Kisah bersama Bapakku GP

Suatu hari, sepulang liputan, saya ke rumah Bapak saya Gerson Poyk. Tiba di sana, Bapak langsung celoteh tentang filsafat Immanuel Kant dan Albert Camus. Karena capek habis panas2an naik motor, ucapan Bapak masuk telinga kiri ke luar telinga kanan. Lalu Bapak membentak saya sambil berkata, “Nak dengar dulu apa yang Bapak omong, ini biar kau jadi penulis yang intelek, terpelajar dan humanis!” katanya.

Saya yang masih dalam keadaan letih, langsung darah tinggi kumat, tambahan lagi udara sedang terik-teriknya. Sahut saya dengan suara tinggi. “Sudah jangan ngomongin si Kant sama Camus melulu, kepala saya pusing. Mereka sudah pada mati. Kisah tentang mereka mulu yang Bapak ceritakan. Juga jangan ngomong tentang kemanusiaan, saya hidup di jalan, liputan naik motor, tiap hari lihat pengamen, gelandangan, pelacur dan gembel, mereka lebih daripada kemanusiaan itu sendiri. Lihat ke diri sendiri dan bilang ke teman-teman Bapak, baca dan nulis tentang filsafat dan kemanusiaan, tapi kawin cerai, punya anak di mana-mana, pacaran melulu, bikin susah anak istri, hidup ego, serasa paling pintar tapi bokek!'”

Bapak saya GP terdiam. Dia berkata perlahan, “ya sudah, kau jangan galak-galak ya Nak.”

“Iya, bilang ke temen-temen Bapak, jangan ngoceh melulu seperti filsuf di zaman Socrates. Giliran lapar, ga ada duit bingung cari utangan di warung.”

Bapak tambah diam. Sepertinya dia lagi bokek dan mau minta uang ke saya takut karena saya sudah ngomel-ngomel duluan. Saat saya mau pulang, saya tak tega lihat Bapak murung. “Bapak ada duit?” Dia menggeleng.

Ketika saya beri beberapa ratus ribu, matanya berbinar. Katanya lagi, “terima kasih, Nak. Kau jangan marah-marah ya, nanti setrok.”

“Gak marah, cuman panas-panas gini rasanya pengen makan orang.”

Bapak tertawa.

Sekarang saya mengedit artikelnya yang berjumlah ratusan itu. Sambil baca, saya belajar tentang filsafat kehidupan yang Bapak maksud. Tapinya disambi dengan ngedit puisi teman dan bikin novel biografi pesanan dolo. Biarin deh dibilang penulis tak pandai dan tak intelek. Yang penting cuan masuk dan karya-karyaku bisa nembus koran2 bergengsi. Gitu..

(Fanny Jonathans Poyk)

Avatar photo

About Fanny J. Poyk

Nama Lengkap Fanny Jonathan Poyk. Lahir di Bima, lulusan IISP Jakarta jurusan Jurnalis, Jurnalis di Fanasi, Penulis cerita anak-anak, remaja dan dewasa sejak 1977. Cerpennya dimuat di berbagai media massa di ASEAN serta memberi pelatihan menulis