Gaya Hidup ‘Naar Boven’, Yuuuk!

Pengalaman masa kecil di atas amat membekas di hati. Pengalaman indah yang kadang bikin kangen buat napak tilas; diajak Bapak (dan Ibu) piknik atau jalan-jalan ‘ke Atas, ke daerah sebelah atas, ke daerah ketinggian. Naar Boven.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

SABTU sore di tahun 1964, Bapak pulang kantor tidak dengan truk antar-jemput, melainkan menyerir sendiri jip dinas (pinjaman) dari kantornya, sebuah Gaz Rusia dengan kap terpal menutup kabin belakang. Usai mencium kening Ibu, Bapak langsung bilang ke kami, anak-anak (yang seperti biasa rebutan mencium tangannya), “Besok kita naar boven…! Sekarang bantu Bapak cuci mobilnya…!”

Kalimat Bapak kami sambut penuh antusiasme. Apalagi ada kata “naar boven”, yang walau itu Bahasa Belanda, tapi kami sudah lama tahu artinya, yakni esok kami akan diajak Bapak (dan Ibu) piknik atau jalan-jalan ‘ke Atas, ke daerah sebelah atas, ke daerah ketinggian. Apalagi bila bukan ke daerah pengunungan di selatan Jakarta, yakni kawasan Puncak antara Cisarua Bogor dan Ciloto Cianjur, Jawa Barat.

Naar boven weekday lebih asyik. Foto Restiawati Niskala.

Dan benar…! Esoknya selepas Subuh kami sudah berada di kabin Gaz yang disetir Bapak, meluncur menuju Puncak Pass yang dikenal sebagai bungalow-nya Bung Karno. Ibu dengan dua adik perempuan saya, duduk mendampingi Bapak di jok depan. Saya, seorang adik laki-laki, seorang abang serta kakak sulung kami duduk berhadap-hadapan dengan hati senang di kabin belakang.

Sengaja kami berangkat selepas Subuh, agar masih kebagian halimun dingin dan hangatnya matahari pagi di areal kebun teh yang kini bernama Gunung Mas, sembari menikmati poffertjes dan susu-bandrek.

Pernah juga kami berangkat naar boven Sabtu siang, dan lalu bermalam di bungalow Bima Cakti milik Angkatan Darat RI. Tapi kali itu kami pulang hari. Berangkat Subuh, pulang selepas sore.

Pengalaman masa kecil di atas amat membekas di hati. Pengalaman indah yang kadang bikin kangen buat napak tilas. Tapi kini jalur Raya Puncak terkenal sebagai ‘Raja Macet’. Apalagi Sabtu-Minggu. Kita bisa berjam-han terjebak macet jalan, walau polantas sudah menerapkan jam buka-tutup-satu-arah. Tapi jangan takut. Gunakan akal sehat. Pilih naar boven saat week-day. Itu tak kalah asyiiik…!

Itu pula yang dilakukan Resti dan para saudaranya di Bogor. Ajakan seorang keponakan untuk naar boven saat Raya Puncak – Bogor sedang lengang dan sepi dari ‘orang Jakarta’ itu disambut gembira. Dengan sebuah mini-truk yang bak belakangnya dimodivikasi hingga menjadi semi-cabin yang nyaman dan empuk, kami bernostalgia, napak tilas ke Puncak Pass.

Menyeruput kopi-bandrek dan kue poffertjes tempo dulu, menikmati keindahan Telaga Warna sembari menggelar tikar dan bongkar bekal makanan-minuman yang dibawa dari rumah, berfoto selfie di spot-spot tua penuh kenangan, dan mampir ke kior-kios buah segar dan sayur-mayur khas pegunungan di sepanjang jalan pulang. Asyik dan sehat. Yuuuk sesekali naar boven bareng kami. ***

20/03/2022 PK 19:42 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.