Kebodohan Atau Nasib?

Seide.idKasus anak mati muda ayah mengaku karena kebodohan nya: Mengabaikan “Suara Tubuh

Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan seseorang yang bercerita anak lelakinya berumur 34 tahun sudah PhD, meninggal karena kelainan pembuluh darah di otak Aneurism.
Ketika dibilang sudah nasib, dia menyanggahnya dengan mengatakan kalau kejadian kematian itu akibat kebodohannya sendiri.
Dan dia menyesal sekali.

Kebodohannya itu, menurut si Ayah, karena dia mengabaikan keluhan ketika anaknya mengeluh nyeri di kepalanya. Ayah mengira nyeri kepala anaknya itu biasa-biasa, sama saja dengan nyeri kepala yang dialami kalau ia sedang flu. Belakangan baru diketahui kalau nyeri kepalanya itu karena ada pembuluh darah otak yang tidak benar/ berkelainan, lalu pecah, dan merenggut nyawa anaknya.

Dalam rasa sesalnya dia mengungkapkan, kalau saja dia tidak mengabaikan keluhan nyeri kepala anaknya,.. mungkin keadaannya akan beda.

Sudah pernah saya ungkapkan, cara bijak untuk tetap sehat, salah satunya “dengarkan suara tubuh”, karena siapa tahu itu adalah merupakan jeritan organ tubuh kita yg kurang beres.
Kalau sering nyeri kepala, dan nyerinya ber-ulang”, apalagi kalau semakin menjadi-jadi itu berarti ada progresivitas, jangan diabaikan. Siapa tahu itu memang jeritan dari organ otak.

Makna

“Mendengarkan suara tubuh”, kita minta bantuan dokter untuk melacak ada apa di organ yang sedang terganggu/ menjerit itu.

Sekiranya benar ada sesuatu yang sudah terjadi di organ yang menjerit itu gangguankah, kelainankah, atau mungkin penyakitnya masih sangat dini/awal-awal, dan untuk menyembuhkannya tidaklah sulit, dan biayanya pun masih ringan.
Satu hal yang lebih bernilai: belum telanjur merenggut nyawa bila itu mengenai Organ Vital.

Kalau saja untuk kasus di atas sejak awal nyeri kepala berulang, dilakukan pemeriksaan otak, maka dokter akan melakukan Scan Otak, tentu kelainan pembuluh darah anaknya terdeteksi.
Dokter bisa melakukan segala sesuatu untuk melakukan koreksi sehingga pembuluh darah yang rapuh itu tidak sampai pecah.
Pecahnya pembuluh darah berkelainan itu yang menyebabkan kematian.

“Mendengarkan suara tubuh” bermakna luas. Juga dalam hal apa pun yang kita rasakan. Saat merasa lapar, kita butuh makan. Kalau saja kita patuh pada rasa lapar. Demikian pula hanya minum kalau ada rasa haus.
Ketika bukan jam tidur tapi mengantuk, jangan dilawan, karena mungkin saat itu tubuh sedang membutuhkan istirahat/tidur. Misalnya ketika saat sedang mau sakit.

Sudah letih, jangan lanjutkan beraktivitas. Sudah mengantuk, jangan dipaksakan tetap terjaga. Pendek kata apa pun yang kita rasakan, dengarkanlah. Siapa tahu “suara” itu yang memberi tanda penting, ada sesuatu di tubuh kita yang tidak beres dan perlu dikoreksi.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Mencegah lebih baik daripada mengobati .

Ikuti : Cacar Monyet