Jambore dan BTS

Seide.id -Tanggal 8 – 16 Agustus 1991, saya berkesempatan meliput jambore ke-17 pramuka se-dunia (the 17th World Scout Jamboree) di Korea Selatan.

Dari Bandara Kimpo (Seoul) menuju lokasi jambore di Seoraksan National Park yang letaknya 200 km, butuh enam jam perjalanan dengan bis. Lumayan melelahkan tapi mengasyikan.

Yang menarik, lokasi Seoraksan National Park berdekatan dengan perbatasan Korea Utara. Saat itu, Korut masih dipimpin bapaknya Kim Jong Un, yaitu Kim Jong il. Meski nyentrik dan suka berkaca mata ala Elvis, Kim Jong il tidak sekontroversial anaknya. Dan saya menyempatkan diri jalan-jalan sekadar pingin tahu kayak apa sih perbatasan Korut Korsel.

Tapi sebelum berangkat, saya sempat ketar ketir dengar kabar bahwa di Korsel sedang terjadi cuaca buruk, disertai hujan deras, angin kencang, dan banjir. Cuaca buruk akhirnya terasa juga ketika pesawat yang membawa rombongan kontingen Indonesia mengalami getaran keras ketika akan mendarat di Bandara Kimpo.

Berkat kesigapan dan kesiapan panitia, jambore yang mengusung tema “Many Lands, One World” berhasil mengantarkan sekitar 20.000 pramuka dari 135 negara, ke tempat tujuan di kaki bukit yang sejuk, banyak pepohonan, dan aman dari bahaya banjir.

Karena event ini berkelas dunia, opening dan closing ceremonies berlangsung dengan baik dan meriah. Bahkan dari awal, di bawah pimpinan Presiden Roh Tae-woo, jambore sengaja dipersiapkan biar lebih keren dibandingkan pembukaan dan penutupan Olimpiade Musim Panas Seoul 1988.

Dan 32 tahun kemudian, Korsel yang ketika saya ke sana masih negara berkembang yang belum dikenal dunia, sudah berubah jadi negara maju. Siapa sih sekarang yang tidak kenal artis Korea dengan drama dan musiknya.

Sayangnya, masalah cuaca buruk kembali menggangu jambore ke-25 ini, berupa gelombang panas dan ancaman topan. Akibatnya, puluhan ribu peserta terpaksa dievakuasi. Bahkan kontingen dari Amerika dan Inggris memilih pulang duluan.

Soal cuaca, okelah. Tapi yang saya tak habis pikir, setelah berubah jadi negara maju kenapa penanganan acara ini malah amburadul. Bahkan sampai ke urusan toilet saja tidak beres. Katanya mirip toilet Korea 20 tahun lalu.

Seingat saya, dulu urusan toilet yang masih berupa portable, tidak masalah. Apalagi pramuka jadul harus diakui adalah pecinta alam sejati yang tidak rewel dan manja dengan urusan remeh temeh. Mereka sadar betul bahwa jambore bukan piknik atau wisata mewah yang harus serba oke fasilitasnya, tapi sebuah petualangan.

Kalau jambore dunia ke-17 diadakan di perbukitan, kali ini di sebuah dataran hasil reklamasi pantai. Padahal kawasan yang gersang dan berlumpur di Saemangeum itu sejak awal sudah menimbulkan kontroversi. Kayak ribut-ribut reklamasi pantai Ancol juga. Soalnya kawasan ini hasil menggusur lahan yang seharusnya jadi tempat pelestarian dan persingggahan ribuan burung. Mungkin nanti bakal jadi perumahan juga.

Dan yang parah, tersebarlah berita bahwa dana jambore sebesar 1,15 triliun (lebih kecil dari dana JIS) jadi ajang korupsi. Mirip kayak kelakuan pegawai negeri di sini, duit anggaran itu ternyata dikutil pegawai negeri di sana buat jalan-jalan (dengan dalih studi banding) ke Inggris dan Perancis. Mulai dari pergi ke Istana Buckingham, nonton pertunjukan musik, dan nyobain wine di Montmartre. Tidak ada hubungan sama sekali dengan urusan pramuka.

