Seide.id – Pada tanggal 27 November 2023 pada acara Rakornas Relawan Ganjar-Mahfud, dimana Capres dan Cawapres didukung koalisinya yaitu dari PDI-P, Perindo, PPP, dan Hanura. Ketua Umum Perindo, Hary Tanoe dihadapan relawan Ganjar mengingatkan agar Indonesia tidak jatuh pada ancaman bahaya middle income trap (perangkap pendapatan menengah) yang artinya Indonesia akan terus menjadi negara berkembang seperti Argentina dan tidak pernah mampu masuk menjadi negara maju.
Dan adanya kekawatiran itu terjadi akibat dari ketimpangan dan kesenjangan ekonomi yang belum terselesaikan, baik di sektor pendidikan yang berakibat rendahnya produktivitas, juga industrialisasi yang tidak mengarah kepada membuka lapangan kerja luas. Maka tentu ini akan membahayakan masa depan generasi muda.
Oleh pertimbangan khusus inilah maka Perindo melihat bahwa pasangan Ganjar-Mahfud sebagai pasangan terbaik, yang tidak memiliki beban masa lalu, dimana keduanya memiliki pengalaman lengkap, Ganjar dua kali anggota DPR dan dua periode sebagai Gubernur, demikian juga Mahfud yang pernah sebagai Ketua MK dan berkali-kali sebagai Menteri dan tentu juga pernah sebagai anggota DPR. Menekankan untuk seluruh lapisan masyarakat tidak berspekulasi dalam memilih Presiden dan Wakil Presiden pada saat nanti Pemilihan Presiden, serta terbebaskan dari adanya kepentingan kelompok.
Orasi Hary Tanoe ditutupi dengan pantun “Berjalan sepanjang pesisir, menikmati indahnya samudera, Ganjar – Mahfud hadir, untuk Indonesia maju dan sejahtera”, Ganjar Mahfud menang dalam Satu Putaran.
Demikian juga Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri, bahkan memberikan orasi yang menarik dan menyentak perhatian banyak pihak. Karena dalam orasinya, Megawati selaku presiden kelima Indonesia, mengungkapkan kejengkelannya terhadap berbagai tindakan penguasa saat ini, dalam menyikapi pergantian kekuasaan. Dan ini menurut pandangan Megawati telah jelas-jelas membahayakan proses demokrasi Indonesia yang sedang berlangsung, yaitu sebagai amanat dari agenda Reformasi 98, yang terbebaskan dari adanya unsur Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Megawati sebagai orang yang pernah mengalami tindakan sangat represif serta intimidasi pada era rezim Orde Baru, merasakan bahwa penguasa saat ini telah bertindak sebagaimana yang biasa dilakukan pada masa Orde Baru. Menceritakan bagaimana tindakan-tindakan represif dan intimidasi yang telah dialami, kemudian juga memberi semangat kepada Aiman anggota Tim Pemenangan Ganjar untuk pantang mundur dalam menghadapi intimidasi. Demikian juga kepada seluruh relawan Ganjar untuk terus bersatu merapatkan barisan, berani melawan segala tindakan yang menghambat jalannya proses demokrasi Pancasila dengan tetap menghormati koridor hukum dan konstitusi.
Gaya orasi Megawati yang penuh bersemangat meledak-ledak membakar semangat, sungguh mengingatkan kepada Megawati muda dimasa perlawanan terhadap rezim Orde Baru, mengingatkan kepada relawan Ganjar bagaimana perjuangan PDI yang sekarang tetap bertahan menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), hingga terjadinya Reformasi 98 yang pada akhirnya berhasil menurunkan Presiden Suharto dalam Aksi Mahasiswa. Megawati yang sudah berumur 76 tahun, se-akan telah lahir kembali dengan semangat mudanya, mengajak seluruh relawan Ganjar dan generasi muda untuk tidak takut dalam berjuang sebagai bangsa Indonesia.
Tentu saja dengan tajamnya orasi Megawati ini mendapatkan berbagai tanggapan. Kubu Prabowo-Gibran menghormati orasi Megawati dan menganggapnya sebagai pesan kepada penguasa agar tidak bertindak sewenang-wenang2. Sementara itu, pihak Istana Presiden merespon santai terhadap orasi Megawati, sebagai wujud demokrasi.
Orasi Megawati juga menyinggung tentang hubungan antara Presiden Jokowi dengan PDIP yang tidak baik-baik saja akibat Pilpres 20243. Demikian juga ini menunjukkan bahwa orasi Megawati tidak hanya ditujukan untuk mengkritik kepada penguasa saat ini, tetapi juga untuk menyampaikan pesan kepada seluruh anggota partainya sendiri.
Dalam konteks yang lebih luas, orasi Megawati ini dapat dilihat sebagai bagian dari dinamika politik Indonesia menjelang Pemilu 2024. Megawati telah meminta agar Pemilu 2024 menjadi momentum bangsa Indonesia mendapatkan pemimpin masa depan yang terbaik4.
Secara keseluruhan, orasi Megawati menunjukkan bahwa ia masih memiliki peran cukup penting dalam percaturan politik Indonesia. Meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai presiden, Megawati masih memiliki pengaruh yang besar, baik di dalam partainya sendiri maupun di kancah politik nasional.
Dan tentu saja PDI-P bersama seluruh partai koalisi, yaitu Perindo, PPP dan Hanura akan terus menerus bersama seluruh bangsa Indonesia berjuang penuh semangat gotong royong demi masa depan bangsa menuju Indonesia Emas 2045, dengan tetap menjaga kebersamaan, persatuan dan menjunjung tinggi konsitusi dan tetap menghormati hukum yang berlaku demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.
Penulis: Jeannie Latumahina.
Ketua Umum Relawan Perempuan dan Anak (RPA) Perindo
Penurunan Kepuasan Masyarakat Terhadap Kinerja Pemerintah: Tantangan Menjelang Pemilu 2024