Drh. Moh Indro Cahyono, Pawang Virus dari UGM

Buat segenap warga yang sedang ketakutan dengan pandemi Coronavirus Covid-19, harap Anda tahu, bahwa virus ini akan ada bersama kita selamanya!

“Tapi buat yang mau belajar dan memahmi virus, hari ini juga ketakutan akan hilang, dan bisa melanjutkan kehidupan kita, “ begitulah kata drh. Mohammad Indro Cahyono, dokter hewan, peneliti virus, yang kini giat membantu mereka yang sedang dinyatakan positif virus.

“Selama kita tidak belajar, kita akan begini terus. Panik. Paranoid, “ tambahnya.

“Virus Corona itu seperti anjing galak di komplek perumahan. Baru dengar suaranya warga udah pada ketakutan. Mau lewat rumahnya gak berani. Padahal belum tentu dia di luar rumah. Belum tentu gigit, “ katanya bertamsil.

Pakde Indro Cahyono, panggilan akrab “pawang virus” ini – datang ke Patal Senayan, Jakarta, dari Bandung, memenuhi undangan sahabatnya, Dr. Samuel L. Simon, untuk bicara pada kami; tiga wartawan gaek – saya, Matt Bento dan Teguh Imam Suryadi yang keduanya juga Youtuber ini. Moh Indro mengajak serta isterinya, Ny. Nanik Zakiah Rohani, yang ternyata peneliti virus juga. Sejoli pawang virus!

Drh. Moh Indro, 45, adalah alumni Fak Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada yang bergabung dengan Badan Penelitian Veteriner (Balitvet) , lembaga penelitian milik Kementerian Pertanian di Bogor. Badan ini memiliki lab untuk referensi penyakit hewan nasional. Dia menjadi peneliti di sana, di lab virology . Tapi di satu tempat yang dirahasiakannya, dia punya lab sendiri. “Masih dirahasiakan, “ kelitnya, dengan senyum.

Dia tengah menjadi kontroversi kini. Pernyataannya dalam obrolan dengan ‘Yayang’ Luna Maya di akun Instagram bidadari jelita itu, beberapa waktu lalu bikin heboh, dan bikin gerah para dokter dan pejabat yang menangani pandemi. Drh. Indro dianggap tidak kompeten dan meremehkan pandemi Covid-19. Karena dia dokter hewan, bukan dokter manusia.

“Lhaah, virus ‘kan bukan hanya ada di manusia, tapi juga di hewan? Dan saya ini dokter hewan. Saya ngurusi virus babi, virus burung, dan virus Covid ini juga, “ katanya, dengan mimik senewen. Selama ini banyak peternak memintanya menangani wabah virus, katanya. Juga sejumlah perusahaan yang memakai jasanya sebagai konsultan laboratorium.

Moh Indro bukan hanya kerja di laboratorium, melainkan mempelajari virus secara langsung. Mendatangi lokasi wabah, mengambil virusnya, mengekstrak virusnya, mengisolasi, mempelajari sifat virusnya, menyerangnya lewat apa, bagaimana infeksi. “Kemudian bikin vaksin, bikin antivirus, bikin alat pengujiannya, “ jelas virolog kelahiran Jakarta, 22 Mei 1975 ini.

Dikemukakannya dia meneliti virus sejak 2006, dan melakukan kerja lapangan, selama lima tahun terakhir, yakni uji coba efekifitas coating Tungsten terhadap virus Avian Influenza, menangani epidemiologi & isolasi virus non Avian Influenza dari wabah unggas 2014, isolasi & karakterisasi virus DVH pada wabah bebek di Indonesia, isolasi & karakterisasi virus Newcastle Disease asal Indonesia, isolasi & karakterisasi virus IBH (Inclusion Body Hepatitis), Efficacy of G2 & G7 NDV based vaccine against Recent Indonesian Newacstle Disease virus in Challenge assay, mengembangan & memproduksi IgY4G+ sebagai alternative pencegahan wabah Gumboro Juga membuat IgY sebagai antivirus penyakit Jembrana pada sapi Bali.

Dan bersama isteri tercinta, kini sibuk mengulik Coronavirus Covid-19 dan memberi konsultan kepada warga, lewat Facebook, Youtube ( nama akunnya “Pakdhe Indro Chayono Channel Asli”) dan mendatangi langsung pasien yang dinyatakan positif yang mengundangnya.

“Saya tidak meremehkan (Covid-19). Saya cuma ingin masyarakat belajar menghadapi virus ini. Dan caranya bisa sangat sederhana. Orang yang gak sekolah aja bisa, “ kata drh. Moh Indro, yang saat ini masih berstatus sebagai mahasiswa Ilmu Virologi di Universitas Adelaide, Australia ini.

Dijelaskannya, virus Covid-19 itu bisa menempel di semua tempat. Di permukaan kulit, di lobang hidung dan bagian lainnya. Juga di lantai dan di meja. Dengan tes PCR maka permukaan yang ditempeli virus yang dinyatakan positif. “Tes PCR itu tidak bisa membedakan mana virus hidup atau virus mati. Pokoknya begitu terdeteksi ada virus, ya, positif, “ potong Dr. Samuel L. Simon, yang menemani obrolan.

“Kalau mau hasil akurat, tesnya di darah dan urine, bukan di hidung. Di sana ketahuan virus menyebar atau belum. Iya ‘kan?” tanya dokter Samuel yang disambut anggukan oleh drh. Moh Indro, di sebelahnya.

