Awalnya Bong Suwung hanyalah deretan hunian liar di sepanjang rel kereta api di sebelah barat Stasiun Yogyakarta. Lambat laun, seiring bertambahnya manusia, area itu menjadi kampung dengan segala hiruk pikuknya.
Seide.id – Warga Bong Suwung Jlagran Pringgokusuman Gedongtengen Kota Yogyakarta berbondong-bondong mendatangi DPRD DIY, Kamis (29/8/2024). Penyebabnya, mereka diminta untuk segera pergi dari atas tanah yang selama ini dihuni, oleh pemilik dari PT KAI.
Ratusan warga ditemani oleh Chang Wendryanto, salah satu tokoh masyarakat yang juga politisi Nasdem. Chang mengungkap bahwa warga Bong Suwung ingin taat pada aturan namun di sisi lain juga berharap adanya rasa kemanusiaan.
“Warga meminta waktu, bukan hal lain. Tapi di sisi lain harapannya ada juga solusi yang bisa didapatkan. Ini mengapa kami datang ke DPRD DIY untuk meminta perhatian wakil rakyat di sini, agar warga Bong Suwung tetap bisa mendapatkan hak atas penghidupan yang layak,” ungkap Chang.
Warga lantas ditemui Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana yang tinggal dua hari lagi menjabat. Huda memberikan pernyataan bahwa ia mendukung langkah warga Bong Suwung untuk meminta waktu pada PT KAI untuk berpindah.
“Saya sebagai Wakil Ketua DPRD DIY maupun pribadi mendukung teman-teman di Bong Suwung. Meminta waktu, ya sebaiknya diberikan oleh PT KAI. Di sisi lain ya dibantu juga dicarikan solusi,” ungkap Huda.
Huda memberikan contoh bagaimana Pemda DIY memberikan solusi pada pengemudi becak motor yang kini perlahan diharuskan beralih ke becak listrik. Upaya tersebut merupakan solusi yang seharusnya bisa diberikan dalam kasus warga Bong Suwung.
“Untuk becak motor saja bisa, diubah ke becak listrik meski butuh proses. Saya akan sampaikan ini ke sekretariat dewan agar menjadi prioritas dibahas oleh dewan periode mendatang,” tandas Huda yang tak lagi berada di DPRD DIY periode depan.
Kawasan Lampu Merah
Letak kampung Bong Suwung seolah tersembunyi dari mata, di balik gemerlap lampu jantung Jogja – Malioboro. Akses jalan ke kampung itu cuma gang sempit yang hanya bisa dilalui satu motor.
Awalnya Bong Suwung hanyalah deretan hunian liar di sepanjang rel kereta api di sebelah barat Stasiun Yogyakarta. Lambat laun, seiring bertambahnya manusia, area itu menjadi kampung dengan segala hiruk pikuknya.
Bagi masyarakat, nama Bong Suwung lekat dengan kehidupan dekaden: tempat persembunyian bandit dan prostitusi murah. Namun Bong Suwung kini mencoba berubah, meski keadaannya masih sama seperti dulu. Rumah-rumah berdinding anyaman bambu dan bedeng masih berderet, seolah tak terjamah perubahan zaman. (yp/dms)