaga kesehatan yang banyak bersentuhan dengan pasie, atau para peneliti.
Salam mengenal Cacar Monyet,
Dr Handrawan Nadesul
Ikuti : Kelelahan Dan Mati Mendadak