Drh. Indro Cahyono mengungkapkan bahwa struktur virus Corona ini bagian luarnya terdiri dari lapisan glikoprotein dan protein. Lapisan itu akan luluh oleh segala macam pelarut lemak.

“Mulai dari sabun, deterjen, pembersih pakaian, dan lain-lain,” jelasnya. Diakui, sifat virus Covid 19 penyebarannya sangat cepat sehingga sangat adaptatif untuk bisa dia masuk ke tubuh manusia, “tapi di luar tubuh manusia, dia akan sangat mudah dihancurkan, ” jelas Indro.

Sedangkan di bagian dalam tubuh manusia sendiri, kita memiliki sistem kekebalan yang diperantarai oleh sel memori sehingga jika kita terinfeksi maka kita akan mengembangkan sistem kekebalan tubuh kita sendiri dalam tujuh hari dan 14 hari kemudian. “Dan kita akan berangsur-angsur pulih kembali,” jelasnya.

“Kita lihat situasinya sekarang. Tingkat kesembuhan penyakit Virus Corona terbilang cukup tinggi. Statistik di Satgas Penanganan Covid-19, dari yang sakit 80 persen sembuh. Mungkin sekarang 90%. Dari 10% yang sakit itu, 90% bisa sembuh. Mungkin yang meninggal dari yang 10% itu. Jadi totalnya hanya 2-3 % yang positif, dan meninggal, “ katanya.

“Kalau ditanya apakah virus ini berbahaya? Ya, baca saja statistik. Hampir 90 persen sembuh dan kembali negatif, “ tegasnya.

Untuk mencegah masuknya virus ke dalam tubuh dia memperkenalkan garam kampung, garam krosok, garam tradisional yang belum beryodium – biasa untuk mengasinkan ikan – yang harganya cuma Rp.2.500 untuk membersihkan hidung. Campur satu sendok garam, dengan air bersih, aduk dan bersihkan hidung. Sebab virus yang belum ketemu inang bisa dinetralkan dengan garam alias NaCL.

Pertanyaannya, kapan saatnya dan dalam keadaan apa, virus Covid 19 terhirup manusia dan masuk ke paru paru ? Tanya rekan Herman Wijaya Alias Matt Bento.

“Saya punya hipotesis, yang belum dicek , “ jawab drh. Indro hati hati. “Ada limitasi (keterbatan) jumlah virus yang menempel di rongga hidung. Misalnya 100 partikel nempel. Selagi belum seratus ya tetap menempel. Tapi lebih dari 100 partikel, jatuh kehirup di dalam paru dan menibulkan infeksi. Berlanjut dengan demam, “ jawabnya.

Karena itu, dia meminta, setiap pagi sore bilas hidung dengan garam non yodium. Agar hidung tidak dilekati virus.

Hal yang merisaukannya adalah para dokter dan tenaga medis di rumah sakit selama ini lebih fokus menangani virus Covid-19, padahal yang positif belum tentu sakit Covid, sedangkan pasien yang datang ke rumah sakit membawa penyakit lain. “Harusnya ‘kan ditangani dua duanya, ya, covid-nya dan penyakit yang idapnya, “ katanya.

Di channel Youtube yang dibangunnya, Pakde Indro memberikan panduan cara menghindari virus Covid-19. Dia banyak membantu warga yang dinyatakan positif dan panik. “Sifatnya konsultasi. Apa yang dirasakan, bagaimana penanganan penyakitnya. Saya berikan rujukan. Ke dokter mana harus berobat, “ kata dokter hewan lulusan tahun 2000 ini. “Yang konsul ke saya, yang saya datangi, nggak ada yang meninggal, meski sudah dinyatakan positif, “ katanya. “Kami juga masuk ke daerah hitam dan alhamdulilh baik baik saja, ” kata isterinya menambahkan.

“Pekerjaan saya ya mengurusi virus, “ katanya pada awal kami berkenalan di kafe QQ di Ruko Permata, Senayan, Selasa sore itu. Penampilannya ndeso untuk seorang dokter dan virolog. “Sebenarnya saya tukang parkir, ” selorohnya.

Virolog adalah profesi ajaib yang entah mengapa ada yang meminatinya, menekuninya – meski keberadaannya memang sangat penting. Terutama saat ini. Sebab, konon negara sudah menghabiskan Rp.1000 triliun dan peradaban umat manusia berubah – di seluruh dunia – gara gara coronavirus Covid-19 sialan ini.

Banyak negara yang masih kelimpungan hingga hari ini. Belum kebagian vaksinnya. Indonesia lumayan beruntung. Saya pun sudah divaksin sekali.

Menurut drh. Moh. Indro Cahyono, di Indonesia sendiri virolog (ahli virus) yang ada tidak lebih dari empat orang.

Istilah virolog masih asing di telinga masyarakat. Kalah populer dibanding Youtubers, Buzzer, dan Kadrun. ***

Avatar photo

About Supriyanto Martosuwito

Menjadi jurnalis di media perkotaan, sejak 1984, reporter hingga 1992, Redpel majalah/tabloid Film hingga 2002, Pemred majalah wanita Prodo, Pemred portal IndonesiaSelebriti.com. Sejak 2004, kembali ke Pos Kota grup, hingga 2020. Kini mengelola Seide.id.