“keberanian itu bara api yang membakar keraguan”
Dikisahkan, Jenderal Huike, mantan ahli perang negeri tirai bambu, China yang telah membunuh ribuan musuh negaranya. Di masa sisa hidupnya justru dia merasa resah dan tidak tenteram.
Mengapa? Dia merasa sungguh bersalah, karena telah membunuh ribuan sesama manusia.
Apa lacur. Dia berniat untuk hidup membiara demi menenteramkan hatinya. Dan dia, akhirnya sungguh menjadi biarawan, biksu Bundha.
Namun, di dalam biara pun, hatinya masih terus meraung meronta mohon kedamaian. Dia, akhirnya, berniat mencari sang guru ternama di negerinya, sang Body Dharma, namanya.
Ketika dia bertemu sang guru idaman itu dan menyampaikan niat tulusnya, sesuatu yang tak terduga diucapkan sang guru, “Sanggupkah tuan jadi pengikutku dan harus melintasi jalan-jalan kebajikan mahaberat? Sanggupkah juga, tuan menjalankan ajaran sang Budha yang penuh risiko…”
Mendengar tantangan itu, sang Huike menyibak jubahnya, menyorongkan tanganya, mencabut pedangnya, dan lalu memotong lengannya.
Tindakan spektakuker ini memang sebuah aksi paling konyol, yang hanya dapat dilakukan oleh pribadi agung yang kokoh kuat, konsisten, serta ekstra berani, patriot sejati yang jarang kita jumpai di jagad hidup yang serba instan, dangkal, kompromistis, serta murahan ini.
Keberanian tiada tara ini, bukanlah sebuah aksi biasa. Ini sebuah aksi heroik yang luar biasa mencengangkan.
Dari mana sang Huike mendapatkan spirit keberanian yang menantang ini?
Bukankah dari kedalaman pribadinya. Dari sumur kedalaman jati dirinya.
Yang dipertontonkan adalah sebuah sikap patriot paripurna yang patut diacungkan jempol.
Sebuah prinsip membara serta ekspresi harga diri sejati justru jauh lebih bermakna daripada sikap suka berdagelria yang serba kompromistis.
Marilah kita bersikap berani dan kesatria, serta berani mengaca diri lewat cermin jernih.
Beranilah kita bertindak demi meyakinkan sesama, dan bila perlu, rela berkorban sebagai sebuah ekspresi paling sejati, paling tulus yang kita miliki.
Semoga sikap serta tindakan berani ini, dapat melahirkan “seribu huike baru” di seantero negeri terhormat ini.
Malang, 24 Agustus 2022
Fr. M. Christoforus, BHK
Foto : Stocksnap/Pixabay