Arief Joko Wicaksono dan buku barunya.
Jurnalis borongan, kolektor kliping, pengamat sastra yang tekun, juga banyak menulis puisi, selain dosen yang suka kulineran, itulah kegilaan dari Arif Joko Wicaksono yang baru meluncurkan buku barunya. Sang sahabat khusus menulisnya. – Red.
Oleh SYAH SABUR
DIA adalah sedikit dari sahabat saya yang ‘gila’. Sekadar untuk diketahui saja, jumlah sahabat saya memang sedikit. Sahabat adalah orang tahu dan mau menerima sisi baik-buruk diri kita, berteman di kala kita senang maupun susah, juga selalu bisa menjaga rahasia pribadi kita. Nah, dari sahabat yang sedikit itu, sahabat saya yang ‘gila’, jauh lebih sedikit lagi.
Lalu mengapa saya sebut sahabat ini (sebut saja namanya Arief Joko Wicaksono TR, hehe) gila? Lha, gimana tidak gila? Selama sekitar 10 tahun kami sama-sama bekerja di Suara Pembaruan, saya mengenalnya sebagai ‘wartawan borongan’. Ketika saya jadi jurnalis, dia sudah malang-melintang di dunia kepenyairan maupun jurnalistik.
Lalu mengapa saya menyebutnya wartawan borongan? Sebab, minimal sepengetahuan saya yang amat pendek, selama sekitar 10 tahun saya mengenal Arief, dia meliput beragam bidang. Suatu hari dia bisa nonton konser musik, hari berikutnya dia ada di Taman Ismail Marzuki untuk nonton teater atau baca puisi. Hari berikutnya bisa jadi dia sedang serius menyimak diskusi tentang sastra.
Untuk urusan musik dan sastra, dia juga ibarat kamus berjalan. Hapal ABCD para pelaku sekaligus karya mereka. Para sastrawan atau musisiitu tersebar di pelosok, baik yang terkenal maupun mereka yang baru beberapa kali muncul di media. Selain itu, dia juga tahu ABCD sastra dan musik mancanegara.
Selanjutnya, kolektor ribuan kliping
