Dibutuhkan hati yang tulus dan bersedia melayani. Saat kebutuhan akan pelayanan terpenuhi, hati orang akan melunak meski pernah terkecewakan oleh pelayanan lain. ( Foto: QisCus)
Mendadak saya lapar. Melipir deh, ke kedai bakmi yang baru buka. Tak berapa lama menunggu, seorang Mbak datang membawa pesanan saya. Bakmi pangsit. Tetapi, gayane melayani pesanan mendadak bikin saya kehilangan selera.
Bayangkan ini, ya. Bukan seperti penari piring di RM. Padang yang dengan gemulai menenteng lebih dari satu piring itu, lho. Bukaan… Dia hanya membawa sebuah mangkuk bakmi dan setelah itu ; kuah bakmi berikut pangsit dalam wadah yang lebih kecil.
Nah, kedua makanan itu tidak dibawanya bersamaan dalam satu nampan. Tetapi, beriringan. Tidak menimbulkan masalah sebetulnya kalau saja dengan gemulai dan gerakan lembut, ditambah seulas senyum (tak perlu menawan, yang seikhlasnya saja), diletakkannya pesanan saya itu ke meja. Ya, itu lebih dari cukup.
Tetapi, ini…dengan gerakan “mager“, ogah-ogahan orang Jawa ‘sok ngerasani’, berbekal setangkup lima jemari yang seolah menahan separuh beban…‘plek’ (! ) diletakkannya mangkuk itu begitu saja, sehingga menimbulkan bebunyian yang sama sekali tak ramah nada. Sama seperti wajahnya yang dalam hitungan detik, melengos, lalu…wuss, berlalu begitu saja.
Jujur, ealaaa… saya terpesona. Terpaku dalam beku, sekejap kehilangan kata dan juga … selera. ‘Kok, gitu amat, sih?’ kata hati saya berbisik miris. Sama persis, tak berbeda pilu ngilunya saat mampir sebentar di Indoma**t. Di depan saya yang sedang antre di kasir, di sisi kanan mesin pembayar macam-macam tagihan itu, nampak bapak tua kebingungan mengikuti petunjuk dari seorang petugas berseragam.
Mungkin dia ingin membayar PLN/PAM, lalu harus tertatih tak–tik–tuk menutul-nutul petunjuk mesin yang bolak-balik belum dipahaminya betul. Sama kayak saya , ding. Suatu kali pernah merasakan derita tak berbeda. Eh.
Lalu, petugas muda (yang lagi-lagi) tanpa senyum itu pun kelihatan sekali dari mimik wajahnya ogah-ogahan memberikan tutorial. Ia malah asyik berdiri di tempatnya, di depan mesin kasir di mana seorang temannya sedang berdinas — tanpa berusaha mendekati, memberi informasi yang dibutuhkan.
Tak cuma itu… jari tangannya asyik sendiri menari-nari di depan HP-nya dengan gerakan mata malas sesekali melirik Si Bapak yang akhirnya setelah tak–tik–tuk sendiri berulangkali, berhasil juga tuntaskan masa baktinya yang saya yakin penuh peluh!
Cukupkah ceritanya sampai di situ? Oh, tidaak! Masih ada sebuah penglihatan lagi, berlanjut di H**rmarket. Saya belingsatan menyadari lupa membawa jinjingan keranjang, sementara buah dan sayur yang saya beli…duila, lumayan tak muat dijinjing ke lima jemari tangan.
Lagi celingak-celinguk mikir, seorang anak muda bercelemek yang nampaknya bekerja di counterberbeda (bukan buah dan sayur! ) dengan sigap segera melesat pergi, dan tak lama kembali lagi ke depan saya membawa sebuah keranjang yang dibutuhkan.
Sementara di sekeliling kami lumayan bergerombol anak magang berseragam yang masih saja ramai berceloteh tertawa-tawa bercerita seolah tak berjeda, tanpa menyadari kebutuhan saya sebagai pelanggan yang membutuhkan bantuan : sebuah keranjang!
Oh, saya pikir, ini bukan cuma sekadar keranjang, atau jurus gerakan silat Cimande meletakkan mangkuk, atau cara memandu mesin informasi yang dibutuhkan. Lebih dari itu, iniii sih, berkaitan dengan perilaku hati yang rela melayani. Tulus. Tanpa ‘mager’ alias malas gerak , ogah-ogahan, dan sigap cermat peduli memahami kebutuhan orang….
Betapa pun, saya bersyukur, dari ketiga peristiwa yang terbentang di depan mata hari ini, saya masih menemukan sebentuk apresiasi hati yang benar-benar mau melayani. Yang juga saya yakini, tak sekadar bekerja harap gaji tinggi semata.
Tabik anak muda…senyummu dan tentu juga uluran tanganmu mencarikan keranjang hingga rela meninggalkan ‘ singgasana’-mu nun jauuh di sono telah mampu melunakkan hati saya yang sedikit mengeras akibat ulah Si Mangkuk bakmi dan tutorial mesin yang seperti tak berujung pangkal itu.
Terima kasih telah melengkapi catatan saya pagi ini, bahwa masih ada hati yang rela mau melayani tanpa pamrih….
@cttpagi6922.
BACA LAINNYA