Seide.id – Dalam pewayangan Epos Ramayana diceritakan sebuah kisah tentang pusaka yang bernama “Cupu Manik Astagina”.
Pusaka tersebut merupakan sebuah pusaka milik Batara Surya (Dewa Matahari) yang dihadiahkan pada Dewi Windradi sebagai tanda cinta.
Dewi Windradi sendiri merupakan seorang bidadari yang menikah dengan Resi Gotama (manusia).
Dewi Windradi sesekali izin kembali ke kahyangan dengan alasan rindu bercengkerama bersama saudara-saudaranya, Resi Gotama selaku suaminya mengizinkan.
Rupanya dibalik kunjungan Dewi Windradi ke kahyangan terdapat maksud lain yakni menjalin asmara dengan Batara Surya.
Dewi Windradi dan Resi Gotama memiliki 3 orang anak, diantaranya: Dewi Anjani, Raden Guwarsa dan Raden Guwarsi.
Dewi Anjani yang notabene anak perempuan satu-satunya menjadikannya sangat dekat dengan ibunya.
Dewi Windradi sangat sayang pada Dewi Anjani sehingga pusaka “Cupu Manik Astagina” yang ia miliki diberikan pada Dewi Anjani.
Apa kelebihan Cupu Manik Astagina?
Cupu ini rupakan mangkok yang tertutup, dan memiliki keajaiban yang tiada duanya.
Wujudnya sangat indah dan menarik, jika dibuka tutupnya maka dunia dan seisinya akan terlihat beserta peristiwa dan kejadian yang ada.
Dewi Windradi berpesan pada putrinya agar menjaga kerahasiaan pusaka tersebut.
Suatu waktu, Dewi Anjani saat asyik melihat kejadian jagad raya melalui “Cupu Manik Astagina” kemudian diketahui adik-adiknya yakni Raden Guwarsa dan Raden Guwarsi.
Adik-adiknya takjub dengan kehebatan pusaka tersebut sehingga mereka mengadu pada ayah mereka ingin memiliki benda serupa yang mereka kira mainan biasa.
Resi Gotama yang tidak tahu apa-apa merasa heran dan bingung lalu memanggil Dewi Anjani kemudian bertanya dari mana ia mendapatkan pusaka tersebut.
Dengan terpaksa ia mengatakan bahwa pusaka “Cupu Manik Astagina” diperoleh dari ibunya.
Kemudian dipanggilah Dewi Windradi agar menceritakan terkait asal-usul “Cupu Manik Astagina”.
Dewi Windradi dengan wajah ketakutan tidak menjawab pertanyaan dari suaminya yakni Resi Gotama karena jika ia menceritakan hal yang sebenarnya maka hubungan gelapnya dengan Batara Surya akan ketahuan.
Dewi Windradi ditanya sampai tiga kali namun tidak mau menjawab, Resi Gotama murka dibuatnya kemudian Dewi Windradi disabda menjadi tugu.
Resi Gotama lalu melempar pusaka tersebut keluar pertapaan dan mengatakan pada anak-anaknya jika barang siapa yang berhasil menemukan pusaka tersebut maka ia yang berhak memiliki.
Nafsu Duniawi Membuat Lupa Pada Ibu
Dewi Anjani, Raden Guwarsi, dan Raden Guwarsa yang sangat ing8n memiliki pusaka tersebut segera berlarian ke pusaka yang dibuang oleh ayahnya.
Mereka berlari saling mendahului tanpa berfikir lagi tentang nasib ibu yang kini menjadi patung akibat sabda ayahnya.
Mereka lupa kasih sayang ibu yang selama ini tercurah kepada anak-anaknya, yang ada dalam pikiran mereka hanya bagaimana mendapatkan pusaka ajaib itu agar tidak didahului oleh saudaranya.
Saat dilemparkan oleh Resi Gotama, tutup dan badan cupu terpisah.
Badan cupu jatuh di negara Ayodya menjadi telaga “Nirmala” atau telaga tanpa cacat.
Sementara itu, tutup cupu jatuh di tengah hutan dan berubah menjadi telaga “Summa” atau telaga penuh cacat.
Ketiga putera Resi Gotama tidak tahu tentang hal ini.
Mereka bertiga terjebak di telaga “Summa” yang menyebabkan mereka bertiga berubah wujud menjadi kera.
Kini, mereka bertiga hanya bisa menangis menyesali nasib akibat perbuatan mereka yang begitu mengejar kesenangan duniawi.
Raden Guwarsa saat sudah berwujud kera berganti nama menjadi Resi Sugriwa sementara Raden Guwarsi berganti nama menjadi Resi Subali.
Hikmah yang bisa diperoleh dari penggalan kisah Cupu Manik Astagina yang diperebutkan oleh tiga bersaudara yakni Dewi Anjani, Raden Guwarsa serta Raden Guwarsi yakni jangan terlena dengan kenikmatan duniawi yang pada akhirnya mencelakakan diri sendiri.
Selain itu juga melupakan ibu yang membesarkan dan menyayangi mereka dengan sepenuh hati hanya karena sebuah pusaka.
Oleh: Khoirunnis Salamah