Jendral Andika Perkasa dan Jendral Dudung Durachman sesaat setelah dilantik sebagai Panglima TNI dan Kasad yang baru di istana. Foto Setpres .
Oleh DIMAS SUPRIYANTO
Musuh bangsa kita selama ini adalah kebodohan dan ketertinggalan. Merebaknya paham intoleransi – radikalisme dan kebencian atas nama agama adalah akibat kurangnya pendidikan serta pengajaran. Minimnya literasi serta penyadaran peduli kebhinekaan.
Celah itu dimasuki oleh pendakwah asing yang menyebarkan kebencian dan memuja masa lalu. Penyebar paham Salafi, Wahabi, HTI – IM, kaum jenggoter dan cingkranger merajalela.
Panglima TNI yang baru, Jendral Andika Perkasa berpengalaman di pasukan Gultor – unit penanggulangan terorisme. Kiranya dengan kewenangan barunya bisa memaksimalkan dan impelementasikan .
Jangan biarkan Densus 88 sendirian. Koordinasi dan jangan beri ruang sekecil kecilnya pun paham radikal dan terorisme.
ADAPUN pemilihan Jendral Dudung Durachman sebagai KASAD tak bisa dipisahkan dari sepak terjang dan ketegasannya menghadapi ormas intoleran, beberapa waktu lalu. Rakyat mengagumi ketegasannya.
Baru kali ada Pangdam Jaya yang kebijakan dan tindakannya memberi manfaat langsung pada warga ibukota. Menindak tegas ormas radikal. Menyikat ormas ormas yang merajalela dan menang sendiri . Tegas dan tidak ada toleransi terhadap paham intoleransi. Pangdam Jaya sebelumnya cenderung mencari aman.
Tetaplah begitu bahkan ditingkatkan.
Sebagai Kasad, Jendral Dudung – yang kini bintang empat – bisa menginstruksikan ke semua kodam di seluruh Indonesia agar bertindak tegas terhadap kelompok radikal.
Ancaman nyata bangsa Indonesia kini upaya untuk men-Suriah-kan dan me-Yaman-kan NKRI. Maka tugas bagi TNI untuk mencegah bibit bibit teroris, agar tidak tumbuh besar . Karena jika dibiarkan membesar – atas dukungan elite politik tertentu – akan menjadi milisi bersenjata dan mengacau negara. ***