penulis MAS REDJO foto ESQ
Tidak ada usaha dan perjuangan yang sia-sia, ketika kita fokus, komitmen, dan tanggung jawab.
Semangat hidup adalah nafas jiwa agar kita tidak nglokro, apalagi berhenti di tengah jalan, lalu putus asa.
Perjuangan itu harus diselesaikan dan dituntaskan, apapun konsekuensinya.
Jangan gegara menghadapi tantangan, pikiran jahat kita meliar untuk menilai atau menghakimi orang lain.
Ketika kita peduli dan berbagi pada orang lain yang utama adalah niat dan motivasi kita.
Tak perlu berkecil hati, jika kebaikan itu tidak diterima, tidak ditanggapi, atau dianggap sebagai pencitraan. Jangan memberi, jika kita tidak ikhlas. Kita toh tidak gila pujian.
Kita juga tidak boleh sakit hati, jika orang itu mengecewakan atau mengkhianati kita.
Bagaimana mau memahami diri sendiri, jika kita mudah ge-eran, baperan, dan menghakimi orang lain.
Berani sadar diri itu langkah bijak agar hati ini tidak mudah konslet dan terlukai.
Berjiwa besar dan murah hati itu mengajari kita agar mudah memaafkan dan mengasihi.
Kita meluruhkan ganjalan di hati: iri, benci, atau dendam yang merusak pikiran dan menyiksa jiwa.
Harap dimaklumi, manusia itu lemah. Semua orang itu tidak luput dari kesalahan, khilaf, dan dosa.
Dengan memaafkan dan mengampuni, kita menyembuhkan luka-luka batin.
Seperti yang diajarkan oleh Yesus dalam doa Bapa Kami, “Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami.”
Ketika sukses memaafkan dan mengampuni orang lain, berarti kita merasakan keharmonisan jiwa-raga.
Manakala kita mampu mengatasi iri hati, amarah, dendam, dan pikiran jelek lainnya niscaya jiwa ini berasa tenang dan damai.
Kita menjadi kuat. Kasih Allah membuat kita semangat dan optimistis untuk menapaki hidup sukses dan bahagia.