Pokoknya Jambore ke-25 ini intinya, kacau. Belum lagi pramuka milenialnya yang cengeng dan gak mau susah sebagaimana semangat bapak pandu sedunia Lord Baden Powell. Banyak tuh yang bentar-bentar video call ke ortunya. Bentar-bentar nulis status di medsos yang bikin pemerintah Korea pusing dan malu. Apalagi banyak warganya marah karena menganggap kejadian itu sebagai aib nasional.

Dan acara perhelatan pramuka pun lompat berubah jadi ajang politik. Jadi acara pansos anggota dewan. Bahkan ada anggota partai yang cuap-cuap via facebook, “Kalau saja anggaran sebesar itu dipakai buat membangun infrastruktur perkemahan, tidak bakal kacau kayak gini. Ini jelas penipuan besar-besaran publik. Harus segera diusut.” Teriak anggota kongres menggerung-gerung (ke KPK sana kali ya) tapi masih sopan dan tidak sampai teriak pemerintah buajinguk tolil.

Akhirnya, demi keamanan dan keselamatan peserta, pemerintah mengalah dan memutuskan jambore dipercepat selesai lebih awal. Dan karena ini dianggap sudah memalukan negara, imej acara ini harus diperbaiki dan dibersihkan secepat mungkin.

Caranya? Angkut saja megabintang K-pop BTS buat acara penutupan jambore Sabtu nanti. Usul anggota dewan.

Anggota dewan ini gak peduli kalau dua anggota BTS, Jin dan J-Hope, sedang menjalani wajib militer dan bentar lagi akan disusul Suga.

Kasih cuti sehari aja biar bisa keluar dari asrama. Sekalian buat menguji rasa nasionalisme mereka pada negara yang sedang kesulitan. Teriak anggota dewan yang lain.

Maka geramlah fans BTS? Saya baca komennya, Army emosi karena idola mereka disuruh-suruh seenaknya oleh partai yang berkuasa (lewat kemenhan) tampil untuk ribuan remaja pramuka yang telantar di jambore dunia.

Kemenhan sih belum nyahut. Masih memilih diam dan kayaknya gak mau ambil resiko dimaki-maki Army. Padahal kemenhan kan army betulan. Kok takut ya dengar teriakan,

“Kami dengan tegas menentang langkah anti-demokrasi yang menggunakan BTS untuk menghidupkan kembali citra global Korea yang telah tercoreng oleh kegagalan Jambore,” kata para penggemar BTS di DC Inside, sebuah komunitas online populer.

“BTS bukanlah milik pemerintah. Jangan memperlakukan para artis seolah-olah mereka badut yang harus tampil mengikuti perintah atasan. Ini bukan negara otoriter,” tulis yang lain di Twitter.

Kalau artis di sini malah senang disuruh-suruh partai. Bahkan disuruh nyaleg apalagi. Disuruh beriklan nyanyi pan pan pan yang norak itu, bangga banget.

Bagaimana dengan BTS? Sampai hari ini belum ada kabar bakal tampil di acara jambore.

Duh saya beruntung pernah ada di tengah-tengah era pramuka di jaman belum ada hape dan medsos. Apa yang terjadi hari ini baru bisa saya baca hasilnya besok di koran jambore “SorakDaily”.

Pramuka saat ini memang sudah jauh berbeda dengan pramuka jadul. Perbedaan paling mencolok adalah setiap orang pasti bawa hape ke mana-mana. Mereka tahu segalanya. Tahu bahwa anggaran jambore dikorupsi panitia. Dan bukan gak mungkin dari puluhan ribu peserta ada anggota Army, yang juga gak rela BTS diperlakukan semena-mena.

Jambore dan pramuka saat ini memang sudah tidak sama lagi dengan jambore dan pramuka masa lalu. Mungkin ke depan malah hanya tinggal kenangan.

Salam pramuka
Annyeong haseyo

( Ramadhan Syukur )

Meludah ke Langit

Avatar photo

About Ramadhan Syukur

Mantan Pemimpin Redaksi Majalah HotGame, dan K-Pop Tac, Penulis Skenario, Pelukis dan menekuni tanaman