Oleh EFFI S HIDAYAT
“Evi….”
Dalam hitungan detik aku menoleh . Di sana-sini menyembul rambut putih di kepalanya, namun dekik di pipinya masih sama. Dan, suara itu …begitu tak asing di telinga!
“Ayo, duduk di sini”, lelaki itu bangkit dari kursi yang didudukinya. Sekejap mataku mengitari sekeliling. Tak ada lagi bangku kosong. Orang ramai antre, mereka asyik mengisi formulir.
“Aku pangling,” katanya lagi,” kau…lebih langsing dari dulu. “Hampir aku tak mengenalimu, kalau saja aku tak melihat anakmu yang begitu mirip dirimu.”
Aku menyembunyikan senyumku. Dia masih sama seperti dulu, membungkus kata manis untuk menggantikan sesuatu yang kurang laik didengar. Langsing, hmm…bukankah itu jauh kedengaran lebih enak di telinga, ketimbang kurus?
Kami berbincang tak lama, karena anakku bilang harus segera mencari tempat fotocopy untuk melengkapi persyaratan kartu pelajarnya yang ternyata belum sempat ia copy.
Aku dan anakku segera pamit. Sebelumnya ia sempat memeperkenalkan anaknya yang sedang mengisi formulir juga untuk membuat SKCK alias Surat Keterangan Catatan Kepolisian sehubungan persyaratan masuk keperguruan tinggi.
Aku tersenyum, melambaikan tangan. Anaknya yang ternyata seorang puteri itu sama sekali tidak mirip dirinya. Mungkin…lebih mirip ke ibunya?
Di perjalanan menuju ke tempat fotocopy, anakku membisu seribu bahasa. Tumben. Apa ia lapar berat seperti diriku sehingga kehilangan kata?
Hingga tiba-tiba saja ia memecahkan keheningan, “ Ma …tadi itu siapa? Boleh aku minta nomor teleponnya? Dara itu…cantik sekali! Rasanya ada yang aneh di dadaku, Ma. Mungkinkah aku…aku… jatuh cinta?”
Rangga, puteraku yang memang sangat ekspresif dan terbuka denganku, ibunya, menatap mataku dalam-dalam dengan wajah yang sangat berbeda dari biasanya.
Apaaa? Rangga jatuh cinta dengan…? Siapa? Siapa dara yang dikatakan cantik dan bikin isi dadanya menggelegak tak karuan? Duh! Apakah cerita lamaku di
SMA dengan lelaki itu akan kembali terulang?