Seide.id – “Hati yang sabar itu tidak bertepi. Tapi amarah itu membakar dan menghanguskan. Siapa pun yang marah kepada orang lain tanpa alasan yang benar akan dihukum Allah.”
Bagi saya pribadi, marah itu tidak ada gunanya, bahkan menunjukkan pribadi yang lemah.
“Stop marah!”
Itulah motivasi utama saya untuk mengendalikan diri agar saya tidak mudah tersinggung dan korslet. Karena, sesungguhnya marah itu tidak menyelesaikan persoalan. Bahkan, orang yang marah itu bakal dihukum oleh penyesalannya sendiri.
Bagaimana tidak. Marahnya sesaat, tapi penyesalannya berlarut-larut, bahkan ada juga yang dibawa hingga ke liang lahat.
Ketika marah, kita tidak sekadar menyalakan api di hati, tapi juga membakar, dan menghanguskan di lingkungan sekitar. Bisa juga dia itu lawan bicara, tetangga, atau bahkan keluarga sendiri.
Jangan pernah berasumsi, bahwa marah itu untuk menghilangkan beban di hati atau stres.
Sesungguhnya beban di hati, stres, atau konflik itu dapat diatasi, ketika kita mau membuka hati untuk mencari akar masalah itu, dan memahaminya.
Tidak mudah memang, tapi tidak berarti sulit, ketika kita mau belajar untuk mengkontrol diri dan mengendalikannya.
Saat emosi hendak meletup, coba menarik nafas panjang, tenangkan diri, atau kita membayangkan orang itu adalah anggota keluarga yang kita kasihi. Sehingga emosi itu perlahan-lahan melemah dan sirna.
Jikapun kita gagal menahan emosi, cobalah untuk berkata-kata lembut dan mengingatkan dengan kasih untuk menghindari konflik agar tidak berkepanjangan dan berlarut-larut.
Kendati diremehkan, dihina, atau disakiti sekali pun, tetaplah belajar untuk kendalikan diri dan rendah hati.
Mengalah dan bersabar adalah langkah benar bagi pribadi yang berjiwa besar.
Sesungguhnya dalam kesabaran itu ada ampunan.
Berani memaafkan, mengampuni, dan mendoakan mereka yang menganiaya… adalah pribadi kekasih Allah.
…
Mas Redjo / Red-Joss