Ada orang Arab muslim berjalan beriringan dengan orang Yahudi. Pria Arab itu berjalan di depan dan Yahudi di belakang. Pria ARab melihat ada uang emas jatuh di jalan. Dia geser uang itu ke pinggir jalan. “ Mengapa kamu tidak ambil uang itu? Kata pria Yahudi.
“ Allah melarang saya mengambil yang bukan hak saya. “
“ Bagaimana kamu tahu, Allah melarang ?
“ Ya itu keimanan saya. “
“ Ok bagaimana kita buktikan saja keimanan kamu itu. “ Kata pria Yahudi seraya memungut uang itu. “ Saya akan lempar uang ini kelangit. Kalau jatuh ke bumi, dan saya bisa tangkap. Itu artinya, Tuhan sudah izinkan uang itu untuk saya miliki. “ Lanjut Yahudi itu. Si Arab terdiam. Dia sempat mikir juga. Itu uang kalau dilempar ke atas pasti akan jatuh lagi ke bumi. Uang itu pasti diambil dan dianggap milik Yahudi. Tetapi dia sudah terjebak dengan keimanannya. Pilihan. Percaya kepada Yahudi atau percaya kepada imannya.
“ Ya silahkan. Kita lihat nanti.” kata ARab itu seraya berdoa. “ Tuhan tunjukan kekuasaanMu agar aku tetap dalam keimanan. Atau setidaknya aku tidak diperolok oleh si Yahudi brengsek ini. “
Kemudian si Yahudi melempar koin emas itu ke atas. Benarlah. Koin itu jatuh lagi kebawah dan dengan cepat ditangkap oleh si Yahudi. “ Puji Tuhan. Ternyata kasihNya lebih besar daripada apapun. Terimakasih Tuhan. Karena itu imanku semakin kuat. “ Kata Yahudi itu tersenyum seraya melirik Si Arab itu. Koin emas itu dikantonginya.
“ Terkutuklah kamu karena telah memperbadaya ALlah.” kata Arab itu menggerutu.
“ Kalau Allah masih bisa diperdaya, seharusnya tidak perlu dipercaya atau disembah.” Kata Yahudi itu dan belalu meninggalkan si Arab yang bengong.
Si Yahudi itu karena minoritas dilarang berniaga. Khalifah membatasi ruang geraknya berbisnis. Koin emas itu dia belikan domba dan menyerahkan kepada orang islam dengan skema bagi hasil. 30% dari keuntungan untuk Yahudi, 70% untuk orang islam. Berjalannya waktu, bisnis ternak domba semakin berkembang. Setiap yahudi dapat 30%, dia tidak gunakan semua untuk pribadinya. Tetapi dia kerjasamakan kepada pemilik karavan yang berdagang karpet persia.
Semakin lama usaha ternak terus berkembang, dan bisnis karavan juga berkembang. Dari kedua usaha itu Yahudi dapat bagi hasil. Lag lagi dia tidak gunakan untuk pribadinya. Tetapi dia investasikan ke tanah. Tanah itu dia kerjasamakan dengan orang muslim untuk bertani. Usaha pertanian berkembang. Dan semakin lama, ekonomi masyarakat berkembang pesat. Membuat orang makmur. Punya rumah bagus. Pakaian bagus. Punya istri lebih dari satu.
Orang semakin makmur, tentu mulai paranodi uangnya bisa hilang karena dicuri. Yahudi datang menawarkan titipan uang. Orang percaya karena dia punya asset dimana mana. Maka jadilah Yahudi securicor uang orang kaya. Mereka mengirim emas ke Yahudi, dan Yahudi memberikan selembar kertas, dokumen titipan. Orang lain datang lagi mengajukan kerjasama membangun bisnis. Yahudi gunakan uang titipan itu untuk mendukung usaha venture.
Begitulah cerita terus bergulir. Lambat laun orang sadar, bahwa semua bidang usaha tak bisa dilepas dari peran Yahudi. Semua kemakmuran tak bisa lepas dari peran Yahudi. Semua kekuasaan tidak bisa lepas dari peran Yahudi. Maklum, setiap raja digoyang pemberontakan mereka perlu uang untuk membiayai prajurit meredam pemberontakan. Yahudi datang memberikan solusi pinjaman. Lambat laun Raja jadi proxy Yahudi. Sementara Yahudi itu tetap hidup sederhana. Istri tetap satu. Nah siapa yang berTuhan dan siapa yang tidak?