Terakdang, kita tak perlu bertanya melihat sesuatu di depan kita yang sudah jelas jawabannya. Foto: Copilot/ Seide)
Tidak semua hal perlu ditanyakan. Jika hal itu ditanyakan, selain menunjukkan anda tidak peka, juga kecenderungan orang meremehkan anda, karena tidak tanggap. Tanpa bertanya, anda seharusnya sudah tahu jawabannya, secara otomatis. Secara logika.
Saat suami sedang mengalami sakit flu ditandai dengan batuk dan menggigil, serta tubuh lemas, akankah anda bertanya, “” Hari ini masuk kerja gak ? “. Ini pertanyaan yang tak perlu diungkapkan ketika anda sudah tahu kondisi sang suami. Jawabannya pasti : Tidak !
Banyak orang ingin berbasa-basi dengan bertanya, padahal mereka sudah tahu jawabannya. Dengan memberikan pertanyaan, membuat penderita kurang respek pada orang yang bertanya. Siapapun itu. Baik orang terdekat. Apalagi orang lain. Seseorang mestinya bisa tanggap terhadap situasi dan kondisi tanpa bertanya,
Usai sebuah acara launching, kantor tampak berantakan. Kursi-kursi yang tadinya ditata saling berhadapan, kini dibuat melingkar. Sementara itu, banyak gelas dan piring kotor belum dibereskan. Tiba-tiba seorang sekretaris bertanya pada sang bos. ” Pak ini kursi dikembalikan seperti semula dan gelas serta piring perlu dibersihkan ?”
Jika anda sebagai bos yang emosional, bisa jadi hari itu hari terakhir bagi sekretaris. Seseorang, bahkan bukan sekretarispun, mestinya tahu, meja dan kursi harus dikembalikan seperti biasa sebelum acara. Tukang cuci atau siapapun akan tahun jika gelas dan piring kotor perlu disisingkarkan dan dibersihkan. Ini pertanyaan yang bikin orang tidak simpatik kepada orang yang bertanya.
Mengapa kita tak perlu bertanya ? Ada beberapa petunjuk yang dapat diambil keseimpulan. Pertama melihat kondisi dan situasi. Kedua berpikir secara nalar dan masuk akal Dua hal ini digunakan untuk anda tidak perlu bertanya, sebab hal itu tak ada gunanya
Jadilah orang yang peka dan tanggap terhadap sesuatu.
