Foto : Uta E / Pixabay
“Hidup adalah liku-liku yang perlu kau perjuangkan.”
Negeri Yunani, penuh dengan kisah-kisah interisan, mitologi…
Sering juga kita mendengar ucapan, “Narsis banget lo!”
Narsis itu, penggalan kata sifat “Narsisitis,” atau kata benda “Narsisis.”
Ini ucapan kepada orang yang suka secara berlebihan memuji ketampanan dan kecantikan diri serta kehebatan diri sendiri.
Adalah Narsisus, pemuda tampan, dia anak Dewa sungai Cephissus dari Peri Liriope. Selain banyak gadis tertarik kepadanya, juga gadis Peri Echo.
Echo, pernah dikutuk Dewi Hera hingga dia tak dapat berkata-kata selain mengulang kata terakhir yang diucap pihak lain, hingga dia tak dapat mengucapkan cintanya kepada Narsisus.
Malang, Narsisus tersesat di hutan. Dia pun berteriak, “Adakah seseorang di sini?” Dengan girang Echo pun berseru, “Sini, sini, sini!” dan Narsisus pun berseru, “Ke marilah!” Dan Echo pun membalas “Marilah, marilah, marilah” dengan tangan terulur menyambut Narsisus.
Sialan, Narsisus menolak cintanya. Karena malu, Echo bersembunyi di hutan. Kesedihan pun merenggutnya dan yang tertinggal hanya suaranya.
Dewi Memesis, sang balas dendam pun sangat kecewa akan keangkuhan Narsisus. Dia akan membalas dendam.
Narsisus dibuatnya terkagum-kagum pada ketampanan dirinya. Dan saat dia mengaca diri di sungai jernih, Styx, dan berusaha menggapai dirinya, maka dia pun jatuh dan tewas tenggelam.
Para dewa dewi menggambil jenasahnya, berniat menjadikannya bunga.
Dan kita kenal jenis bunga dafodil, jonquil atau lili air yang bertumbuh di sungai.
Malang, 21 September 2022