Hiduplah mengalir saja, secukupnya saja, jauhkan berpikir berperasaan, bertindak negatif. Iri, dengki, cemas ditukar dengan suka cita, jiwa besar, memandang setiap hari selalu indah. Karena semua yang serba negatif menghimpun energi negatif. Berbeda dengan energi positif, seperti kekuatan doa, memahami kejahatan orang lain, bahwa energi negatif itu merusak badan sendiri, melemahkan sistem imun, sehingga tubuh rentan terganggu.
Orang yang suka mendengki, iri, sirik, itu sebetulnya sedang mencerminkan kelemahannya sendiri. Saya pribadi banyak menemukan teman, sahabat, yang tanpa alasan jelas berubah tidak suka terhadap saya. Saya lama merenungkan, apa kesalahan saya, dan tiba pada kesimpulan apa lagi kalau bukan karena iri dan sirik penyebabnya, karena tidak ada alasan lain yang menjadikan dia tiba-tiba berubah jadi tidak suka. Saya jarang bertemu, tidak pernah bertengkar, namun tiba-tiba berubah tak suka, kan aneh.
Kemudian saya sadar untuk tidak mau terlalu menonjol, tidak menjadi prominent person. Seorang sejawat dulu pernah bilang, ketika dia mulai banyak menulis di media massa, dia merasakan mulai banyak yang iri. Hati-hati katanya. Saat itu saya sadar, mungkin memang itu penyebabnya.
Jiwa yang kerdil tidak suka melihat orang lain senang (hidup kecukupan, banyak menulis, kreatif, berhasil berkarya dalam hidup, sering tampil), dan saya menyadari itu manusiawi. Karena itu saya terus berupaya berjiwa besar saja terhadap mereka yang kerdil jiwanya itu, dan mengasihaninya, supaya hidup masih tetap terasa indah, dan tidak menjadikan saya jatuh stres. Sekali lagi, iri, dengki, sirik, menghimpun energi negatif. Hidup yang indah itu hanya terpetik kalau kita berupaya berpikir berperasaan dan bertingkah laku positif.
Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul