Puncaknya ketika ia bermain dalam film komedi criminal Knives Out (2019), di mana ia mendapat nominasi Golden Globes 2020 untuk kategori Best Performance by an Actress in a Motion Picture – Musical or Comedy.
Knives Out boleh dibilang membuat nama Ana de Armas jadi aktris kelas A. Bukan cuma jual tampang. Meski sudah pasti wajahnya sangat mempesona. Luar biasa cute tapi seksi dengan mata besar dan bibir sensual, serta tawa menawan.
Berkat Knives Out pula ia bertemu teman barunya, Daniel Craig yang rupanya lumayan terkesan akan bakat akting Ana. Craig lah menyarankan pada Cary J Fukunaga, sutradara No Time to Die untuk memasang Ana di filmnya. Fukunaga yang ternyata menonton sebagian besar film de Armas langsung menyetujuinya usul Craig, bahkan ia lantas membuat sebuah karakter untuk diperankan si Manis.
Paloma, karakter agen perempuan cantik tapi berbahaya menjadi salah satu daya tarik tersendiri dari No Time to Die. Lantaran boleh dibilang langka ada agen yang lebih hot ketimbang gadis Bondnya – dalam No Time to Die diperankan aktris Perancis Lea Seydoux.
Fukunaga mengatakan kalau karakter Paloma ini intelek, serba bisa, sekaligus fun. “Dia (Ana) bisa memberi dimensi lain tokoh perempuan yang ada di serial Bond,” kata Fukunaga.
Ana mengaku kalau ia berjingkrakan saat mendapat peran dalam No Time to Die. Apalagi ini adalah Bond pertama setelah muncul gerakan Time’s Up (gerakan feminis anti pelecehan yang digagas selebriti Hollywood), jadi karakter perempuan dalam film Bond, tak bisa lagi hanya sebagai pemanis yang sekedar pamer badan dan senyuman. Selain itu ia juga aktris berdarah Latin ke-dua yang pernah hadir dalam film Bond setelah Talisa Soto lewat License to Kill (1989).
Tak berarti, ia mendapatkan peran yang diinginkannya dengan mudah. Ia ditolak saat audisi sebagai Cat Woman dalam film Batman terbaru.
Toh, penolakan itu tak banyak artinya. Tahun depan ia akan muncul di tiga film: The Gray Man, sebuah thriller bersama Chris Evans dan Ryan Gosling; lalu sebuah drama thriller yang ia perani bareng sang mantan, Ben Affleck dalam Deep Water; dan yang terakhir ia akan memerankan Marilyn Monroe dalam Blonde yang diproduseri Brad Pitt.
Peran sebagai Marilyn Monroe sendiri aslinya sempat akan dimainkan Jessica Chastain, tapi lantaran bentrok jadwalnya akhirnya peran aktris legendaris itu jatuh ke Ana. Kebetulan Ana sendiri punya sisi inosen dan sensual seperti Marilyn, yang membuatnya lebih pas memerankan sang ikon.
“Memerankan Marilyn Monroe benar-benar sebuah terobosan bagiku. Bayangkan seorang Kuba memerankan Marilyn… Benar-benar peran impian!” Dan ia menangis ketika pertama kali berdandan ala Marilyn di set. (bersambung)