Flora Nusantara: Nostalgia Jambu Klutuk

Siapa mengira bila buah murahan makanan codot, musang, burung ketilang dan anak kampung model saya ini, kian hari kian naik daun.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

KARENA biji-bijinya biasa ikut terkunyah saat dinikmati, dan di mulut lantas seperti terdengar bunyi “Klutuk…! Klutuk…!” maka anak Betawi menyebut buah yang dikira sebagai jenis jambu-jambuan ini sebagai jambu klutuk, sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia mencatatnya sebagai jambu biji (Psidium guajava L), jambu siki, jambu batu, dan dunia internasional menyebutnya guava.

Tanaman buah tropis asal Amerika Tengah ini konon menyusup masuk ke wilayah Indonesia lewat Thailand. Apa iya? Entah. Yang pasti Jambu Klutuk itu buah favorit saya dan teman-teman, sesama ‘pemberani’, dimana dulu kami hobi ngebolang ke tempat-tempat ‘jin buang anak’, saking sepinya, semisal kebon kosong di pinggir Ci Liwung, untuk berburu Jambu Klutuk di kebun entah punya siapa, hi…hi…hi…!

Siapa mengira bila buah murahan makanan codot, musang, burung ketilang dan anak kampung model saya ini, kian hari kian naik daun. Bukan cuma dijual segar di pasar swalayan dan fresh fruit shop, tapi juga sebagai jus dalam kemasan botol cantik yang dipasarkan lewat jaringan toko on-line, juga di luar negeri. Musababnya karena Si Jambu Klutuk punya banyak manfaat bagi kesehatan tubuh kita

Para cerdik-cendekia menginfokan bahwa kini jambu klutuk dibudidayakan di banyak negeri beriklim tropis, tak terkecuali Indonesia, karena memiliki sejumlah nutrisi yang begitu baik bagi tubuh. Semisal kandungan vitamin A, vitamin C, kalium dan antioksidan likopen. Meski sedikit jumlahnya, jambu klutuk juga mengandung serat, protein, zat besi, folat hingga magnesium.

“Penderita darah tinggi ada baiknya mengonsumsi buah jambu klutuk,” saran seorang teman dalam sebuah seminar zoom ihwal. jambu klutuk beberapa waktu silam. Buah jambu klutuk juga membantu menurunkan tekanan darah dan kolesterol jahat dalam tubuh, karena mengandung kadar Vitamin C lebih tinggi dibanding jeruk, tulis teman lain dalam berkala ilmiah.

Sudah jadi rahasia umum, vitamin C sangat berkaitan dengan peningkatan sistem kekebalan atau imun tubuh, mengurangi risiko seseorang terinfeksi penyakit tertentu. Vitamin C juga berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang, gigi, gusi serta pembuluh darah, selain dapat membantu meningkatkan fungsi otak, menyembuhkan luka hingga penyerapan zat besi dalam tubuh.

Sebagaimana dikhabarkan para pakar gizi dan kesehatan, banyak lagi manfaat buah jambu klutuk, semisal: melindungi tubuh dari radikal bebas, menjaga kesehatan mata, melancarkan saluran pencernaan, dan dulu…saat seorang tetangga terserang diare, Emak (ibunya Ibu) saya memberinya obat ramuan dari bebekan daun jambu klutuk untuk diminum, dan ‘pet…!” berhenti mencretnya.

Manfaat buah jambu klutuk juga sangat dirasa masyarakat saat musim penyakit demam berdarah dengue alias DBD. Buah murahan itu dicari untuk dimakan langsung atau dibuat jus, karena ampuh untuk menghambat pertumbuhan virus dengue, membantu menurunkan risiko pendarahan, selain bisa meningkatkan kadar trombosit bagi pasien DBD. Intinya, “Jangan remehkan jambu klutuk.”

Bila kini Indonesia sedang ramai mengembangkan wisata agro, yakni berwisata dengan mengunjungi kebun buah yang sedang panen, percaya nggak percaya… cikal bakal wisata argo itu terjadi tahun 1967, di kebun jambu klutuk entah milik siapa (mungkin keluarga Haji Na’im bisa menjelaskan) yang terletak di depan samping kanan Kebon Binatang Ragunan Pasarminggu Jakarta Selatan,

Tahun 1964, Kebon Binatang Cikini milik Raden Saleh pindah lokasi ke Ragunan Pasarminggu, yang lantas jadi situs wisata unggulan Daerah Chusus Ibukota Djakarta alias DCI Djakarta. Di depan Kebon Binatang Ragunan itu, tahun 1967, Ayah beli ‘tiket’ dan ngajak saya masuk kebon jambu klutuk yang lagi panen, dan makan sepuasnya. Baru belakangan muncul gerakan agro wisata, hi…hi…hi…! ***

05/02/2022 PK 07:43 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.