Kuliner Nusantara, Kerupuk Iwak Pe

Peyek Ikan Pari

Banyak resto tradisional di sepanjang pesisir selatan Gombong hingga Cilacap, Jawa Tengah, yang yang antara lain menghidangkan menu Mangut Iwak Pe, hidangan berkuah mirip gulai berbahan utama daging Ikan Pari. Sementara sebagian nelayan penangkap di Kawasan Cilacap khususnya mengolahnya jadi Kerupuk Iwak Pe. Resti membeli produk kemasan yang sudah digoreng garing.

Oleh HERYUS SAPUTRO SAMHUDI

Seide.id 07/11/2023 – Jumat lalu, Resti dan para saudara sekandung serta sepasang sepupu, diajak bulik’e nyekar ke makam para leluhur di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Seperti biasa, usai nyekar selalu dilanjut dengan acara plesiran, yang kali ini mengeksplorasi kawasan pantai-pantai sepi dan eksotik di selatan Gombong, dari  Pantai Karang Beruang, Pantai Manganti, hingga Nusa Kambangan – Cilacap.

Mendengar kata Cilacap, kota kecil di seberang tiur laut Pulau Nusa Kambangan, yang beken sebagai ‘gudang’ minyak bumi Indonesia terbesar khususnya untuk pasokan konsumsi Pulau Jawa, saya jadi ingat jenis kuliner khas yang banyak diolah dan diproduksi masyarakat nelayan setempat, dijadikan camilan atau lauk kering teman dahar nasi kesukaan saya, yakni Kerupuk Iwak Pe.

Iwak Pe atau Iwak Peh tak lain adalah Ikan Pari, Sting-ray kata Sir Raffles – Gubernur Jawa 1811 – 1815 dan penulis buku Story of Java terbitan London 1917, ikan air dangkal yang berkembang biak secara ovovivipar, dimana telur sang induk tak langsung keluar dari tubuh, melainkan tinggal di dalam perut hingga menetas dan mbrojol sebagai burayak (anak ikan) bebuntut mirip kecebong.

Ikan pari merupakan karnivora memangsa udang dan ikan kecil di perairan. Biasa ditemukan di perairan laut tropis Asia Tenggara (Indonesia, Papua Nugini, dan Thailand) serta Amerika Latin. Jenisnya paling banyak ditemukan di Indonesia. Bahkan di banyak taman laut di Indonesia hidup si raksasa Manta Ray atau Pari Manta atau Pari Hantu yang biasa jadi tontonan para penyelam dunia.

Pari Burung terpancing nelayan di Pangandaran –  Foto Heryus Saputro Samhudi

Betapapun termasuk jenis ikan air dangkal, senang hidup di laut dangkal, bahkan ada yang gemar memendamkan diri di bawah pasir pantai atau muara sungai, hingga masyarakat nelayan Indonesia menyebutnya sebagai Pari Pasir. Namun begitu ada juga jenis pari yang hobi tinggal di laut dalam, hingga dalam literasi ikan dunia para ahli pun menklasifikasiknnya sebagai Pari Laut Dalam

Sejumlah spesies pari berimigrasi dari laut ke perairan tawar hingga disebut Pari Air Tawar, sebagaimana banyak terdapat di sungai- sungai besar di Kalimantan, Sungai Membramo di Papua Indonesia, serta Sungai Amazon di Amerika Latin. Selain sungai, Pari Air Tawar juga menghuni danau di berbagai pelosok Indonesia, bahkan para pemancing kerap menangkapnya di Setu Tujuh Muara dekat rumah kami.

Ikan Pari dikenali masyarakat karena bentuk tubuhnya yang unik, pipih berbuntut panjang seperti pecut, mirip layang-layang festival. Jika berenang ada yang tampak melayang seperti burung, hingga beberapa jeis dikenali sebagai Pari Burung atau Pari Elang. Ada pula Pari Kupu-Kupu karena caranya berenang sepintas memang mirip cara terbang kupu-kupu.

Ada pula Pari Hidung Sapi karena wajahnya mirip hidung sapi, Pari Bundar yang bundar seperti piring, Pari Cambuk atawa Pari Listrik yang bisa meyengat dan bikin pingsan orang seketika, Pari Enam Ingsang, Pari Gitar dan Pari Banyo karena sepintas mirip penampang alat musik tersebut, Pari Panci, Pari Tidur, Pari Peti Mati, Pari Terpedo, Pari Kipas, dan Pari Gergaji yang juga isebut Hiu Gergaji.

Iwak Pe atau ikan pari biasa ditangkap dengan cara dipancing, dijual ke pasar sebagai bagian dari ikan konsumsi nasional. Para pakar gizi menyebut, daging ikan pari yang kadang tercium (maaf) seperti bau pesing, bermanfat mengurangi risiko amenia, karena Ikan pari mengandung zat besi hampir setara 25% kebutuhan harian orang dewasa, selain kandungan Vitamin B12 dalam ikan pari hampir dua kali lipat dari kebutuhan orang dewasa.

Banyak resto tradisional di sepanjang pesisir selatan Gombong hingga Cilacap yang yang antara lain menghidangkan menu Mangut Iwak Pe, hidangan berkuah mirip gulai berbahan utama daging Ikan Pari. Sementara sebagian nelayan penangkap di Kawasan Cilacap khususnya mengolahnya jadi Kerupuk Iwak Pe. Resti membeli produk kemasan yang sudah digoreng garing, buat saya. Hmmm…! ***

07/112-2 Pk 12:42 WIB

Avatar photo

About Heryus Saputro

Penjelajah Indonesia, jurnalis anggota PWI Jakarta, penyair dan penulis buku dan masalah-masalah sosial budaya, pariwisata dan lingkungan hidup Wartawan Femina 1985 - 2010. Menerima 16 peeghargaan menulis, termasuk 4 hadiah jurnalistik PWI Jaya - ADINEGORO. Sudah menilis sendiri 9 buah buku.