Oleh HARRY TJAHJONO
Capo Amerika dan piala Euro 2021 sudah berakhir. Argentina juara Capo Amerika, dan Italia mengalahkan Inggris yang digadang-gadang juara Euro 2021 tapi keok gara-gara kalah adu penalti. Pengamat bola masih heboh, begitu juga suasana rumah tangga Dona-Doni belum terlepas dari masalah. Persoalannya bukan karena tim bola yang didukung Dona kalah semua, melainkan lebih karena gangguan ranjang.
Menghadapi hal itu, Doni lantas saja teringat pada Tobing, karibnya yang menekuni ilmu seksologi, bahwasanya aktivitas seks pasangan suami-istri, pada masa tertentu dapat mencapai titik jenuh. Penyebabnya bermacam-macam. Bisa karena kehabisan variasi, rutin, terganggu kesibukan mencari nafkah atau, “Karena pasangan kita semakin lama kian tua, peyot, sehingga daya tarik atau sex-appeal-nya otomatis jauh berkurang. Bila itu terjadi, perkawinan bisa gawat,” tegas Tobing.
Doni mengangguk membenarkan. Doni datang pada Tobing memang untuk memperoleh saran-saran demi perkawinannya yang sedang guyah. Maksudnya, belakangan ini hubungan intim Doni dengan Dona memang sedang ada masalah. Itu Doni rasakan sejak sebulan lalu, saat usia perkawinan mereka genap berusia 15 tahun. Entah kenapa, tiba-tiba saja timbul rasa bosan untuk menyelenggarakan kegiatan itu. Bosan, jenuh dan tidak tertarik untuk melakukan.
Akibatnya, Doni dan Dona menjadi sering merasa pusing, padahal tidak flu. Jadi mudah tersinggung, lantas marah-marah tanpa sebab. Padahal, dulu hubungan intim selalu mampu mengatasi konflik yang timbul. Bukankah di kalangan suami-istri dikenal adanya “diplomasi tempat tidur”, atau diplomaseks, sebagai salah satu cara untuk mengakhiri cekcok?
Tapi, hal itu tak dapat lagi mereka lakukan. Pernah mereka coba paksakan. Tapi bukannya dapat menyelesaikan masalah, malah justru menimbulkan persoalan yang baru.
“Dalam perkawinan, seks memang bukan hal yang paling utama. Tapi bukan berarti lantas tidak patut dianggap penting untuk dipikirkan,” kata Tobing teduh.
Doni mengangguk, menunggu saran selanjutnya.
“Kamu menyadari bahwa kehidupan seksmu bermasalah, itu sudah baik. Sekarang tinggal mencari jalan untuk memecahkan masalah itu. Iya ‘kan?” lanjut Tobing.
Doni kembali mengangguk.
“Nah, yang kamu perlukan adalah kiat untuk merekontruksi kembali kebahagiaan perkawinan yang mulai aus dimakan waktu. Khususnya merekontruksi hubungan intim kalian yang mulai digerogoti rasa jenuh.”
Doni diam menyimak saran Tobing.
“Ada beberapa cara untuk itu. Misalnya mengadakan bulan madu kedua. Kamu dan istrimu pergi piknik berdua, menginap di hotel, terbebas dari anak-anak dan rutinitas kerja. Suasana bulan madu kedua itu, tentu akan mengembalikan gairah kalian. Tapi, ongkosnya memang cukup mahal……”
“Ya, soal ongkosnya itulah yang cukup berat,” kata Doni memelas.
“Masih ada cara lain, yaitu menciptakan variasi. Soalnya adalah, apakah masih ada variasi bagi kalian yang sudah berumah tangga selama 15 tahun?”
“Ya…., mungkin sudah habis….”
“Tapi jangan putus asa. Kamu kan masih punya imajinasi, masih punya fantasi!”
“Maksudnya?”
“Begini. Ciptakan situasi dan kondisi di mana sebelum melakukan hubungan intim, pikiran kalian sudah terlebih dulu dipenuhi imajinasi atau fantasi tentang aktivitas itu.”
Lalu Tobing menjelaskan secara rinci apa saja yang mesti Doni lakukan.
ESOKNYA, pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor, saran Tobing itu segera Doni laksanakan.
“Dona sayang…, nanti malam kita begitu ya,” bisik Doni.
“Begitu apa?” tanya Dona tak paham.
Doni tersenyum, membuat isyarat yang maknanya sudah sama-sama kami pahami.
“Tapi, malam nanti, ssaya ingin bisa lebih istimewa dari yang sudah-sudah. Bener lho ya,” kata Doni menegaskan.
Dona tersipu. Doni pun ngesun pipi Dona. Romantis.
Di kantor, sepanjang pagi dan siang hari, Doni bayangkan apa yang mungkin sedang dilakukan Dona di rumah. Ya, Dona tentu mandi lebih bersih dari biasanya. Kemudian dandan cantik sekali. Tubuhnya disemproti minyak wangi. Seprei tempat tidur diganti. Boleh jadi kamar yang biasanya sumpek itu ditaburi bunga mawar dan melati.
Sesuai saran Tobing, Doni biarkan fantasinya berkembang melayang-layang di langit sensasi. Hasilnya sungguh mengesankan. Doni pulang dalam keadaan siap tempur.
Tiba di halaman rumah, gairah Doni kian menggebu. Doni lihat Dona berdiri di mulut pintu. Dandan cantik sekali. Harum sekali. Ternyata apa yang Doni bayangkan di kantor, benar-benar menjadi kenyataan!
“Anak-anak pergi…..,” katanya berdesah.
Doni takjub. Tak Doni sangka Dona akan bertindak sejauh itu. Tak sabar Doni menggandeng lengannya, Doni ajak masuk kamar.
Tapi, tiba-tiba Dona menghentikan langkahnya tepat di mulut pintu kamar yang tertutup rapat.
“Stt….., bapak dan ibu baru datang dari kampung. Sekarang baru istirahat. Nanti malam semua saudara kumpul di sini, rame-rame menginap di sini. Jadi, nanti malam kita terpaksa menggelar kasur di ruang tamu….”
Doni tak sanggup mencerna ucapan Dona. Keadaan Doni saat itu bagaikan Luke Draw yang setelah susah payah membangun serangan dan hampir pasti menciptakan gol kedua, mendadak kena free-kick. *